05

35.2K 3.2K 9
                                    

Hari ini adalah hari ke tiga Hana di mansion setelah kepulangannya 3 hari yang lalu.

Pagi ini Hana sedang bersiap untuk ke sekolah.

"Pagi," sapa Hana sesampainya di meja makan.

"Pagi princess!" sahut mereka.

Kemudian Hana duduk di samping Bulan dan Desty.

Hening. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring, sampai mereka selesai sarapan.

"Hana mau pergi sekolah dengan siapa?" tanya Davin selaku Opa Hana dan juga mereka.

"Sama gue aja!" celetuk Renan.

"Sama gue!" tukas Arsen.

"Gak! Princess sama gue!" sanggah Regan.

"Princess sama Abang aja ya?" ucap Arfa tak mau kalah.

Davin membuang napas kasar, "Kalian ini! Biarkan Hana yang memutuskan ia akan berangkat dengan siapa, " geram Davin menatap para cucunya.

"Sendiri," dingin Hana.

Mereka menatap bingung Hana, yang tak mengerti maksud ucapan Hana.

Hana menghela napas panjang pasti keluarganya tidak mengerti maksud ucapannya. "Hana berangkat sendiri."

Mereka menganggukkan kepala paham. Ingin sekali mereka membantah keputusan Hana, tapi ... sudahlah. Toh, Hana tetap pada pendiriannya.

***

Hana mengendarai motor sport yang ia pinjam dari Renal dengan santai. Hana menghentikan motornya kala lampu lalu lintas berwarna merah.

Brum! Brum! Brum!

Pengendara motor yang tepat di sampingnya itu dengan sengaja menaik-turunkan suara motornya, membuat para pengendara lain merasa terganggu.

Hana menghembuskan napas jengah lalu melihat kearah kanannya. Ia melihat sekumpulan remaja terdiri dari empat orang yang sepertinya geng motor yang tengah bercanda dengan menaik turunkan suara motor mereka.

Plak!

Hana menggeplak kuat helm pemuda di sampingnya. Sontak pemuda itu menoleh ke kiri, lebih tepatnya ke arah Hana.

"Siapa lo! Berani-beraninya mukul helm gue!" geram pemuda itu menaikkan kaca helmya.

"Kelakuan lo dan temen-temen lo itu mengganggu pengendara lain!" tekan Hana tampa menoleh kearah pemuda itu. Lalu ia melajukan kencang motornya kala lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Pemuda itu berserta geng nya mengejar Hana. Hana tidak perduli, lalu membelokkan motornya ke parkiran khusus roda dua kala ia sampai di SMK Gentala.

Tepat saat Hana mematikan motornya, tibalah pemuda tadi beserta gengnya memarkirkan motor mereka di samping Hana.

Banyak teriakan histeris dari para kaum hawa. Kala melihat Most Wanted SMK Gentala tiba dengan motor kebanggaan mereka masing-masing. 4 pemuda itu adalah...

Cakra! Aku padamu!
Adan ganteng banget bangsad!
Zayn manisnya gak ngotak anjer!
Arta! Jalan yuk!

Dan bla bla bla.

Cakra menyagak motornya kasar, lalu membuka helmnya. Cakra melangkahkan kakinya kearah Hana. Cakra berpikir bahwa seorang yang menggeplaknya tadi adalah seorang pemuda. Karena penampilan Hana yang memakai celana jeans dan rambut di gulung.

"Turun lo!" gertak Cakra di hadapan Hana. Hana diam memandangi Cakra yang menahan amarahnya.

Cakra ngapain tuh?
Pasti tu cowok buat gara-gara sama Cakra.
Siapa tuh yang di samperin Cakra.
Kayanya si Cakra marah tuh. Siap-siap aja tu orang tepar.
Kita lihat aja elah.

Begitulah kira-kira ucapan masyarakat SMK Gentala.

"Kayanya Cakra beneran marah tuh," celetuk Arta menatap Cakra yang mengoceh di depan Hana.

"Gue penasaran siapa tu siswa," timpal Zayn di angguki Arta dan Adan.

"Budek lo!" bentak Cakra di hadapan Hana.

Hana memutar bola matanya jengah lalu membuka helmnya. Saat helm terbuka rambutnya panjangnya tergerai indah. Sontak mereka semua membulatkan mata terkejut. Mereka kira Hana adalah seorang siswa yang ternyata adalah siswi. Yang membuat mereka lebih terkejut adalah bahwa perempuan yang di bentak Cakra tadi adalah Hana.

Cakra masih memandang Hana tak percaya. Berbeda dengan Hana yang menatapnya datar.

"Why?" ketus Hana lalu meninggalkan Cakra yang masih mematung.

Arta, Adan dan Zayn menghampiri Cakra yang mematung, sejujurnya mereka juga sama terkejut, namun segera mereka sadar.

Zayn menepuk bahu Cakra. "Sadar bro, " tegurnya kala Cakra menatap kosong.

Cakra yang tersadar menatap Zayn, "Itu ... Hana? " tanya Cakra memastikan di balas anggukan dari ketiga sahabatnya.

***

Hana berjalan dengan santainya di koridor sekolah, di tambah dengan airphone yang berada di telinganya. Banyak tatapan aneh dari para siswa ada juga yang berbisik-bisik tentangnya karena gaya Hana yang berbeda dari biaasanya, ia lebih terlihat seperti badgirl,  tidak seperti biasanya Hana yang terlihat anggun bermake up.

Namun, Hana adalah jiwa Hani, sosok yang bodo amatan, tak perduli. 'Selagi mereka gak ganggu ketenangan gue, gue gak peduli.' itulah yang Hana a.k.a Hani ucapkan.

Sesampainya di kelas xii akuntansi 6, Hana menghampiri bangkunya. Banyak para teman sekelas Hana yang menatap bingung Hana.

Alen yang sedang fokus dengan ponsel di hadapannya lalu menoleh kesamping kanan. "Ha-Hana?" panggil Alen gugup.

Hana hanya menoleh sekilas kearah Alen.

"Lo ... udah sehat? Lo udah gak papa kan?" tanya Alen dengan mata berkaca-kaca. Sungguh ia sangat merindukan sahabatnya itu.

"Gue gak akan disini kalo belum sehat," sahut Hana.

"Pagi anak-anak! " sapa Pak Beno selaku guru administrasi pajak.

"Pagi Pak! " jawab mereka semua.

***

Hatiku ...
Seperti serpihan kaca yang penah utuh

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang