08

31.2K 3.1K 45
                                    

"Hana mana, Bun?" tanya Arsen pada Vanka seraya menaruh makanan di meja.

Pagi ini keluarga Gentala sedang sarapan pagi. Namun, Hana tidak memunculkan batang hidungnya.

"Lagi di kamarnya kali," sahut Vanka yang sibuk menaruh makanan di meja tampa menoleh kearah Arsen.

"Pagi!" sapa Regan dan Renal dengan semangat 45.

"Hem," dehem Arsen.

"Pagi!" seru Abi setibanya di dapur. Lingga dan Hana yang berada di belakangnya mendengus kesal.

Tak lama anggota keluarga Gentala sudah berkumpul untuk mulai sarapan pagi.

Hening. Begitulah situasi saat ini, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring.

"Hana udah siap." celetuk Hana mereka semua mengangguk menatap Hana. Hana menyalami punggung tangan mereka satu persatu.

***

Hana berjalan dengan santainya di koridor sekolah. Banyak pujian dan bahkan hinaan yang tertuju padanya. Namun Hana tidak akan peduli selagi mereka tidak mengusik ketenangannya.

"Hana!" panggil seseorang dari belakangnya.

Hana menoleh ke belakang, ternyata Zayn yang memanggilnya. Hana menaikkan sebelah alis matanya sebelah kala Zayn sudah berada di depannya.

"Gue ... mau bicara sama lo," ucap Zayn menggaruk tengkuknya.

Hana memiringkan kepalanya bingung.

"Kita bicara di sana aja ya?" tunjuk Zayn ke arah bangku di bawah bunga kantin taman itu.

Hana mengangguk singkat, lalu mereka berjalan dan duduk di bangku itu.

"Ekhem!" dehem Zayn.

Hana memutar bola matanya malas. "To the point aja. "

Zayn menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ee... kenapa lo kemarin manggil gue ... Jayen?" tanya Zayn menatap serius Hana.

Hana menatap datar Zayn, "Menurut lo? "

Zayn gelagapan, "Maksud gue ... Dari mana lo tau nama itu? Karena hanya satu orang yang biasa manggil gue Jayen. "

"Gue Hani. "

Zayn menyipitkam menatap Hana bungung. "Ha ... Ni?" ragu Zayn.

"Ck. Transmigrasi."

Zayn semakin menatap bingung Hana, lalu seketika mata membulat lebar.

Flashback on

2 tahun yang lalu.

"Han, kita sampe sini aja ya? Kita gak akan bisa bersatu Han.... " ucap Zayn selaku kekasih Hani.

"Tapi Jayen... Gue gak bisa putus dari lo, gue sayang banget sama lo!" tolak Hani menatap sedih Zayn.

Zayn menghela napas kasar. Lalu memegang bahu Hani.

"Han? Tuhan kita berbeda, gue gak bisa ninggalin tuhan gue hanya karena cinta semata, begitupun dengan lo, Han. Lo gak akan ninggalin tuhan lo demi cinta kan?"

Hani semakin menangis sesenggukan, "Kenapa semuanya begitu berat? Kenapa harus guw yang ngalami ini, Zayn! Kenapa!"

Zayn menghapus air mata Hani, "Jika memang takdir berkehendak, tadir akan menyatukan kita, Han. "

"Gue sayang... Banget sama lo. Tapi, gue lebih sayang tuhan gue, Han." sambung Zayn.

"Mungkin ini yang terbaik untuk kita. Sampai bertemu di waktu yang tepat, dan semoga saat itu, lo masih jayen yang gue kenal," ucap Hani tersenyum manis.

Flashback off

Grep!

Zayn memeluk erat Hana. Hana hanya diam mematung, sungguh ia sangat merindukan sosok yang pernah hadir mengisi kekosongan hatinya.

"Gue kangen banget sama lo, Han. Gue pernah nayari lo, tapi gak pernah gue temuin." lirih Zayn lalu melepas pelukan.

Zayn menatap sendu Hana, "Frozen gue masi sama ternyata," kekeh Zayn menjawil hidung Hana.

Hana menatap tajam Zayn yang menyengir,"Map-maap..."

Tanpa mereka sadari sedari mereka berpelukan tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka dari balik pohon besar yang tak jauh dari mereka. Dan orang itu ... adalah Cakra yang berdiri disana dengan mengepalkan tangannya

Ternyata tak jauh di belakang Zayn dan Hani, Alka juga memperhatikan mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Yaudah yuk gue anter ke kelas," ucap Zayn mengusap puncak kepala Hana.

Hana memutar bola matanya malas. Lalu mereka beriringan nenuju kelas Hana. Terdengar bisik-bisik dari para siswi kala melihat Zayn dan Hana yang terlihat begitu akrab.

Tumben Zayn bareng Hana?
Gak dapat Cakra, malah sahabatnya yang diembat.
Sejak kapan mereka akrab?
Gak tau tuh.
Kemarin-kemarin aja si Hana datar, kok sekarang sedikit semringah?

Dan bisikan lainnya dari para siswi.

Zayn mengantar Hana sampat di depan pintu. "Belajar yang bener!" ucap Zayn mengusak rambut Hana.

"Tangan lo!" peringat Hana dingin.

Zayn tertawa geli, sungguh frozennya ini masih sama sepeerti dulu. "Heheh. Maap, Frozen."

Hana mengangguk sekilas lalu nyelonong saja masuk ke kelas tampa memperdulikan Zayn yang masi berada di depan pintu kelasnya.

***

cerewetnya peduli, marahnya diem, bencinya pergi. 'cewek'

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang