Sore ini Hana dan Arkan sampai di apartemen milik Alka dan Hana. Karena Lio dan Bilqis harus ke luar negeri karena urusan bisnis beberapa hari kedepan, jadi mereka menitipkan Arkan pada Alka dan Hana.
Arkan clingak-clinguk mencari dimana keberadaan Abangnya itu. Arka menoleh kearah Hana yang sedang menutup pintu apartemen.
"Kak? Bang Alka kemana?" tanyanya.
Hana mengedikkan bahu, "Barang kamu taro di gudang yang udah Kaka beresen, kebetulan gudang juga kosong," ucap Hana panjang lebar.
Saat sedang bersama Arkan pasti Hana akan berbicara panjang, karena ia yakin, jika Arkan akan sulit mengerti ucapannya.
Arkan mengangguk lalu membawa tasnya ke gudang yang sudah direnovasi menjadi kamar.
Hana menghela napas lelah, kini saatnya ia membersihkan diri, karena merasa tubuhnya sudah sangat lengket.
20 menit sudah Hana membersihkan tubuh, kini ia berjalan menuju dapur.
Hana membuka kulkas, hanya ada kentang, kangkung, tempe, dan tahu. Ia berpikir sejenak, akan memasak apa untuk malam ini.
Hana tersenyum tipis, "Tahu balado, tumis kangkung dan sambal tempe."
***
Arkan menghentikan aktivitasnya membereskan pakaian miliknya di lemari kecil yang tersedia di gudang. Arkan memejamkan matanya kala mencium bau sesuatu.
"Hem... Wangi banget!" monolognya seraya mengendus-endus bau itu.
"Kayanya Kak Hana lagi masak deh, pasti enak!" monolognya lalu berjalan kearah dapur.
Arkan tersenyum semringah melihat makanan yang tersaji di meja makan. "Kayaknya enak banget!" seraya mencium makanan itu.
Hana menepuk tangan Arkan kala pemuda itu hendak makan tanpa mencuci tangannya terlebih dahulu, "Cuci tangan!" tegur Hana.
Arkan menyengir lebar seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Lupa," ucapnya lalu mencuci tangannya.
"Bang Alka belum pulang, Kak?" tanya Arkan seraya menyendokkan nasi ke piringnya.
Hana menggelengkan kepala seraya membersihkan meja.
Arkan mengerutkan kening heran, "Bang Alka sering kaya gini, Kak?" tanya Arkan menatap serius.
Hana menatap Arkan lalu mengangguk sebagai jawaban. Arkan menggeleng tak percaya. "Kob bisa? Kak Hana gak ngelarang gitu?" tanya Arkan yang di balas gelengan dari Hana.
"Harusnya Kakak ngelarang dong, Bang Alka itu kan liar, kalo dia bunuh orang di luar sana gimana?Astaga...!" prustasi Arkan memijit pelipisnya.
"Dia benar-benar akan membuat ulah di luar san--" ucapan Arkan terpotong kala ponsel Hana berdering tanda telpon masuk.
Arkan menatap penasaran Hana dengan apa yang di ucapkan si penelepon.
"Baik, terimakasih," ucap Hana bergegas memakai jaketnya yang berada di bangku samping Arkan.
"Kenapa, Kak?" tanya Arkan bingung kala melihat ekspresi kesal Hana.
"Jangan kemana-mana!" tegas Hana menatap tajam Arkan. Arkan menunduk takut, sungguh wajah Hana mengerikan saat sedang kesal, apalagi sedang marah.
Hana mengambil kunci mobil Alka yang berada di meja samping tv, kemudian ia bergegas keluar apartemen.
Lima belas menit sudah Hana mengendarai mobil Alka dengan kecepatan di atas rata-rata menuju kantor polisi. Hana bergegas memasuki kantor polisi, sesekali ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 19:16.
"Maap? Apakah anda dengan Ibu Hana?" tanya polisi itu yang bername tag Doni itu.
Hana menganggukkan kepala singkat lalu menatap tajam Alka yang berada di balik sel penjara tepat di samping meja Doni.
Alka menatap datar Hana menatapnya tajam, bagaimana elang menatap mangsanya.
Polisi bername tag Tio yang berada di sampingnya menyenggol lengan Doni, "Mata lo picek apa? Tu masih bocah lo panggil ibu!" sarkas Tio, Doni menggaruk tengkuknya bingung.
"Hehe, Maap Nona Hana. Silahkan duduk," ucap Doni mempersilakan Hana duduk.
"Begini Nona Hana, saat kami bertugas, kami melihat Alka and the gang sedang melakukan tawuran, dan... Ia menyebabkan salah satu pemuda mengalami koma. " jelas Doni.
Hana membuang napas lelah. "Lalu?" tanya Hana.
"Kami benar-benar tidak tahu harus menghukum Alka seperti apa lagi, sudah sering kami menghukumnya, namun pemuda itu tetap tidak kenal lelah melanjutkan aksinya." timpal Tio.
"Kali ini kami me-maapkan Alka, tetapi jika hal ini terjadi lagi, kami akan menindak lanjuti," ucap Doni seraya membuka pintu sel.
"Saya pastikan dia tidak akan berulah lagi. Terimakasih," ucap Hana lalu menarik ujung baju Alka.
"Lo apa-apaan sih!" dengus Alka menatap datar Hana yang terus menyeretnya hingga masuk ke dalam mobil.
"Motor gue?" tanya Alka.
"Di anter polisi ke apartemen, " sahut Hana melajukan mobilnya di atas rata-rata.
"Anjir lo, Han! Cari mati lo! Gue belum punya anak ya kali mati muda!" histeris Alka kala Hana membanting stir saat melewati tikungan tajam.
Alka biasa menyetir mobil dengan kecepatan tinggi namun jika ia yang menjadi penumpang di tambah yang menyetir seorang perempuan, itu akan membuatnya takut.
"Han! Gue aja yang nyetir! sumpah lo bikin gue spot jantung!" kesal Alka menatap shok jalanan.
Hana membuang napas kasar lalu membekap mulut Alka dengan tangan kirinya. Alka menepis kasar tangan Hana. "Tangan lo bau terasi anjir!" dengus Alka melirik tajam Hana.
"Emang!" enteng Hana tanpa menoleh ke arah Alka.
Alka membulatkan mata, "Lo ngeselin banget siiiih!" prustasi Alka.
Ciit!
Dugh!
Dahi Alka terantuk dashboard mobil kala Hana mengerem mobil secara mendadak tepat di depan Indomaret. Alka mengusap-
usap dahinya, "Lo bisa bawa mobil gak sih!" ketus Alka."Kalo gue mati muda gimana? Mana belum punya anak lagi!" gerutu Alka.
Hana memutar bola matanya malas, "Ntar gue kasi anak. "
Mata Alka berbinar, "Anak? Ntar malem kita buat debay?" antusias Alka.
"Anak ayam," singkat Hana lalu keluar dari mobil menuju indomaret.
***
Mulailah dari tempatmu berada dan gunakan yang kau punya. Lakukan apapun yang kau bisa lakukan
_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] Mungkin ni cerita nggak masuk akal, jadi author mohon maaf jika pembaca kurang puas sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Haru...