***
Rachel dan Arthur bejalan menaiki tangga. Mereka ke atas bersama, lantaran kedua orang tuanya ingin tidur dibawah. Ia tak masalah sebenarnya, tapi kan masalahnya ia tak tahu kamar mana yang di maksud kedua orang tuanya itu.
Setelah sampai di atas, rachel langsung berbicara pada arthur.
"Thur. Lo tau sendiri kan kamarnya? Gue gak tau soalnya. Gue mau langsung ke kamar gue, gue ngantuk. Pegel juga gue bawa bawa ini." Ucap Rachel menunjukan tiga boneka yang sedari tadi ia pegang.
Dahi Arthur mengerut, ia baru sadar kalau gadis itu membawa pulang tiga boneka. "Lo suka boneka?" Tanya Arthur. Pertanyaan kecil seperti ini memang tidak bermanfaat tapi untuknya sangat berguna.
"Nggak. Salahin si Kakel rese tuh, udah gue bilang gue gak mau bawa pulang bonekanya. Masih aja maksa." Sewot Rachel seperti biasa, sangat menggebu gebu.
Arthur langsung mengambil salah satu boneka yang rachel pegang. "Ya udah lo buang aja." Ucapnya enteng.
Melihat boneka yang ingin di lempar oleh Arthur, Rachel langsung menghentikan. "Jangan! Cape tau ngambilnya di mesin capit. Kasian itu bocah kalo boneka nya gue buang." Ucap rachel langsung merebut bonekanya.
Arthur menatap malas boneka boneka yang di peluk oleh rachel. "Padahal gue lebih jago." Gumamnya pelan.
"Hah? Apaan?" Tanya Rachel keras.
"Nggak papa. Lo istirahat sana." Titah Arthur. Arthur langsung pergi tanpa menunggu rachel berbicara. Rachel hanya menghendikan bahunya acuh.
"Bodo amat lah, emang gue peduli. Emang dasarnya kaya perawan gitu tuh, dikit dikit ngambek."
---
Hamparan rumput yang luas, cahaya yang cukup terang. Suasana yang sangat asri. Sungguh tempat yang sangat nyaman untuk di tinggali.
Kupu kupu yang berterbangan, gadis itu bergerak mengikuti salah satu kupu kupu bewarna hitam. Sampai ia tak sadar ia berlari cukup jauh dari tempat itu.
Kupu kupu itu tiba tiba menghilang, ia menatap sekelilingnya. Merasa aneh dengan tempat yang pijaki. Tempat yang awalnya asri kini berganti menjadi tempat yang suram.
Danau yang berwarna hitam pekat, dedaunan yang berwarna ungu tua. Buah buahan yang tumbuh sedikit dari biasanya. Awan yang gelap. Suasana yang benar benar terasa menyeramkan.
"Caramel."
Dirinya terlonjak kaget. Ia segera melihat orang yang memanggilnya, ia merasa bingung dengan wujud orang itu. Bagaimana ya, susah untuk di definisikan. Ia mempunyai tubuh, ia mempunyai wajah tetapi ia seperti tak mempunyai wajah.
"Melihat reaksimu aku cukup terkejut. Kau sangat tenang di banding dengan Rachel."
Caramel mengerutkan dahinya. "Rachel?" Tanyanya.
"Iya, tubuh yang kau tempati."
"Lo kenal Rachel?" Tanya caramel kaget. Arwah itu mengangguk.
"Aku yang membawamu ke tubuhnya." Ucapnya tenang. Caramel langsung menatap tajam, kalau di depan nya ini sosok manusia ia akan membuat ia sakit luar biasa. Ia tak main main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...