***
"Kalian ini mau sekolah atau mau ikutan ajang tawuran? Kalian itu wanita loh. Bisa bisanya kalian buat keributan di kantin."
Mereka menunduk saat di marahi oleh pak Dodik. Ternyata, begini guru BK kalau sedang marah. Menyeramkan.
"Kamu Rachel! Baru aja kamu masuk sekolah lagi. Tapi kamu malah berbuat ulah." Marah pak dodik. Rachel mengangkat wajahnya.
"Maaf pak, saya gak bakal bikin ulah kalau mereka nggak memulai duluan." Ucap rachel.
"Iya pak, kita tadi biasa aja ko sebelum ada mereka. Mereka dateng dateng langsung ngatain rachel pak." Ucap Kimmy.
"Enggak pak, mereka bohong. Kita gak lakuin apapun ko pak, mereka aja langsung nyerang kita pak. Padahal kita gak salah." Bela Tina.
Rachel berdecak malas. Tadi saja anak itu gemetaran hebat, sekarang malah, ah seharusnya ia memberinya pelajaran lebih tadi.
"Sudah, jangan saling menyalahkan, dan jangan saling membela." Ucap pak dodik marah. Matanya menatap sosok jangkung yang sedari tadi diam memperhatikan.
"Kamu Arthur, kamu itu ketua OSIS. Kenapa kamu nggak melerai mereka." Ucap pak Dodik tak habis fikir.
"Saya sengaja pak, yang saya perhatikan, rachel dan Kimmy sedang melawan tindakan pembullyan. Kalo ada yang di bully, saya bakal maju pak, tapi kalau orang itu bisa melawan, maka saya biarkan pak." Ucap Arthur.
Semua mata langsung memandang Arthur. Ratna dan Tina sudah lemas di tempatnya, Kimmy memandang Arthur dan Rachel bergantian. Rachel, ia memandang Arthur dengan bingung. Bukankah mereka sedang perang dingin, kenapa Arthur malah membelanya.
"Arthur, Arthur. Memang bagus orang yang bisa melawan pembullyan. Tetapi jika orang yang melakukan pembalasan itu tidak bagus. Kamu juga salah disini Arthur."
"Maaf pak."
Pak dodik memijit pelipisnya pelan, ia merasa sangat pusing dengan kasus ini. Tidak ada yang mau mengalah. Lagi, Arthur yang biasanya ikut adil dalam satu kasus ini malah membiarkan.
"Tina, ratna. Sesuai dengan peraturan sekolah, kalian bapak skors 3 hari karna sudah melakukan tindakan pembullyan." Ucap pak Dodik.
"Pak ko 3 hari, kemarin aja dinda 1 minggu pak." Protes Kimmy.
"Sudah! Ini keputusan bapak, kalau kalian tidak membalas saya juga bakal kasih hukuman lebih." Ucap pak Dodik.
"Kamu dengan Rachel, saya serahkan pada Arthur. Dan kamu Arthur, saya beri surat peringatan pertama. Ingat, kalo kamu kaya gitu lagi, kamu bisa lengser jabatan."
"Iya pak."
"Sebentar pak, kenapa bapak nyerahin kita kedia pak. Kenapa gak bapak langsung hukum kita aja pak." Protes Rachel sembari menunjuk Arthur.
"Kamu mau bapak hukum bersihin toilet ba—"
"Nggak pak, jangan! Udah pak iya kita di serahin ke Arthur aja pak. Jangan dengerin Rachel, dia mah gitu pak emang." Ucap Kimmy cepat. Rachel menatap Kimmy dengan tatapan protes.
"Udah dari pada bersihin toilet." Bisik Kimmy.
---
Rachel menatap Arthur jengah, ia tak habis fikir dengan jalan pikir Arthur. Ia kembali di pisahkan dengan Kimmy, sama seperti hukuman yang dulu. Ia dipisahkan dengan laskar. Dan Arthur yang bertugas mengawasinya.
"Kenapa gue gak di satuin sama Kimmy!" Ucapnya protes.
"Lo udah ngomong kalimat itu sebanyak 3 kali rachel." Ucap Arthur.
"Ya makanya jawab!" Ucapnya ngegas. Arthur menarik sudut bibirnya, ia malah gemas dengan tingkah rachel.
"Apa lagi senyum senyum, udah sana! Lo awasin Kimmy aja." Usir Rachel. Pasalnya ia masih kesal dengan Arthur, ia tak ingin melihat wajahnya kali ini.
"Temen lo di awasin sama wakil gue." Ucap Arthur dengan tenang. "Lo lakuin hukuman lo sekarang." Lanjutnya.
Rachel mendekat, ia menggeplak kepala Arthur. Arthur meringis, ia menatap rachel dengan tatapan kesal. "Elo yang bener juga kasih hukuman! Masa gue harus disuruh diem di ruangan lo terus ngeliat lo yang nulis dokumen sampe selesai."
Arthur menghendikan bahunya acuh. "Gue kasih hukuman yang enak kenapa lo nolak, lagian lo cuma tinggal diem. Bonusnya lo liat wajah ganteng gue." Ucap Arthur.
Rachel bergidik ngeri. "Heh! Lo ko jadi narsis gini. Lo gak lupa ya, kita itu lagi perang dingin!"
"Kita? Lo aja kali, gue si nggak ngerasa." Ucap Arthur menyangkal. Rachel menatap heran ke arah Arthur, jelas jelas tadi Arthur menatapnya dengan dingin.
"Udah, lo duduk perhatiin gue." Titah Arthur tak mau di bantah. Rachel menurut, ia duduk dan memperhatikan Arthur. Meskipun bosan dan pegal, ia masih merasa bersyukur karna Arthur tak memberinya hukuman yang berat. Ia lelah sebenarnya, menyiksa seseorang itu tidak semudah yang di bayangkan.
"Rachel."
"Kenapa?" Tanya Rachel ketus.
"Gue minta maaf soal yang kemarin, gue udah nuduh lo dengan hal hal yang enggak enggak." Ucap Arthur menghembuskan nafasnya panjang.
"Ada yang ngirimin ke gue foto lo. Disana elo lagi bercumbu dengan om om. Maka dari itu gue—"
"Dan elo percaya?!" Tuding rachel dengan kesal. Arthur menggelengkan kepalanya cepat, membuat rachel bingung.
"Awalnya gue gak percaya. Tapi ngeliat kalung yang di pakai di foto itu gue langsung percaya." Jelas Arthur.
"Kalung apa?" Tanya rachel bingung. Ia rasa setelah ia masuk ke dalam tubuh ini, tubuh ini tak memakai kalung apapun.
"Kalung pemberian gue." Ucap Arthur. Terselip nada lirih disana. Sontak rachel langsung terdiam.
"T-terus, lo kenapa masih baik sama gue. Bisa aja itu gue kan." Cicit rachel. Ia sebenarnya takut, bagaimana kalau itu benar. Ia tak bisa membela diri nantinya.
"Gue percaya sama lo chel. Meski pun gue marah sama lo kemarin, tetapi hati kecil gue percaya sama lo. Gue gak mau kehilangan lo lagi chel, gue nyesel." Ucap Arthur.
"Maafin gue ya chel."
Rachel terdiam, ia tak menjawab. Ia masih bingung, apa benar dulunya tubuh ini pernah menjadi anu. Dan kalau benar, apa yang harus ia lakukan nanti. Ia mendadak di serang rasa cemas.
"Chel .." panggil Arthur pelan.
"Bisa jadi itu gue ar, lo kan bilang sendiri kalau di foto itu ada kalung yang lo beri buat gue. Gue .. gue gak inget apapun ar, gue takut kalo itu beneran gue." Rachel sudah menggigit bibir bawahnya, hal itu tak luput dari perhatian Arthur.
Arthur mendekat ke arah Rachel, ia menggenggam tangan rachel dengan lembut. Ia tersenyum guna menenangkan. "Elo gak kaya gitu chel, lo harus percaya sama gue. Dan diri lo sendiri." Ucapnya tegas.
"Tapi lo waktu itu marah sama gue, itu juga gak menutup kemungkinan kan kalo lo sempet percaya." Ucap Rachel.
"Iya, gue emang sempet percaya. Tapi sekarang nggak. Maafin gue ya?" Ucap Arthur lembut. Rachel secara tidak sadar mengangguk kan kepalanya, ia seperti disihir dengan tatapan Arthur yang sangat teduh. Ia tak tahu kalau berada di dekat Arthur akan senyaman ini.
"Makasih udah mau maafin gue."
***
Ada yang mau spoiler siapa yang ngirim foto itu?
Terima kasih sudah membaca ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasiKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...