12

28.5K 2.6K 10
                                    

Terlihat di pinggir lapangan bola basket itu ada seorang siswi bersedekap dada memandang Alka dkk yang sedang bermain basket.

Hana melihat Alka yang sedang di hampiri Raya. Hana juga melihat Raya yang menyodorkan botol minum kearah Alka. Bahkan Hana juga melihat kala Alka mengusak gemas rambut Raya, terlihat keduanya tertawa lepas, interaksi itu tak lepas dari tatapan Hana.

"Sepertinya mereka bahagia," monolog Hana.

Dari kejauhan Zayn tak henti-hentinya tersenyum kearah Hana yang sedang memandang lapangan basket.

"Berasa jadi orang ketiga di antara mereka gue," lanjut Hana menyeringai.

Zayn menyodorkan susu kotak rasa coklat ke hadapan Hana yang dibelinya di kantin tadi.

Hana menatap datar susu kotak itu lalu menatap datar Zayn yang tersenyum manis menatapnya hangat.

"Susu kotak, rasa coklat kesukaan frozen-nya Jayen. " goda Zayn mengedipkan sebelah mata kearah Hana.

Hana menerima susu kotak itu.

"Enak?" tanya Zayn ketika Hana sudah meneguk abis susu kotak itu.

"Hem," balas Hana.

Zayn terkekeh. "Lucu banget sih mantan aku... " greget Zayn mengusak rambut Hana.

"Jayen... " peringat Hana.

"Ndalem sayang.... " balas Zayn lalu tertawa kala melihat ekspresi kesal Hana.

***

"Han? Lo... beneran di jodohin ama Alka?" tanya Alen dengan mata pokus menatap jalanan.

Posisi mereka berada di dalam mobil Alen. Alen mengantar Hana pulang ke mansion keluarga Gentala. Sudah lama juga ia tidak datang ke mansion itu.

Hana mengangguk sebagai jawaban.

"Bagaimana bisa? Alka kan... pacar Raya. Dan setau gue, mereka masih sama-sama tuh, belum putus. Kayanya... Alka gak ngasi tau tentang ini deh, ama Raya."

Hana menoleh menatap Alen yang pokus menyetir. "Berasa jadi orang ketiga gue. "

Alen terkekeh. "Yang ada tu si Raya yang jadi orang ketiga, Neng. Orang ketiga di rumah tangga lo nanti. "

"Ya... tapikan--"

Alen memotong ucapan Hana. "Udahlah, Han. Gausah mikir macem-macem. "

Hana hanya menghembuskan napas perlahan.

***

"Alen!" pekik Renan kala melihat Alen, dan langsung menubruk Alen.

Semua orang yang berada disana terkejut bukan main kala mendengar pekikan Renan.

Alen memukul kuat punggung Renan. "Peng-pengap bangsat! Gu-e gak bi-sa nap-pas. " ucap Alen terengah-engah.

"Wah! Bajigur lo, Nan. Lepasin tolol, kan gak lucu tu bocil koit gegara lo peluk erat!" celetuk Regan selaku Abang twins-nya.

Sontak Renan melepas pelukan mereka.

"Lo mau bunuh gue ya!" tuding Alen menantap Renan yang cengengesan.

"Kalian udah makan?" celetuk Bulan pada ketiga pemuda yang baru pulang dari kampus itu.

"Udah, Ma!" jawab mereka bersamaan.

"Alen? Kamu udah bilang sama Mommy dan Daddy kamu kalo mau kesini?" tanya Davin lembut.

"Udah kok, Opa!" antusias Alen.

Davin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Assalamualaikum!" salam El dan Nathan saat memasuki mansion Gentala.

"Waalaikumsalam!" sahut mereka.

"VANKA!" pekik El menubruk Vanka. Hampir saja Vanka terjungkal jika dari belakang Abi tidak menahannya.

"Asem lo!" cibir Vanka melepas paksa pelukan mereka lalu menatap jijik El.

El mencebikkan bibir kesal.

"Napa bibir lu monyong-monyong gitu. Mau gue tampol panci huh!?" sarkas Vanka.

El menatap nanar Vanka. "Udahlah, Mom. Udah tua juga masih aja kaya gitu." celetuk Alen menatap jengah drama barusan.

"Dengerin anak lo noh," timpal Vanka.

"Ck. Kesel gue." dengus El beralih menatap Hana yang menatap datar dirinya.

"Kyaaa! Lucu banget sih anak bontot ini!" pekik El mengunyel-unyel pipi Hana.

"Aws," ringis Hana kala El mencubit kuat pipi Hana.

"Mom! Kasian Hana tersiksa gitu!" tegur Alen khawatir.

"Si Mom's aktif ya, Bund!" celetuk Regan.

"Ho'oh. " timpal Arsen dan Renan.

"Kasian anak gue, El!" ucap Vanka menatap tajam El.

"Ya, habisnya anak lo lucu sih. " dengus El.

"Kak Bulan! Tukeran anak yuk! Hana gue bawa balik, Alen gue tinggal gimari. " antusias El mengedip-ngedipkan matanya ke arah Bulan yang tersenyum getir menatapnya.

Mereka semua sontak membulatkan mata. "Mana bisa gitu!" tolak Lingga.

"Mommy apaan sih!?" marah Alen.

"Jangan ngadi-ngadi deh, l" sela Abi.

"Mau gue gampar lo!?" ancam Vanka menantap sengit El.

El tersenyum kecut. "Kamu mikirin apasih El. Gausah aneh-aneh deh. " tegur Nathan, tak habis pikir dengan pikiran istrinya itu.

"Aneh," celetuk Hana mengalihkan pandangan mereka semua.

"Tuh, anak gue aja bilangin lo aneh." sinis Vanka pada El.

Davin dan Desty memijit pelipis mereka.

"Sudah-sudah. Nathan, El, silahkan duduk. " lerai Desty.

***

"Al? Alka?" panggil Raya. Pasalnya pacarnya itu sedari tadi hanya bengong bahkan bakso yang ia pesan tadi saja sudah dingin.

Raya kesal lalu menepuk bahu Alka. Alka menoleh kearahnya dengan alis mata naik sebelah.

"Lo mikirin apa sih, Al?" tanya Raya.

Alka menggeleng.

"Kalo ada apa-apa tu cerita. "

'Gimana gue bisa cerita, kalo minggu depan gue nikah.' batin Alka.

"Gak ada apa-apa kok." enteng Alka memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

Raya memicingkan mata. "Mungkin lain kali aja kamu cerita kalo udah siap. "

Alka hanya tersenyum tipis kearah Raya.

***

Dia yang menghadirkan ku di kehidupannya
Dia juga yang mengharuskanku pergi dari kehidupannya

_author_

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang