09

30.3K 3K 74
                                    

"Apa ada yang bertanya?" tanya Pak Dimar selaku guru matematika.

Hana menaikkan tangan kanannya.

"Iya? Kau ingin bertanya apa, Hana?" tanya Pak Dimar kala melihat Hana mengangkat tangannya.

Hana menggeleng, "Permisi ke toilet, Pak."

Alen yang berada di sampingnya menyikut lengan Hana. "Awas bablas ngantin lo!" peringat Alen menatap tajam Hana.

"Hem," dehem Hana memutar bola matanya malas.

Pak Dimar mengangguk sebagai jawaban, kemudian berlalu ke luar kelas.

Hana berjalan santai di koridor menuju toilet. Namun tiba-tiba....

Brugh!

Sreaaks!

Hana jatuh terduduk dan seorang siswi yang menabraknya juga jatuh ke lantai, bahkan kertas-kertas di tangan siswi itu berserakan di lantai.

Hana menatap siswi itu yang juga sedang menatapnya.

"Ha-Hana? Maap ... Gue gak sengaja tadi. " ucap Vana gugup.

Ya siswi itu adalah Vana. Vana kekasih Cakra.

Hana tak menjawab, tangannya terulur mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di lantai itu.

"Biar gue aja, Han!" ucap Vana tak enak.

Hana hanya diam seraya memunguti kertas-kertas itu. Namun saat ia mengambil kertas terakhir...

"HANA!" teriak orang dari belakang Hana. Vana yang mendengar teriakan itu sontak menatap sang pelaku.

Hana hanya diam lalu mengambil kertas terakhir itu. Vana dan Hana bangkit lalu menghadap ke orang itu yang ternyata Cakra dkk.

Plak!

Cakra menampar Hana kuat hingga wajah Hana memerah.

"Lo apain Vana lagi hah!" bentak Cakra di hadapan Hana lalu menarik Vana ke dekapannya.

Hana memutar bola matanya malas. Untuk saat ini Hana sedang tidak ingin berurusan dengan demit yang satu ini.

"Gak, Cakra! Tadi gue gak sengaja nabrak Hana, terus dia bantuin gue mungutin ni kertas, " ucap Vana seraya menunjukkan kertas-kertas tadi di hadapan Cakra.

"Udah. Kamu jangan belain dia, dia pasti bully kamu lagi kan?" tuding Cakra menatap sinis Hana.

"Kayanya lo gak beneran berubah deh!" celetuk Adan yang sedari tadi diam.

"Bener tuh!" timpal Arta.

Hana hanya menatap datar mereka semua. Sungguh, ia sangat malas meladeni manusia di hadapannya itu. Saat ia hendak beranjak dari sana. Tangannya di cekal kuat oleh Cakra.

Hana melirik tangannya yang di cekal Cakra.

"Ada apa ini?" celetuk Zayn yang baru tiba dari ruang osis.

Fyi. Zayn adalah ketua osis di SMK Gentala.

Mata Zayn membulat lebar, lalu menepis kasar tangan Cakra yang mencekal tangan Hana.

"Lo apa-apaan sih, lo gak lihat tangan Hana jadi merah gitu gara-gara lo!" murka Zayn.

Jujur mereka semua terkejut kecuali Hana. Pasalnya baru kali ini Zayn membela Hana, biasanya Zayn tidak pernah sedikit pun peduli dengan Hana.

"Lo yang apa-apaan! Ngapain lo belain cewek murahan ini! " sinis Cakra menunjuk Hana.

"Tangan lo!" tekan Hana menatap tajam Cakra.

"Apa! Berani lo sama gue cewek murahan ini!" maki Cakra menatap tajam Hana yang di tatap datar dari sang empu.

"Denger ni baik-baik--" jeda Hana lalu nelirik tajam Zayn yang berusaha menariknya menjauh dari sana.

Hana memutar bola matanya malas lalu menarik tangan Zayn lalu menggenggamnya kuat agar pemuda itu tidak berusaha menariknya.

"Gak ada cewek yang murahan." ucap Hana melirik Vana yang salah tingkah. "Sebab wanita bukan barang dagangan! Yang ada hanya wanita yang tidak tahu, betapa berharganya dirinya," tegas Hana lalu menyeret Zayn pergi dari sana.

Vana menatap tajam Cakra. "Gue benci sama lo! Gua yang salah tampa sengaja menabrak Hana, dan bahkan dia yang bantuin gue mungutin kertas. Tapi lo? Lo malah nampar dia!" murka Vana meninggalkan Cakra yang masih mematung.

"Gue jadi merasa bersalah sama Hana," lirih Arta.

Adan mengedikkan bahu lalu menepuk bahu Cakra, "Sabar boy, Vana gak akan lama-lama marah sama lo. " ucap Adan berlalu dengan menarik rambut Arta dan meninggalkan Cakra yang masih diam bak seperti patung.

"Gue ... salah?" lirih Cakra lalu menatap tangannya yang bekas menampar Hana tadi.

"Tangan ini ... Tangan ini yang udah nyakitin Hana!" murka Cakra lalu menonjok tembok di sampingnya sehingga tangannya mengeluarkan darah segar.

***

jika ada waktunya dimana kita bersama lagi, akan ku ceritakan bagaimana aku melalui hari-hari ku tanpa mu.

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang