Seorang remaja dengan seragam SMA tengah berjalan sendirian. Melewati banyaknya orang yang terus berjalan. Sampai bertemu dengan remaja seumurannya yang terlihat berjalan dengan pandangan tertunduk dan hampir menabraknya.
"Oh... Maaf" katanya sambil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍀
Jam sudah menujukan pukul 20.00 WIB. Galang termenung menatap langit-langit rumahnya. Entah apa yang membuat pikirannya kacau. Mungkinkah karena suara-suara arwah dan hantu terus berbisik di telinganya tentang sesuatu yang janggal. Ditambah lagi perkataan gadis kecil yang bernama Lintang tentang misteri yang pernah dicurigai nya ada hubungannya dengan Dinda.
"Tok-tok, kak Galang apa ini milik mu?" terdengar suara ketukan pintu.
"Apa?" kata Galang bergegas membuka pintu kamar.
"Ini. Aku menemukan di kantong seragam sekolah mu," kata Salsa sambil menujukan memori card.
"Ah, iya itu milik ku. Tunggu, kau sedang menggeledah seragam ku?" tanya Galang curiga.
"Benar. Aku ingin mengambil uang yang berada di kantong mu ternyata hasilnya zonk," kata Salsa.
"Kau adalah juara, tentang membuat alasan. Jangan dicuci, biar aku saja. Kau terlalu rajin," kata Galang.
"Hmm tidak apa-apa, lagi pula tangan pianis tidak boleh terluka," kata Salsa.
"Hei, bukan kamu juga seorang pianis," kata Galang.
"Iya, tapi level ku masih amatiran. Berbeda dengan mu, jadi tidak masalah jika tangan ku terluka," kata Salsa.
"Itu masalah untuk ku. Sudah tidur sana, biar aku yang lanjutkan," kata Galang mendorong tubuh Salsa menuju kamarnya.
"Hai, bagaimana kalau kita lakukan bersama-sama?" pinta Salsa.
"Tidak perlu, sudah kau belajar menghafal notasi saja. Biar tidak ada lagi, yang menyebut diri mu amatiran. Lagi pula aku suka mencuci baju. Mungkin jika aku berhenti menjadi pianis atau musisi, aku akan membuka laundry," canda Galang membuat Salsa tertawa.
"Bicara apa kamu ini? Lagi pula untuk apa kamu berhenti," kata Salsa.
"Tidak ada yang tahu masa depan haha, sudah bye," kata Galang.
"Kalau begitu, aku akan menjadi partner bisnis mu," kata Salsa.
"Boleh. Bagaimana kalau nama Laundry kita DaGaSa," kata Galang.
"Pasti itu singkatan dari, Darma, Galang, Salsa," kata Salsa menebak.
"Benar sekali, kau hebat! Keren kan ide nama dari ku?" tanya Galang menyombongkan diri.
"Tidak mau. Ide mu terlalu norak," kata Salsa menutup pintu kamarnya.
"Hmmm, anak nakal itu," gerutu Galang
Galang mencuci pakaian yang semula akan di cuci Salsa. Tampak sekali, Galang remaja yang rajin dan berbakti.
Setelah selesai, Galang bergegas menuju kamarnya. Dia teringat dengan memori card yang diduga milik kepala sekolah.