44. Cinta Pertama

483 76 2
                                    

🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀

Tujuh Tahun yang lalu.

Dua insan remaja tengah bercanda ria di duduk di samping lapangan bola basket. Galang dan Dinda dengan pakaian seragam yang masih melekat lengkap.

"Aku penasaran satu hal," ucap Dinda sambil melihat jauh.

"Hmm penasaran tentang apa?" tanya Galang.

"Apakah kau yakin dapat menjawabnya?" tanya Dinda.

"Katakan saja, aku akan menjawab jika, aku tahu jawabannya," pinta Galang.

"Jadi begini, anggap saja aku percaya bahwa kau dapat melihat makhluk halus, seperti hantu, arwah, roh atau semacamnya. Lalu kau membantu hantu atau arwah yang masih bergentayangan ke alam selanjutnya. Benarkah?" tanya Dinda.

"Terkadang, jika aku mampu. Lalu masalahnya?" tanya Galang.

"Alam selanjutnya itu apa? Mereka akan dibawa kemana setelah mati?" tanya Dinda penasaran.

"Hmm aku tidak pernah bertanya mengenai hal itu. Mungkin, kalau aku bertanya mereka akan mengajak ku untuk ikut. Jika kau penasaran, aku tidak keberatan untuk bertanya pada mereka," jawab Galang

"Kau bodoh! Jangan lakukan itu. Aku tidak mau kau mati konyol," kata Dinda sambil memukul bahu Galang.

"Hahaha baiklah. Hmmm, aku hanya melihat cahaya yang menyilaukan, mungkin memang ada tempat bernama surga dan neraka. Setidaknya itu yang ku pelajari dari para guru dan sejumlah buku," kata Galang.

"Benar, aku juga tahu soal itu," kata Dinda.

"Hmmm sudahlah jangan memikirkan hal yang aneh. Ayo pulang, sudah sore," ucap Galang yang berdiri sambil mengulurkan tangannya.

"Hmm kamu duluan saja, ada sesuatu yang harus ku berikan pada bapak Hadi, kepala sekolah," kata Dinda.

"Memberikan apa?" tanya Galang,

"Berkas kak Rinda, dia ingin mendaftar magang di sekolah ini," kata Dinda.

"Begitu kah? Mau ku temani?" tanya Galang menawarkan diri.

"Tidak perlu. Hanya sebentar kok, kau juga harus membantu ayah mu bukan, ayah mu kan sangat disiplin," kata Dinda.

"Hmm baiklah, aku duluan, sampai jumpa," ucap Galang meninggalkan sekolah.

Dinda kini seorang diri. Hembusan angin semakin terasa. Selang berapa lama, pintu ruangan kepala terbuka. Dinda berdiri dan berjalan perlahan menuju ruangan tersebut. Dinda duduk di sofa panjang, raut mukanya Terlihat cemas dengan pandangan menatap lantai.

Seorang berdiri dihadapannya sambil melempar dokumen persetujuan padanya.

"Itu yang kamu inginkan, semua akan berjalan lancar, saya akan menjamin semuanya. Sekarang beri yang saya inginkan," kata seorang laki-laki tua, yang merupakan kepala sekolah SMA Cahaya, seraya melepas kemejanya dan mendekati Dinda yang menujukan ekspresi ketakutan.

Awesome Ghost [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang