Hana berjalan santai di koridor sekolah menuju kelasnya. Pagi ini Hana berangkat ke sekolah seorang diri tanpa Alka.
Sebenarnya, Alka tadi sudah memaksanya untuk berangkat bareng. Namun, Hana bersikeras untuk pergi sendiri. Alhasil mau tak mau Alka menuruti permintaan Hana, Alka memakai motornya menuju sekolah, dan Hana menggunakan mobil Alka menuju sekolah.
"Hana!" pekik Cakra dkk dari belakangnya yang sedang berjalan kearahnya.
Hana menoleh, menatap heran Cakra dkk.
"Hai, Han?" sapa Cakra berdiri dengan gaya coolnya.
"Hah? Cakra," sahut Hana.
Cakra dkk membulatkan mata lebar. Tak biasanya gadis itu mau berbicara dengan mereka, kecuali Zayn.
Zayn menaruh punggung tangannya di dahi Hana, untuk mengecek suhu Hana apakah panas atau dingin. Zayn menurunkan tangannya beralih mengecek dahi Adan.
Adan membulatkan mata lalu menepuk tangan Zayn menjauh dari dahunya, ia tak habis pikir dengan yang dilakukan Zayn.
"Sama," bingung Zayn menatap Hana dan Adan bergantian.
Arta dan Cakra memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya itu.
"Tumben nyahut," celetuk Arta menaikkan sebelah alis matanya menatap Hana.
Sontak Hana gelagapan dengan ucapan Arta. Adan menyenggol lengan Arta. "Lagi mood dia, " ucap Adan menaik turunkan alisnya menatap Hana.
Hana tersenyum kikuk lalu menganggukkan kepalanya ragu.
"Udah lah! Yuk mending gue anter lo ke kelas," sela Zayn lalu merangkul Hana berjalan menuju kelas Hana diikuti yang lain dari belakang.
***
Jam istirahat sudah berdentang sejak enam menit yang lalu. Kini Hana dan Alen sedang menyantap mie ayam yang Alen pesan tadi.
Ting!
Ponsel Hana berdenting tanda notifikasi pesan masuk. Hana membuka pesan itu.
0822xxxx
Lancar?
Aman, lo tenang aja
Dia?
Dari tadi gue gak ngeliat dia
Ok, ikuti rencana gue
Jgn ad yg crgaOke tenang aja, gak ada yang menyadari ini semua, cuma asal lo tau aja kita punya perbedaan yang buat gue tadi ketar ketir
Sory
Sans
Read
Hana menyimpan ponselnya di saku roknya.
"Hai, Han!" sapa Cakra dkk.
Hana dan Alen mendongak menatap Cakra dkk.
"Kita duduk disini ya," celetuk Adan.
Alen menatap sinis Adan, belum sempat ia memberi izin, lelaki itu sudah duduk.
"Gue belom ngasi lo izin duduk gimari kutu kupret!" sarkas Alen.
"Peduli?" sahut Adan menatap datar Alen.
Alen melipat lengan bajunya menatap geram Adan, "Wah! Cari mati lo! Pilih UGD atau kuburan?" Alen tersenyum miring.
Mereka bergidik ngeri mendengar penuturan Alen. Tanpa mereka sadari dari meja paling pojok Alka menatap mereka tajam.
Adan sudah panas dingin kala Alen mendekatkan wajahnya ke wajah Adan. "Ap-apa yang lo lakuin?" panik Adan.
"Hahahaha!" tawa mereka pecah begitupun dengan Alen dan Hana kala melihat ekspresi panik Adan.
"Hana?" panggil Cakra menatap Hana serius.
***
"Nona V! Cepat ambil senjata cadangan di mobil!" titah Hana pada Nona V.
Nona V yang sedang memakai masker kemudian menoleh kearah Hana lalu mengangguk.
"Siapkan mobil 'A! Waktu kita gak banyak!" teriak Hana yang sibuk memasukkan peluru ke dalam pistol itu.
"Bagaimana dengan keluarga Gentala?" tanya Hana.
"Sudah di amankan di ruang rahasia mansion Gentala," sahut Nona V yang di balas anggukan dari Hana.
Kini mereka di sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan senjata yang akan di pakai nanti. Karena tiba-tiba tadi Argil menelpon mereka mengatakan bahwa musuh mereka sedang mencoba menerobos mansion Gentala.
"Sudah, Mis!" jawab Nona V dan 'A bersamaan.
Hana mengangguk, kemudian mereka masuk ke mobil menuju mansion Gentala.
"Sialan!" umpat Hana sesampainya disana. Ia melihat banyak bodyguard yang tergeletak lemah di lapangan mansion Gentala.
"Nona V dari arah timur, dan 'A dari selatan! Cepat, anggota yang lain sudah di posisi masing-masing," titah Hana bergegas turun dari mobil.
Dor!
Dor!
Dor!Hana mendengar suara tembakan dari arah mana-mana.
Brugh!
Bugh!
Bugh!
Dor!
Dor!
Dor!Hana menembak beberapa orang disana yang berniat melukainya dan para anggotanya. Dengan lincah Hana sudah menumbangkan banyak musuhnya.
Wush!
Desis angin dari lemparan pisau tajam itu tepat di sampingnya. Hana hampir saja tertusuk jika dengan tidak segera ia menggeser tubuhnya.
Hana melihat para anggotanya membulatkan mata terkejut, dan menatapnya khawatir.
Argil menghampiri Hana, "Lo gak papa, Han?" khawatir Argil.
Hana menggeleng, matanya sedikit membulat lalu menarik Argil kala melihat seorang musuh hampir saja menusuk Argil dari belakang.
"Pokus!" tegas Hana menatap kesal Argil.
Argil mengangguk mantap lalu melanjutkan aksinya menembak para musuhnya yang terbilang banyak. Karena penyerangan terlalu tiba-tiba, jadi anggota mereka tidak banyak.
Napas Hana memburu kala melihat seorang yang ia kenal hendak menerobos masuk ke dalam mansion.
"Tutup pintu utama!" tegas Hana berbicara di aerphone yang sudah tersambung yang berada di telinga sebelah kanannya.
"Baik, Mis!" sahut orang itu dari balik aerphone.
Hana tersenyum licik kala orang itu mendengus kesal karena tak dapat menerobos masuk ke dalam mansion. Semua pintu dan jendela sudah di tutup. Jadi tidak ada akses mereka masuk ke dalam mansion.
***
Petang mendatang, berganti langit gelap bertabur bintang
Seperti halnya dia, datang memberi kebahagiaan, menghapus luka mendalam_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] Mungkin ni cerita nggak masuk akal, jadi author mohon maaf jika pembaca kurang puas sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Haru...