***
Plak ..
Nafasnya bergemuruh, dadanya naik turun. Matanya sudah berkaca-kaca menahan amarah. Ia mendorong pria itu dengan kasar sehingga pria itu terduduk di sofa. Sebelum pria itu bangkit rachel menendang perutnya terlebih dahulu. Arthur meringis, perutnya terasa sangat sakit.
"Berani berani nya lo cium gue?! Itu firs kiss gue anjing!" Ucap rachel dengan penuh emosi. Bahkan maid yang menonton mereka sedari tadi pun sudah pergi di saat mereka melihat adegan 17+ itu.
Arthur terkekeh sinis. "Firs kiss lo? Lo yakin? Bukannya elo itu sewaan om om." Ucapnya dengan nada yang jijik.
Mata rachel membulat dengan sempurna, ia menjambak rambut Arthur dengan kuat. Bahkan ia tak memperdulikan Arthur yang kini sedang memegang tangannya meminta ia melepaskan jambakannya. Wajahnya mendekat ke arah Arthur, kakinya menginjak tepat di kaki Arthur. Arthur harus merasakan rasa sakit yang double.
"Gue gak tau ternyata mulut lo se lemes ini. Lo udah bikin gue marah Ar, padahal lo gak tau hal apa yang bisa gue lakuin ketika gue marah." Ucapnya dengan nada yang tak bisa di definisi kan.
"Gue juga gak tau hal apa yang bisa gue lakuin ketika gue marah." Ucapnya dengan lirih.
"Jangan salahin gue kalo gue bertindak di luar kendali gue." Ucap rachel dengan seringaian di akhir kalimatnya.
Arthur? Ia merasa asing dengan sosok rachel. Ia seperti melihat sosok lain dari raga rachel. Ia memang selalu merasa asing tetapi baru kali ini ia merasa benar benar melihat orang lain di tubuh rachel. Apa rachel itu bukanlah rachel?
Plak ....
Plak ....
Wajah Arthur tertoleh ke samping, tamparan rachel itu sangat keras. Bahkan sudut bibirnya sudah sobek dan mengeluarkan darah.
"Lo ... Elo kemakan fitnah siapa lagi ar?" Tanya rachel dengan lirih, meski begitu matanya kini masih setia menatap mata Arthur. Ia sempat mengambil wajah Arthur untuk melihatnya tadi.
"Apa karna anak anjing itu?" Tanya rachel. Yang di maksud dengan rachel adalah dinda. Mulai sekarang ia menamai dinda dengan sebutan itu.
"B-bukan .." Arthur pun sampai terbata karena berusaha menahan ringisan yang akan keluar tadi.
"Hahahahaha. Bahkan elo ngebela dia, kejadian itu sama kaya dulu kan? Elo selalu bela dia, dan elo selalu nyalahin gue. Padahal dulu itu gue yang jadi pacar Lo Ar." Rachel terkekeh miris.
Arthur sempat menegang di tempatnya, kenapa ia merasa tak nyaman. Hatinya benar benar gelisah sekarang, pikirannya kini sudah mengacak ngacak otaknya.
"Elo tau? Lo itu brengsek Arthur."
"ELO BERENGSEK! BAJINGAN! ELO BAJINGAN GILA!" Rachel berteriak keras di wajah Arthur bahkan air liur nya pun sampai menciprat kemana mana.
"Hiks ..." Arthur terkesiap. Ia kini menatap rachel dengan perasaan yang campur aduk. Rachel sudah melepaskan dirinya, rachel kini duduk dengan lemah di sofa yang berada dekat dengan sofanya. Gadis itu tengah terisak.
"Bahkan kayanya lo lebih brengsek dari Ashlan. Hahaha ..." Dalam sekejap rachel tertawa. Arthur berusaha mendekat ke arah rachel, ia sungguh khawatir dengan keadaan Rachel.
Melihat Arthur yang mendekat rachel segera menjauh. Ia menatap Arthur dengan tajam. "Lo! Berhenti di situ, gue bahkan muak buat liat wajah lo. Gue gak sudi deket sama lo. Gue gak tau kenapa rachel sebodoh itu bisa cinta sama lo." Ucapnya.
Arthur bingung. "Chel ... Kenapa lo manggil diri lo sendiri kaya manggil orang lain?" Tanyanya memberanikan diri.
Seketika rachel tertawa dengan keras. "LO GAK BAKAL TAU BANGSAT. LO GAK BAKAL PAHAM APA HAL YANG TERJADI SAMA GUE, HAL YANG DI LUAR NALAR LO GAK BAKAL NGERTI! GUE INGETIN YA SAMA LO. LO ITU BODOH! LO BODOH! LO ORANG TERBODOH YANG PERNAH GUE TEMUIN!"
---
Rachel menangis di kamarnya, setelah berteriak dengan keras. Ia segera meninggalkan Arthur di ruangan teater. Meski Arthur itu mengatai rachel yang asli tetapi tetap saja yang berada di dalam raga rachel sekarang adalah dirinya, caramel. Bahkan dulu tak ada orang yang berani mengatakan dirinya murahan, selain mereka takut dengan dirinya. Mereka juga selalu kicep ketika di marahi oleh Cleo. Ia jadi merindukan kehidupan lamanya.
"Hiks ... Kak Cleo, caramel kangen kakak."
Ia segera meraih obat yang berada di nakasnya, itu adalah obat yang diberikan dokter Albert tadi. Ia sebenarnya sudah meminumnya tadi. Tetapi jika ia meminumnya sekali lagi tidak masalahkan.
Ia meminum obat itu dengan kasar, ia segera membawa tubuhnya ke atas kasur. Ia menulikan telinganya ketika mendengar suara ketukan di pintu.
Bahkan ia hanya diam ketika suara seseorang memanggilnya beberapa kali.
---
Setelah kepergian rachel, Arthur tediam di tempatnya. Ia memegang dadanya yang terasa sakit, bukan tubuhnya saja yang merasakan nyeri melainkan hatinya juga. Entah apa yang ia rasakan tetapi ia juga tak tahu.
Yang ia tahu ialah rachel berubah. Rachel berubah menjadi sosok baru yang tak pernah ia kenali. Hal itu membuatnya nge-bug, ia tak yakin bisa mengenali gadis itu kali ini.
"Lo bener bener jadi sosok yang baru chel."
LO ITU BODOH! LO BODOH! LO ORANG TERBODOH YANG PERNAH GUE TEMUIN!
Arthur mencengkram kuat ponsel yang sedari tadi ia genggam. Kenapa ia menjadi lemah di hadapan rachel, bukankah seharusnya dirinya yang marah sedari tadi. Bukan kah diri nya yang harus memimpin situasi sedari tadi. Tapi mengapa, mengapa ia tak bisa berkutik dari amarah rachel.
Arthur segera bangkit dari duduknya. Kamar, itu adalah tujuan Arthur saat ini. Ia segera mengetuk pintu kamar rachel. Ia ingin membicarakan ini dengan baik baik, ia yakin bisa meredam emosinya sekarang.
"Rachel ..."
Tak ada sahutan dari dalam, kamar itu sangat sepi sehingga terlihat seperti tak ada orang di dalam. Arthur mengetuk pintu rachel lagi.
"Rachel ..."
Ternyata Arthur salah, ia tak bisa membicarakan hal ini lagi dengan rachel. Ia sudah mengambil langkah yang salah, ia menyakiti hati Rachel lagi.
Arthur menundukan kepalanya, ia merasa menyesal. Tetapi ia tak sepenuhnya merasa menyesal. Ia memang butuh melampiaskan emosinya tadi, meskipun caranya salah.
"Gue harap kita bisa obrolin ini dengan baik besok Rachel."
Tak ada sahutan.
Akhirnya Arthur mengalah, ia segera pergi dari depan kamar rachel. Ia segera turun ke bawah. Berada di rumah rachel memanglah hal yang biasa baginya. Mengingat bagaimana hubungan mereka dahulu yang terjalin begitu lama, ia sudah di kenal di dalam penghuni mansion Rachel.
"Lo bikin emosi gue campur aduk Rachel."
***
Ada yang tau caramel punya penyakit apa?
Terima kasih sudah membaca❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...