Fourty Nine

10.9K 1.1K 76
                                    

***

Semenjak keadaan di kantin hari itu, keadaan mulai tak terkendali. Rean yang terus menyeret dinda ke kediaman keluarga besar, dinda yang terus memberontak. Rean sempat lengah di jalan, dinda pun tak membiarkan kesempatan itu terbuang sia sia. Ia kabur.

Semenjak Dinda kabur, banyak orang suruhan keluarga joeng yang mencarinya. Bukan untuk membawa dinda kembali ke kediaman mereka melainkan untuk menyerahkan dinda ke polisi.

Sesudah kejadian itu juga, ia menemui seseorang di taman belakang. Ia berterima kasih padanya, namun orang itu meminta hal lain padanya. Ia awalnya enggan menerima permintaan orang itu, namun setelah mendengar seluruh curahan hatinya. Ia akhirnya menerima permintaan itu.

Mereka semua, meminta maaf padanya, berkali kali. Namun ia masih mendiamkan, mereka juga harus di beri sedikit pelajaran kan?

Soal laskar, jarak di antara mereka merenggang. Benar dugaannya, setelah hari itu, bahkan laskar tak pernah terlihat di seluruh penjuru kantin. Pria itu seakan akan menghindari nya. Ia hanya maklum saja, toh jika dirinya menjadi laskar pun ia akan melakukan hal yang sama.

Soal Arthur, pria itu tak gencar untuk meminta maaf padanya. Walaupun ia tahu kalau malam itu ialah yang menyiksa Dinda, namun pria itu maklum. Arthur bilang ia akan melakukan hal yang sama bahkan bisa lebih.

"Chel, tuh liat. Mereka udah natap lo lama banget dari tadi. Lo nggak kasian apa liat mereka ngemis ngemis minta maaf sama lo." Ucap Kimmy menunjuk sekumpulan Arthur. Disana Arthur sedang duduk bersama Rean dan Adam. Tak ada laskar disana.

"Biarin lah. Kemarin kemarin kemana aja coba, baru minta maaf sekarang." Ucap Rachel.

Kimmy menganggukkan kepalanya setuju. Diam diam ia memuji Rachel, Rachel itu kuat. Bahkan setelah kejadian apapun itu, Rachel masih bisa berdiri dengan tegar.

"Chel, gue mau ngomong sama lo." Ucap Arthur. Rachel tak sadar bahwa Arthur sudah di hadapannya saja.

"Ngomong apa? Disini aja." Ucap Rachel.

"Nggak bisa." Ucap Arthur pelan.

"Kalo nggak bisa, gue juga nggak bisa." Ucap Rachel. Arthur menghela nafasnya.

"Lo yakin mau bicarain ini disini?" Tanya Arthur. Kening Rachel berkerut.

"Emang apa yang mau lo bicarain?" Tanya Rachel.

"Ini soal elo. Elo bilang lo bukan--"

"Oke kita ngomong empat mata." Potong Rachel cepat.

Kimmy memandang Rachel dengan bingung, Rachel yang di tatap seperti itu pun hanya menampilkan deretan giginya. Kimmy menatap Rachel dengan curiga.

"Lo nyembunyiin apa dari gue?" Selidik Kimmy.

"Nanti lo juga tau, cuma bukan gue yang harus ngasih tau. Lo tunggu waktunya aja ya."

---

Rooftop. Ah tempat ini seperti tempat fav pria itu dan teman temannya.

Arthur kini sedang berdiri sambil menatap Rachel dengan ekspresi yang sulit untuk di artikan.

"Jadi?" Tanya Rachel.

Arthur terdiam sesaat, kemudian ia mulai berbicara. "Kenapa lo bilang lo bukan Rachel?" Tanyanya to the point.

"Gue emang bukan Rachel." Ucap Rachel tenang. Arthur terkekeh pelan.

"Terus lo siapa?" Tanya Arthur, nada pria itu terdengar datar sekarang.

"Gue? Lo mau tau, gue siapa?" Tanya Rachel. Arthur mengangguk.

"Gue caramel. Caramel Xa Raquel. Gue adalah jiwa yang tersesat ke tubuh ini." Ucap Rachel. "Gue rasa lo sadar untuk merasakan perubahan drastis di tubuh ini." Lanjutnya.

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang