Thirty Three

10.3K 1.1K 23
                                    

***

Berjam-jam mengelilingi kota, pria itu kini berhenti di sebuah jalanan yang cukup ramai. Ia mengacak rambutnya frustasi, ia sampai menghubungi beberapa teman yang ada di berbagai penjuru kota ini.

Arthur, pria itu mengambil handphone yang tiba tiba bergetar. Ia segera menekan tombol hijau kala melihat nama sang penelpon.

"Gimana?" Tanya Arthur tak sabar.

"Gue liat cewe lo. Di jalan xxx"

"Gue kesana sekarang. Awasin dia, jangan sampe dia kenapa napa."

Tut.

Arthur segera memasukan handphone nya kembali. Ia segera menyalakan motornya, ia melajukan motornya dengan sangat kencang. Ia tak memperdulikan Masyarakat yang menyoraki dan mengumpati dirinya. Yang terpenting sekarang adalah, Rachel.

Di lain tempat, Rachel menatap bingung para pria yang sedang menolongnya. Ia hanya ingin meminjam handphone mereka tetapi mereka tak mengijinkan, ia jadi kesal sendiri.

"Lo pada niat bantuin gue gak si?!" Ucapnya kesal.

Salah satu dari mereka kini maju, ia memperlihatkan riwayat panggilan telpon terakhir nya. "Kita temennya Arthur, dia minta kita awasin lo sebelum dia kesini. Dia yang bantuin lo nanti." Ucapnya.

Rachel mendengus sinis. "Dasar! Nolong orang ko setengah setengah, disuruh orang pula."

"Harusnya lo tuh bersyukur!" Ucap salah satu dari mereka yang tak suka akan kecerewetan rachel.

"Puji tuhan." Ucap Rachel dengan sengaja. Pria itu mendengus malas. "Mau maunya Arthur pacaran sama lo." Cibirnya.

"Heh, yang pacaran sama si Arthur siapa?" Rachel bertanya dengan sewot. Bahkan ia sudah berkacak pinggang sekarang. "Lah, si Arthur sendiri yang bilang." Ucap pria itu.

Rachel sudah menggulung lengannya ke atas. Seragam yang setengah lengan itu kini sudah memperlihatkan seluruh tangan milik Rachel. "Wah emang bener bener si Arthur. Gak bisa move on kayanya dari gue. Emang ya, pesona gue itu gak bisa dilawan." Ujarnya sembari mengibaskan rambutnya.

"Heh! Gak usah buka bukaan disini. Lo gak liat banyak cowok disini. Mau pamer kulit, lo?"

"Ngapa si? Sewot bener lo sama gue. Mau ngajak berantem, sini!" Rachel sudah meng-cosplay jadi petinju sekarang.

"Udah, dia biar di urus sama si Arthur nanti." Lerai temannya. Rachel menurunkan kepalan tangannya, ia melihat pergelangan tangannya yang memerah. Ia meringis pelan.

Ternyata berbekas juga ya. Batinnya.

Selang beberapa lama datanglah deru motor yang sangat rachel kenal. Rachel segera memusatkan perhatian nya ke motor itu. Ia menyorot pria itu dengan datar. Pria itu berjalan tergesa ke arah Rachel.

"Itu cewe lo, bro."

---

Saat menjalankan motornya dengan kesetanan, Arthur pun segera sampai di alamat yang temannya kirim. Dari kejauhan ia bisa melihat siluet seorang gadis yang sedang bersandar sembari mengipas ngipas badannya.

Arthur segera menepikan motornya, ia membuka helmnya dengan kasar. Ia berjalan cepat ke arah rachel. Bahkan seruan teman nya pun ia hiraukan.

"Dasar bucin!"

Arthur segera berjongkok di hadapan rachel. "Lo gak papa?" Tanyanya sambil meneliti wajah Rachel.

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang