Eighteen

16.5K 1.8K 10
                                    

***

Di sebuah tempat, seseorang sedang menelpon dengan suara yang kecil. Bibirnya berdecih sinis, sesekali ia tertawa karena sedang merencanakan hal yang menurutnya sangat sempurna.

"Ingat kalian harus melaksanakan tugas kalian."

"...."

"Gue nggak peduli dia mau mati atau nggak, yang terpenting dia pergi jauh dari kehidupan gua."

Tut.

Setelah menelpon dengan orang misterius tersebut, si penelpon tertawa dengan jahat. Matanya berkilat tajam, dendamnya akan terbayar pikirnya.

"Lo nggak bakal bisa selamat, rachel."

---

Di perjalanan, rachel tak berhenti bersenandung pelan. Ia mengusir rasa takut yang ada, di sepanjang jalan jalanan terasa sangat sepi. Membuat bulu kuduk yang sedikit merinding. Ia beberapa kali mengumpat karena mendapati warung yang sudah tutup.

Ia memang berencana ke supermarket, tetapi jika dipikir-pikir lagi supermarket lumayan jauh dari rumahnya. Jadilah ia hanya mencari warung terdekat, tetapi hal itu tidak menghasilkan apa-apa. Terpaksa ia kembali ke tujuan awalnya. Walaupun jauh ya harus memaksa, lagipula ia mengendarai motor. jika ada apa-apa di jalan mungkin ia akan mengegas motornya dengan sangat cepat.

Rachel menghembuskan nafasnya lega ia sampai di supermarket. Setelahnya ia masuk ke dalam, ia mengambil beberapa cemilan dan minuman. Ia juga membeli mie instan. Mie instan adalah makanan terbaik, untuk mengisi perut di tengah malam. Jangan di contoh pola makan rachel ini ya kawan kawan.

Setelah mengambil belanjaannya ia segera membayar ke kasir. Ia keluar dari supermarket tersebut. Ia membuka kaleng soda lalu menaruhnya sampai habis. Mengisi energi sebelum ia kembali pulang.

"Gila ini sepi banget anjir. Untung gue tahu jalanan di sini. Kalau nggak gue bisa nyasar." Monolognya pelan. Ia segera melajukan motornya, tiba-tiba ia merasa hal yang tidak enak, tapi ia tidak tahu apa itu.

"Perasaan gue aja kali." Ucapnya. ia berusaha tenang dan melajukan motornya dengan sedikit cepat.

Rachel menjerit kaget, ia membantingkan stang motornya. Akhirnya ia jatuh ke trotoar. Makanannya sudah berserakan di jalanan, suara gedebruk motor terdengar sangat keras di sana. Sialnya di wilayah ini tidak ada seorangpun yang bisa mendengar. Badannya terasa sakit, tangannya terasa perih. Ia segera bangkit dari jatuhnya.

"Waduh neng maaf nih kita ngagetin." Ucap pria yang bertubuh gempal, sedang memainkan jenggotnya. Rachel memandang pria itu dengan jijik.

"Ngapain lo pada nyegat jalan gue." Ucap rachel dengan sinis. Tak dipungkiri bahwa ia merasa takut, tetapi harus menutupi itu. Beberapa kali ia merapalkan doa di dalam hatinya, memohon pada Tuhan agar ia di selamatkan.

"Galak banget sih neng, padahal kita mau main main aja ya nggak." Ucap salah satu teman dari preman itu. Hasil sedikit mundur ketika mereka mendekat ke arahnya.

"Mau ngapain lo pada setan!" Ucapan rachel panik.

Preman preman itu semakin mendekat ke arah rachel, mereka memegang lengan Rachel dengan kuat. Rachel memberontak, tetapi satu tangannya lagi dia cekal oleh preman lainnya. Ia berusaha kabur, tetapi ia malah diseret.

"LEPASIN GUE BAJINGAN!" Teriak Rachel sembari memberontak. Preman preman itu semakin kasar menarik Rachel.

"TOLONG! TOLONG!"

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang