02

39.8K 3.9K 52
                                    

Di tempat lain sebuah keluarga sedang menangis tersedu-sedu di lorong rumah sakit.

"Pi... Hiks hiks kenapa Hani per-gi hiks, " tangis Tari.

Tak henti-hentinya Gian mengusap punggung Tari, "Sudah, Mi. Frozen sudah tenang, ini sudah takdir yang maha kuasa. Kita harus ikhlas, Mi. "

Darren? Sedari tadi ia menatap kosong lurus kedepan. Ia masih sangat shok saat melihat sang adik tercinta terbaring lemah di atas aspal dengan bersimbah darah.

Farel? Sungguh, hati pemuda itu sangat-sangat hancur. Ia tidak menyangka bahwa Hani akan pergi secepat ini. Padahal ia berjanji akan mengajak Hani ke pantai.

Jujur, mereka semua tidak menyangka bahwa Hani pergi secepat ini. Sungguh mereka sangat tidak ikhlas atas kepergian Hani.

Ceklek!

Pintu ruang UGD terbuka. Terlihat seorang Dokter muda bername tag Risa menghampiri Gian dan Tari.

"Maap Pak, Buk. Alhamdulillah atas izin Allah, anak Bapak dan Ibu dapat bernapas kembali.

***

Terlihat seorang gadis tengah terbaring di atas brankar rumah sakit itu. Terhitung sudah 3 minggu gadis itu mengalami koma. Semakin hari keadaan gadis itu semakin membaik, hanya saja ia mengalami koma.

Perlahan mata indah itu mulai terbuka. Gadis itu menatap sekeliling ruangan VVIP itu.

"Mami? Papi? " lirih gadis itu kala tak melihat kedua orangtuanya berada.

Gadis itu adalah Hani. Ya? Hani Nashiva Gentala, yang bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis yang bernama Hana Kashiva Gentala.

Ceklek

Pintu terbuka.

Terlihat seorang remaja laki-laki membawa sebuket mawar hitam. Remaja itu menatap datar Hani. Hani mengerutkan kening heran, pasalnya ia pertama kalinya melihat remaja laki-laki itu.

Remaja laki-laki itu meletakkan buket itu di atas nakas samping brankar Hani, "Gausah GR," dingin remaja laki-laki itu lalu berjalan ke sofa.

Hani hanya menatap sinis remaja laki-laki itu.

'Sok kenal'  batin Hani.

Tak lama kemudian ada 2 pasang suami istri masuk ke ruangan Hani.

"Hana!" pekik wanita itu memeluk Hani erat. Sebut saja wanita itu Bulan Cahya Purnama dan Kalingga Keenan Gendala.

Eits! Jangan lupakan sepasang suami istri yang berada di belakang mereka yang tak lain adalah Jovanka Permata Alderi dan Abidzar Sakra Alderi.

Hani terdiam, tampa membalas pelukan wanita tersebut. Ia masih bingung, bahkan sangat-sangat bingung. Siapa yang wanita itu panggil dengan sebutan 'Hana? ' dan siapa orang-orang yang di hadapannya ini.

"Hana gimana keadannya?" tanya Vanka lembut.

Bulan melepas pelukan mereka lalu mengangguk menyetujui ucapan Vanka.

"Apa ada yang sakit, Nak?" tanya Lingga khawatir kala melihat keterdiaman sang putri.

"Biar Ayah panggil dokter sebentar," celetuk Abi berlalu dari sana.

Hani menatap dingin orang-orang di hadapannya, lalu melirik laki-laki yang duduk di sofa dengan memain kan ponselnya.

Vanka, Bulan dan Lingga menoleh kearah pandang Hani.

"Loh, Alka? Kamu disini?" bingung Bulan, sedari tadi mereka tidak menyadari kehadiran remaja itu.

Ya! Remaja itu bernama 'Alka. Alkazio Namran Zaleo. Anak dari sahabat Lingga. Yaitu, Lio Baraq Zaleo dan Bilqis Kayana Zaleo. Alka hanya dua bersaudara. Ia memiliki Adik laki-laki bernama Arkanaio Namron Zaleo.

Alka mendongak, "Ah, iya Tan. Tadi di suru Bunda jengukin Hana. Kalau gitu saya pamit pulang dulu ya, Tan."

"Ah iya-iya, terimakasih sudah menjenguk Hana," ucap Bulan sebelum Alka berlalu dari sana.

"Hana? " panggil Lingga lembut.

Hani menatap Lingga dengan menaikkan sebelah alis matanya, "Gue Hani, " dingin Hani.

Mereka menatap bingung Hani.

"Hani... " lirih Bulan bingung.

"Kamu Hana. Hana Khasiva Gentala," ucap Lingga.

Hani sedikit terkejut dengan nama itu, pasalnya nama itu hampir sama dengan namanya. Namun ia cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi datar.

"Saya Hani Nashiva Gentala. Bukan Hana yang kalian maksud," tekan Hani.

"Dari mana kamu tau nama itu? " tanya Vanka terheran-heran.

"Bagaimana saya tidak tahu? Itu nama saya," sahut Hani.

"Tapi--" ucapan Lingga terpotong.

"Dimana keluarga saya? " sela Hani.

Vanka merasa tidak beres lalu menyodorkan kamera ponsel kehadapan Hani. Sontak Hani membulatkan mata lebar kala melihat wajahnya. Wajahnya yang lebih putih dan mulus, sedangkan wajahnya dulu kuning langsat. Namun wajahnya tetap sama hanya berbeda warna saja.

Ia mengerutkan kening menatap bingung orang yang di depannya. "Kulit saya kuning langsat mengapa ini putih, dan hidung saya tidak semancung ini."

Vanka semakin yakin dengan pikirannya, "Kamu... Transmigrasi?"

Sontak semua orang menatap Vanka bingung.

***

Dari sekian banyak lelaki yang ingin memiliki ku, aku justru memilih menunggu lelaki yang tidak akan pernah ku miliki kembali

_author_

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang