Ting!
Ponsel Hana berdenting tanda notifikasi pesan masuk. Hana menatap layar ponselnya. Setelah membaca pesan itu ia memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Kini Hana, Nona V dan Tuan A sedang berada di dalam mobil menuju markas musuh mereka. Nona V yang sedang berada di bangku samping kemudi menoleh ke belakang menatap Hana yang memasukkan beberapa peluru ke dalam pistol.
"Maap, Miss. Apa ini tidak terlalu bahaya? Kita hanya bertiga," ucap Nona V di angguki Tuan A.
Hana menghentikan aktivitasnya lalu menatap datar Nona V, "Kau tahu ini adalah rahasia kita."
Nona V gelagapan, "Ma-maap, Miss." ucap Nona V lalu menatap lurus ke depan seraya membenarkan maskernya.
Setiap anggota Jov's Company saat melakukan misi selalu menggunakan pakaian tertutup dan tak lupa memakai masker, agar tidak ada yang mengenal mereka, karna jika mereka melepas masker itu, dan saat mereka sedang tidak siap, kapan saja musuh pasti akan menyerang untuk balas dendam karena sudah mengenal wajah mereka.
Itu sebabnya mereka selalu memakai masker saat beraksi.
Flashback
Hana a.k.a Hani mengepalkan tangannya kala seseorang mengirimkan sebuah video yang menampilkan empat orang yang iya sayang sedang di ikat di bangku.
"Raya sialan, gue ulek juga lo," geram Hana meremas ponselnya.
Kemudian Hana menghubungi Nona V dan tuan A untuk membantunya menyelamatkan empat orang tersayangnya. Karena ia tau, ia tidak bisa menyelamatkan orang tersayangnya itu seorang diri.
Ting!
Pesan kembali masuk, Hana membaca pesan itu yang bertuliskan.
0821xxxx
|Hani?
Hana menggeram marah, "Sialan! Ternyata tu demit udah tau," dengusnya.
Flashback off
Ciiit!
Tuan A mengerem mobil itu. Hana dan Nona V menyiapkan beberapa pistol dan pisau khusus, tak lupa juga peluru cadangan.
"Tetaplah berhati-hati," peringat Hana pada keduanya.
Keduanya mengangguk, "Baik, Miss!" ucap keduanya bersamaan.
"Gue di depan, kalian jaga di belakang," tegas Hana.
"Biar saya aja yang di depan, Miss. Takut terjadi apa-apa nantinya, saya yang akan melindungi kalian dari depan." ucap Tuan A.
Nona V menyenggol lengan Tuan A kala Hana menatap horor Tuan A. Tuan A tersadar, ia menyengir menatap Hana.
Hana menatap gedung tua di hadapannya, gedung itu... Sungguh sangat kotor dan banyak kerusakan di beberapa tempat.
Hana melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Perlahan Hana membuka pintu gedung itu, dengan langkah hati-hati, ia memasuki gedung tua itu diikuti Nona V dan Tuan A dan belakang.
"Ada hantunya gak ya?" tanya Nona V pelan pada Tuan A.
"Hush! Jangan nakutin," tegur Tuan A yang di balas anggukan dari sang empu.
Sudah lima belas menit mereka berjalan, ruang demi ruang mereka masuki. Namun, tak ada apa-pun di ruang itu, hanya kosong. Seperti hati author wkwkwk. Canda elah!
Tuan A mengelap keringatnya yang berada pelipisnya, "Miss, perasaan dari tadi keluar masuk ruangan kagak nemuin apa-apa." celetuk Tuan A seraya melirik kanan kiri berjaga-jaga.
"Pokus, jangan lengah. Mungkin saja mereka sedang merencanakan sesuatu," sahut Hana.
"Miss, lihat itu!" bisik Nona V seraya menunjuk sebuah cincin putih yang tergeletak tak jauh dari hadapan mereka.
Hana menatap sendu cincin itu, ia tahu benar siapa pemiliknya. "Aku datang... " lirih Hana.
Nona V dan Tuan A tercengang mendengar lirihan Hana, yang mereka tahu, seorang Miss Hani, adalah sosok yang tegas, berani, tak ada kata sedih, bahkan melirih saja tidak pernah mereka dengar.
Mereka berdua belum tahu bahwa Hani saat ini berada di tubuh Hana.
Hana berjongkok lalu mengambil cincin itu. Ia menyimpan cincin itu di saku celananya. Hana mengerutkan kening kala melihat salah satu pintu tua tak jauh dari hadapannyag. Entah mengapa ia merasa penasaran dengan pintu itu di banding pintu-pintu lain yang ada di hadapannya.
Hana bangkit, perlahan ia berjalan menuju pintu itu. Tak lupa dengan setia, Nona V dan Tuan A mengikuti Miss mereka dari belakang.
Hana memegang knop pintu itu, matanya melirik tajam ke arah kiri. Dan tak lama...
Dor!
Suara tembakan tepat mengarah pada Hana. Untung saja Hana memundurkan kepalanya sedikit, jika tidak mungkin peluru itu sudah berada di kepalanya. Ia juga dapat melihat peluru itu melewatinya, tepat di depan matanya.
Nona V dan Tuan A membelalakkan mata shok. Sejeli itu Hana terhadap situasi dan setajam itu pendengaran dan penglihatan Hana, bahkan mereka saja tidak menyadari situasi saat itu.
Hana membuka knop pintu itu. Matanya terbelalak kala melihat orang yang ia sayang berpenampilan sangat kacau.
"Hani!" shok keempatnya.
"Mami... Papi... " lirih Hana menatap sendu orang tuanya dan juga kedua Abangnya. Yaps empat orang yang di maksud itu adalah keluarganya, walau keluarga angkat.
Prok! Prok! Prok!
Seorang remaja perempuan bertepuk tangan, dan tersenyum smirk memandang remeh Hana.
Nona V dan Tuan A saling pandang saaat melihat siapa remaja itu.
"Penipu handal!" remeh remaja itu tersenyum jahat.
"Raya bajigur," gumam Hana greget.
Yaps, remaja perempuan itu adalah Raya.
"Pergi dari sini, Han!" teriak Farel.
"Cepat pergi, Dek!" teriak Darren selaku Abang sulungnya.
Raya memutar bola matanya malas kala mendengar teriakan dua pemuda itu, "Gimana dengan permainan gue? Pastinya bagus dong!" sombong Raya.
Hana tidak memperdulikan ucapan Raya, ia berjalan kearah keluarganya. Berniat melepaskan tali yang mengikat keluarganya itu.
Baru saja selangkah lagi ia sampai berada di hadapan Mami Tari langkahnya terhenti kala...
Dor!
Suara tembakan itu membuat keluarganya bahkan Nona V dan Tuan A menahan tapas sejenak.
"Hani!" pekik Mami Tari dan Farel.
***
Lidah yang tak bertulang
mampu membunuh hati yang tak terlihat-author-
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis manja, bodoh, pemalas yang ternyata adalah k...