Thirty

11.4K 1.1K 10
                                    

***

"Yang niatnya mau jauhin Arthur mana? Perasaan pas pulang dari rumah sakit, ngomongnya mau jauhin Arthur deh."

Rachel melirik pada Kimmy. Sialan, gadis itu malah menyindirnya. Ya dia memang berniat menjauhi Arthur demi dirinya dan tubuh ini, tetapi, ah, salahkan Arthur saja. Dia seenaknya mendekat kembali.

"Nggak tau ah kim, pusing gue. Lagian itu anak yang deketin gue." Ucap Rachel.

"Lo jauhin kan bisa."

"Males gue, gue bukan tipe orang pengusir atau mengusir diri. Kalo ada orang yang mau dateng silahkan, mau pergi juga silahkan."

"Dih mana ada, lo itu tipe orang yang bergantung banget sama orang." Sangkal Kimmy.

"Oh ya?" Tanya Rachel. Kimmy mengangguk.

Ah, Rachel lupa. Ia berada di tubuh orang lain. Hah, banyak sekali perbedaan antara dirinya dan tubuh ini. Ia jadi sedikit susah untuk menyesuaikan.

"Ternyata gue dulu kaya gitu." Gumam rachel pura pura. Kimmy mengangguk membenarkan.

"Chel, kemarin pas jam pelajaran terakhir elo bolos ya?" Tanya Kimmy. Rachel mengangguk mantap, sudah hobinya sekarang. Langganan bolos pelajaran terakhir.

"Lo juga jadi suka bolos si. Mentang mentang nilai lo bagus." Ucap Kimmy.

Rachel berdecak kesal. "Ko lo jadi cerewet si. Gue kan nemu hobi baru, mumet kepala gue di isi rumus mulu." Ucapnya.

Kimmy mengangguk anggukan kepalanya. "Iya juga ya, gue gak tau orang pinter kaya lo itu bisa kepenuhan rumus di otak." Ucap Kimmy.

Selamet gue. Rachel membatin.

---

Jam istirahat pun tiba, rachel dan Kimmy pergi menuju kantin. Mereka duduk di bangku pojok. Lantaran hanya bangku itu yang tersisa. Mereka sudah memesan makanan sebelumnya. Itu usulan rachel, terlalu lapar kalau mereka harus mencari bangku dulu katanya. Jadilah mereka memesan terlebih dahulu. Untungnya ada meja yang kosong.

Rachel melahap makanannya. Ia sedang dalam mood yang baik hari ini. Kenapa? Dia merasa sangat tenang, karna para pengganggu itu tak ada disekolah.

Tapi agak gak seru juga ya, kalo gue gak adu bacot. Rachel membatin.

Padahal kalau di suruh debat, ia adalah jagonya. Ia akan mengeluarkan segala jenis bahasa, umpatan dan lainnya. Ia belum mengeluarkan jurus andalannya, tenang saja.

"Tenang banget ya chel, gak ada yang ganggu." Ucap Kimmy. Nah kan, Kimmy saja merasakan.

"Yoi, emang harus kaya gini terus kayanya." Ucap Rachel. Kimmy mengangguk menyetujui.

Sret ...

Baru saja rachel merasa tenang, ia malah disodorkan dengan para human yang tak ia sukai. Hanya beberapa si. Tapi tetap saja kumpulan mereka, ia tak menyukainya.

"Dih ngapain lo pada kesini." Ucap Kimmy.

Adam hanya melirik sinis. Ia langsung memakan makanannya tanpa permisi, ia sangat menolak untuk berada di meja ini. Tapi karna bangku yang lainnya penuh, terpaksa mereka duduk disini.

"Biasa kim, gak ada mulut." Ucap Rachel. Ia menyuapkan satu baksonya, ia tadi Ngidam bakso gara gara ingat pertengkaran dirinya, Kimmy, ratna dan tina Lusa.

"Nah iya, mulutnya gak berfungsi." Sindir Kimmy halus.

Laskar yang merasa suasana tak kondusif lantas berbicara. "Kita ijin duduk disini ya chel, bangku lain penuh soalnya." Ucap Rachel dengan sopan.

Rachel mengangguk cepat, ia menepuk nepuk kursi di sebelahnya. Menyuruh pria itu duduk di sisinya. Laskar pun langsung duduk.

Arthur menatap tajam kedua orang itu. Ia sengaja duduk di depan rachel, tapi kenapa Rachel malah menyuruh laskar duduk didekatnya. Ia jadi tak nafsu makan.

"Contoh tuh laskar. Izin, baik baik, ngomong juga baik baik. Ini udah nggak ijin asal duduk, di tanya nggak ngejawab pula." Ucap Rachel. Ia akan meng-cosplay jadi guru sebentar.

"Apa si chel." Ucap Rean kesal. Entah kenapa, setelah ia berbicara terakhir kali dengan rachel di rumahnya. Ia jadi sensian pada kata kata rachel. Rachel itu menyebalkan menurut nya. Beda dengan rachel yang dulu.

Rachel kecil itu manis, baik, lucu. Pokonya ia suka rachel yang kecil. Tapi saat beranjak dewasa Rachel menjadi meresahkan. Setelah kecelakaan, rachel jadi menyebalkan.

Freak? Rean membatin.

"Ipi si chil. Emang gitu, kuping nya gak di korekin bertaun taun. Gue udah ngomong juga, malah nanya lagi." Ucap Rachel.

Kan, apa rean bilang. Rachel itu menyebalkan. "Itu bukan nanya!" Ucap rean.

"Terus apa? Lo liat aja tuh di kamus bahasa Indonesia. Kata apa itu termasuk pertanyaan atau bukan."

Oke rean kalah.

"Makan chel." Tegur Arthur. Rachel memakan makanannya lagi. Pandangan Arthur tak pernah lepas dari sosok Rachel, membuat orang orang yang di meja menatap keduanya. Hanya rachel saja yang acuh.

Laskar berdehem pelan. Ia memberi rachel tisu. "Mulut lo ada saus."

Rachel menerima tisu itu, lalu ia mengelap mulutnya. Ia tak sengaja bersitatap dengan Arthur saat mengelap mulutnya. Tiba tiba ia teringat kejadian memalukan yang Arthur lakukan padanya. Rachel langsung memandang Arthur tajam.

Arthur yang di pandang tajam seperti itu bingung, apa ia ada salah dengan gadis itu. Ah, ia memang banyak salah, tapi kenapa rachel menatapnya tajam kali ini. Disaat makan? Yang benar saja.

"Apa lo liat liat! Gue colok mata lo baru tau rasa." Ucap rachel menyodorkan garpu pada wajah Arthur. Arthur tersentak pelan, ia mundur perlahan.

Arthur berdehem gugup. "Kenapa chel?" Tanyanya.

"Kenapa kenapa. Lo tu salah!" Ucap rachel sewot. Arthur menghela nafas pelan. "Iya gue salah apa? Kasih tau gue, biar gue perbaikin kesalahan gue."

Adam melirik Arthur di sampingnya, Arthur memang sudah kepincut oleh rachel lagi. Ia jadi kecewa. Ia menatap rean, anak itu sama dengan dirinya menatap jengah pada Arthur. Kemudian adam melirik laskar. Laskar masih melipatkan kedua tangan didadanya sambil memandang Arthur datar. Itu sudah biasa.

"Jangan kasih tau chel." Kompor Kimmy.

Rachel mengangguk setuju. "Kalo lo gak kasih tau gue, gue gak bakal tau chel."

Rachel mendelik. "Bodo amat, emang gue pikirin." Ucapnya.

Arthur memajukan kembali tubuhnya saat garpu yang di pegang rachel sudah menjauh dari wajahnya. Rachel kembali memakan baksonya dengan tenang. Arthur menggelengkan kepalanya.

Rachel emang gak pernah bisa di tebak. Arthur membatin.

Arthur bersitatap dengan laskar. Pria itu sedang memandangnya dingin, Arthur menyunggingkan senyum miring miliknya. Laskar semakin mendatarkan wajahnya, keduanya bertatapan dengan tajam.

Hanya mereka berdua yang tau kenapa mereka memancarkan aura permusuhan satu sama lain. Percikan percikan api sudah mereka tunjukan satu sama lain, kilatan tajam penuh dengan aura permusuhan terpancar. Mereka sudah siap berperang satu sama lain.

***

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang