Twenty

15.2K 1.5K 78
                                    

Perhatian!!!

Adegan ini mengandung unsur 17+

Yang berada di bawah umur bisa di skip bagian nya. Atau di lewati saja.

Mohon bijaklah dalam membaca.

***

Sedang asik asiknya menunggu, ia di kejutkan lagi dengan pesan yang di kirimkan oleh nomor asing. Nomor yang kemarin menelponnya dengan alasan yang tidak jelas. Hal yang membuat ia marah adalah, orang itu selalu menjelekan nama Rachel. Bahkan tak segan segan orang itu mengirim beberapa foto rachel yang sedang bercumbu mesra di bar dengan beberapa om om. Jelas ia sedikit percaya, mengingat penampilan rachel dahulu.

Nomor tidak di kenal ...

Lo harus dateng ke cafe xxxx kalo lo mau tau kebenarannya.

Tanpa pikir panjang, Arthur segera pergi dari rumah sakit. Ia segera melajukan mobilnya ke alamat yang nomor itu kirim, ia ingin mengetahui faktanya.

Ia juga tak ingin salah paham lagi dengan rachel nantinya, meski hatinya sedikit ragu. Setelah ia sampai di alamat yang di kirim oleh orang itu, ia segera masuk ke dalam.

Ia melihat lihat ke seluruh penjuru cafe. Tetapi ia tak menemukan sosok, yang mencurigakan. Tanpa sengaja netranya bertemu dengan sosok yang di kenalinya. Ia pun berjalan mendekat, ia melempar handphone nya begitu saja membuat orang itu terkejut di tempatnya. Ia pun mendongkak, ia kaget melihat Arthur disana.

"Kak Arthur kenapa disini?" Tanya Adinda lugu. Orang itu adalah dinda. Arthur tak menjawab pertanyaan dinda, ia duduk di hadapan dinda. Matanya sedari tadi menatap dinda dengan tajam.

"Maksud pesan itu apa? Lo yang kirim ke gue?!" Tanya Arthur dengan nada yang sinis. Dinda tersentak di tempatnya, matanya berkaca kaca. Rasanya sakit, mendengar nada sinis dari orang yang ia cintai.

"Ma-maksud kakak apa? Aku gak ngerti kak." Ucap Dinda. Ia segera melihat layar handphone Arthur yang tersodor padanya. Dinda sempat terkejut tetapi ia tersenyum dalam hati, ternyata ada orang bodoh yang ingin membantunya.

"Ak-aku gak tau kak. Aku juga dapet pesan itu." Ucap dinda. Dinda memang tak bohong, ia kesini pergi untuk menemui orang yang mengiriminya foto foto rachel yang sedang bercumbu dengan beberapa pria paruh baya. Karna ia sangat ingin menjatuhkan rachel, ia pun pergi ke alamat orang yang mengiriminya foto foto itu. Ia rela meninggalkan tempat wisata yang ia kunjungi dengan rean dan keluarganya hanya untuk pergi kesini. Tak disangka ternyata pelaku itu ingin mendekatkan dirinya dengan Arthur. Pelaku itu sungguh bodoh, ia malah memberinya dua keuntungan sekaligus.

Arthur yang mendengar ucapan dinda memperlihatkan wajah tak percayanya. Dinda segera memperlihatkan isi chat dari nomor yang sama. Seketika Arthur terdiam, pikiran nya di serang dengan beberapa spekulasi negatif.

"Kak ... Apa bener itu kak Rachel?" Tanta Dinda pada Arthur. Arthur masih diam tak menjawab, dinda kemudian memperbesar foto itu.

"K-kak ... Bukannya ini kalung kak Rachel?" Cicit Dinda memperlihatkan kalung yang di pakai oleh gadis yang hanya terlihat seperempat bagian wajahnya.

Melihat kalung itu tangan Arthur langsung terkepal kuat. Matanya matanya memerah menahan amarah, ia tak yakin ia bisa menahannya lagi nanti. Dinda yang melihat Arthur emosi bersorak dalam hati. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Arthur segera bangkit dan pergi dari sana.

Ia sungguh kecewa. Ia kecewa dengan Rachel. Kalung itu, kalung itu adalah kalung pemberiannya ketika mereka sedang merayakan Anniversary mereka. Dan rachel memakainya saat ia sedang bercumbu dengan laki laki lain, lebih gilanya lagi laki laki itu ternyata adalah laki laki berhidung belang. Ia sungguh marah.

Ia segera membelokan stir mobilnya dengan kasar, bahkan ia tak memperdulikan beberapa kelakson yang mengumpati mobilnya. Hanya rachel tujuan nya sekarang.

---

Brak

Rachel berjengrit kaget. Bukan dia saja, bahkan para maid yang berada di halaman belakang pun kaget mendengar suara itu. Mereka berhamburan untuk melihat hal apa yang terjadi, tetapi ketika melihat sosok orang yang berdiri dengan tampang yang sangat menyeramkan, mereka langsung bersembunyi dan menyiapkan telinga mereka untuk menguping.

"LO?! LO NGAPAIN SIH BANGSAT!" Rachel berteriak marah. Ia masih sangat kesal dengan sosok yang satu ini. Sudah meninggalkan nya, lalu membuka pintu ruang teater dengan sangat keras.

Arthur, melangkah tegas menghampiri rachel yang sedang duduk sambil memangku popcorn. Melihat Arthur yang berdiri di depannya, rachel menaruh popcorn nya dengan kasar. Ia ikut berdiri. Ia tak kalah tajam menatap Arthur. Keduanya mengeluarkan tatapan yang menghunus.

"Kenapa lo harus semurahan itu chel?" Tanya Arthur dengan tajam. Dari kalimatnya terselip nada lirih.

Rachel yang mendengar ucapan Arthur langsung emosi. Pria ini sudah membuatnya kesal, malah membuatnya lebih kesal lagi?. Sungguh rasanya rachel ingin menabok, menendang bahkan menggorok pria itu sekarang.

"Maksud lo apa gue murahan?" Rachel bertanya dengan tenang. Ia mencoba untuk bersabar, sekali ia sabar dalam menghadapi Arthur tak apa kan.

Arthur tersenyum sinis, ia menarik dagu rachel kasar. Wajahnya di dekatkan dengan wajah rachel, ia menghunus rachel dengan tatapan tajam miliknya. "Gak usah pura pura gak tahu rachel!" Geramnya.

"Gue emang gak tau! Lo tiba tiba dateng, dobrak pintu, terus bilang gue murahan. Gimana gue gak bingung si?" Ucap rachel dengan sekali tarikan nafas. Oke, keduanya memang sedang dalam keadaan yang tak baik baik saja.

"Oh. Jangan lupain hal ini, elo ninggalin gue di rumah sakit tadi, sialan!" Nah kan, mulut rachel memang tidak bisa di jaga. Mohon maklumi saja.

Arthur seakan tuli dengan obrolan yang di lontarkan rachel, tatapan nya tak lepas dari netra milik rachel. Cengkraman di dagu rachel semakin kuat, membuat gadis itu meringis.

"Shh ... Sakit bangsat! Lo—"

Cup.

Tubuh rachel membeku. Matanya membulat dengan sempurna, otaknya ngeblank. Mau menggerakan jarinya saja sangat susah rasanya.

Perlahan benda kenyal yang sedang ia rasakan di bibirnya itu mulai bergerak. Rachel tersadar, ia memberontak. Bahkan ia memukul lengan Arthur yang sedang mencengkram dagunya.

Tangan Arthur langsung menghentikan tangan rachel yang sedang memukul lengannya. Rachel yang merasa dagunya terlepas kini berniat menjauhkan diri dan melarikan diri tetapi hal itu ternyata tak semudah perkiraannya. Satu tangan Arthur yang terbebas malah meraih tekuknya, ia menekan kepala rachel. Memperdalam ciuman mereka, rachel ingin menangis rasanya. Pasalnya ciuman yang di berikan Arthur ini tidak terkesan lembut sama sekali melainkan kasar, seperti orang yang sedang menyalurkan rasa emosinya.

Suara kecap kecap terdengar disana. Rachel sudah bingung ingin melakukan apa. Arthur melepas pangutan mereka, ia mengusap bibir rachel yang basah. Ia tersenyum miring melihat betapa merahnya bibir gadis itu sekarang.

Cup.

Ia mengecup bibir rachel sekali lagi. Ia kemudian mendekatkan bibirnya di telinga rachel. Ia berbisik pelan. "Kalo lo mau jadi jalang, mending jadi jalang gue aja."

***

Ada yang mau di sampaikan sama Arthur??

Terimakasih sudah membaca❤️

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang