10

32.2K 3.1K 137
                                    

Hana mengusap-usap tangannya ke rok yang ia pakai tepat sebelah tangan kanannya yang bekas menggenggam Zayn tadi. Niatnya ingin ke toilet malah tidak jadi akibat drama tadi.

Zayn melirik sinis Hana, "Kayak tangan gue najis aja," sarkas Zayn.

Hana menoleh Zayn sekilas, "Emang!" sahut Hana dengan entengnya.

Sontak Zayn membulatkan mata menatap Hana, "Lo kira gue apaan huh!" dengusnya.

Hana memutar bola mata lalu menatap Zayn jengah, "Ck. Gak muhrim tolol! Makanye gue lap-lap ni tangan!"

"Hem ... lo masih ambil kerjaan itu Han?" tanya Zayn seraya menggaruk belakang kepalanya.

Hana menoleh kearah Zayn seraya menggeleng.

"Bagus deh. Gue khawatir banget lo masih kerja di tempat suram itu. Gue gak mau lo kenapa-kenapa, pekerjaan lo itu sangat berbahaya, Han." ucap Zayn menatap Hana serius.

Hana memutar bola matanya malas, "Lo tau gue gimana kan?" tanya Hana di balas anggukan dari Zayn.

Hana menepuk bahu Zayn, "Lo gak perlu khawatir tentang kerjaan gue yang itu, Jayen. Toh! Gue juga gak kerja disitu lagi. "

Zayn menatap lurus kedepan. Hening. Tak ada lagi percakapan yang mereka bahas hingga bel istirahat pun berdentang. Banyak para siswa berhamburan keluar kelas. Namun tidak dengan Hana dan Zayn yang masih berada di taman hadapan lapangan basket.

"Gue rindu waktu kita bersama dulu. Gue pengen kita seperti dulu lagi." ucap Zayn memecah keheningan.

Hana melirik sekilas ke arah Zayn yang menatap lurus, sepertinya pemuda itu sedang membayangkan saat-saat kebersamaan mereka dua tahun yang lalu.

"Lo harus sadar. Kita gak akan pernah bersatu, kita berbeda keyakinan, Zay. Elo dengan Tuhan lo Yesus. Dan gue ...  Allah SWT. "

Zayn hanya tersenyum miris. Inilah alasan hubungan mereka berakhir akibat berbeda keyakinan.

Kemudian suasana kembali hening. Lima menit kemudian.

"Han, minggu jalan yuk!" ajak Zayn memecah kesuraman. Eits! Maksudnya keheningan deng.

Hana mengerutkan kening, "Bukannya lo hari minggu ke gereja?"

Zayn hanya menggaruk tengkuknya bingung seraya menggeleng.

Hana menatap Zayn serius, yang membuat Zayn menjadi gugup dan salah tingkah.

Sepertinya bau-bau mualaf nih.

Hana memicingkan mata menatap Zayn. "Lo... "

Zayn yang mengerti maksud Hana lalu membuang napas kasar lalu mengangguk.

"Kok bisa?" tanya Hana penasaran.

"Jadi waktu itu... gue ada masalah sama keluarga. Pas di perjalanan gue liat ada kakek mau pergi solat jum'at, namanya Kakek Omar. Kakek itu mau nyebrang, tapi keadaan jalanan rame banget. Terus gue berhenti bantuin tu kakek nyebrang. Tapi, sepanjang kita nyebrang, kakek itu nanya gye mau kemana. Gue bilang gak tau, terus tu kakek ceritain makna dari islam. Dan kakek itu sempat menyebutkan ayat al-qur'an. Gue tertegun dengan semua ucapan kakek itu." jeda Zayn menarik napas panjang.

"Jujur, gue ngerasa tenang... banget pas denger lantunan ayat suci al-qur'an yang di bacain kakek itu. Dari situ setiap malem gue dateng ke masjid buat belajar solat dan ngaji sama Kakek itu. " jelas Zayn panjang kali lebar.

Hana menatap Zayn terharu. "Han, lo mau kan ngejar surganya Allah bareng gue?"

Hana diam tak bergeming. Dalam hati iya menjerit mengucap 'Gue siap! Tapi...'

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang