"Han? Cakra dkk nyamperin lo noh," tunjuk Alen dengan dagunya kearah pintu kelas.
Hana diam tak menggubris dan memilih merapikan buku-bukunya ke dalam tas, karena jam istirahat sudah berdentang.
"Hana!" pekik Arta dan Adan bersamaan.
Alen dan para siswa yang berada di dalam kelas itu menutup telinga mereka.
"Suara lo pada jingan!" kesal Alen.
"Bodoamat," jawab Arta dan Adan, Cakra menatap datar mereka berdua yang di balas cengiran.
"Han, ngantin yuk!" ajak Alen seraya menarik paksa Hana. Mau tak mau Hana harus menuruti gadis itu.
"Han?" Cakra mencekal tangan Hana.
Hana menghentikan langkahnya, ia diam tanpa melihat Cakra.
"Bareng ya?" ucap Cakra lembut menatap Hana. Zayn yang berada di sampingnya melirik sinis, karena ia yakin bahwa Hana akan menolak ajakannya.
Alen menatap sinis Cakra dkk. "VANA!" pekik Alen ketika melihat Vana dan Raya berjalan di samping mereka.
Raya dan Vana tersenyum seraya melambaikan tangan kearah mereka.
"Cakra? Lo ngapain disini?" tanya Raya heran.
"Ada urusan," singkat Cakra menatap datar dua gadis itu.
Vana menaikkan sebelah alis matanya heran, tak biasa Cakra seperti itu. "Lo kenapa? Gue ada salah? " tanya Vana.
Cakra tak menggubris dan berlalu dari sana.
Adan dan Arta saling pandang lalu mereka mengedikkan bahu acuh dan berlalu mengikuti Cakra.
"Kenapa tuh?" bingung Raya menunjuk Cakra yang mulai menjauh dengan dagunya lalu menatap Zayn.
Zayn mengedikkan bahunya. "Han? Ngantin kuy!" ucap Zayn merangkul Hana.
"Hana doang yang lo ajak, gue?" ucap Alen menunjuk dirinya sendiri.
"Ya lo tinggal ikut aja ribet," celetuk Raya tak habis pikir dengan Alen.
"Udah lah, ayok ngantin," sela Vana menarik Raya dari sana.
***
Bugh! Bugh! Bugh!
Suara tonjok menonjok di taman belakang menuju kantin mengalihkan pandangan Zayn, Hana dan Alen.
Mereka melihat taman belakang yang di kerumungi beberapa siswa. "Napa lagi tuh dua demit?" celetuk Alen yang berada di samping Hana. Mereka melihat Alka dan Cakra yang sedang menonjok satu sama lain.
Hana menoleh ke Alen sekilas lalu mengedikkan bahu. Zayn memijit pelipisnya, baru kemarin ia menghukum mereka, dan sekarang lihat, mereka melakukannya lagi.
"Bawa ke ruang BK." celetuk Hana menatap Zayn. Zayn mengangguk.
"Woy! Lo bedua, gak capek apa baku hantam mulu astaga... " heran Zayn melihat keduanya. Namun, keduanya malah asik melanjutkan aksinya yang sempat terhenti saat Zayn berbicara.
Hana memutar bola matanya malas kala Zayn tidak berhasil memisahkan mereka bahkan para siswa pun yak berani mendekati keduanya.
Hana menghampiri mereka, lalu menarik rambut keduanya. "Aws!" ringis Cakra dan Alka. Sontak kejadian itu mengundang tawa para siswa yang berada disana.
"Sakit, Han... " ringis Alka mencoba melepas tangan Hana dari rambutnya.
"Plis, Han... Rambut gue jadi kusut," kesal Cakra.
Hana menarik mereka ke ruang BK. "Ada apa ini?" tanya Pak Afdal selaku guru BK.
"Seperti biasa, Pak." enteng Zayn.
Pak Afdal menatap tajam Cakra dan Alka setelah Hana melepas genggamannya dari rambut keduanya.
"Sejujurnya saya bosan banget lihat kalian. Kalian gak ada kapok-kapoknya ya? Kalian gak capek gitu berantem terus?" tanya Pak Afdal pada Cakra dan Alka.
Cakra dan Alka menggelengkan kepala sebagai jawaban. Pak Afdal membulatkan mata lebar menatap heran keduanya.
Mereka terlonjak kaget kala Pak Afdal memukul meja menggunakan penggaris besi.
"Sekarang kalian potong rumput lapangan! Sekarang!" tegas Pak Afdal.
"Pak!" panggil Hana.
Pak Afdal menoleh kearah Hana. "Iya ada apa, Hana?" tanya Pak Afdal lembut.
Zayn, Cakra dan Alka menatap bingung Hana, kala gadis itu membisikkan sesuatu di telinga Pak Afdal. Pak Afdal menganggukkan kepalanya setuju mendengar bisikan Hana.
Kemudian Pak Afdal menatap Cakra dan Alka yang terlihat bingung. "Sekarang kalian potong rumput lapangan menggunakan pisau silet. Sekarang!" tegas Pak Afdal.
Cakra dan Alka membulatkan mata. "Gak bisa gitu dong, Pak!" ucap Cakra dan Alka bersamaan.
"Tidak ada penolakan!" tegas Pak Afdal. "Zayn? Awasi mereka," perintah Pak Afdal yang di angguki Zayn.
***
Zayn tersenyum puas melihat ekspresi kesal Cakra dan Alka yang sedang memotong rumput lapangan menggunakan pisau silet.
Zayn melirik Hana yang berada di sampingnya yang sedang meminum susu kotak. "Bagus ide lo, Han." ucap Zayn.
Hana menoleh menatap Zayn lalu mengangguk.
Disisi lain.
"Gara-gara lo nih!" ucap Alka menoyor kepala Cakra.
"Kan elo yang mulai, goblog!" sahut Cakra memutar bola matanya jengah.
"Kak Hana!" panggil Arkan, selaku saudara Alka. Keduanya menoleh ke arah Arkan yang berjalan menghampiri Hana dan Zayn.
Hana dan Zayn menoleh ke sumber suara. Hana menatap gadis yang berada di samping Arkan.
"Gue cariin sedari tadi, ternyata Kak Hana disini," ucap Arkan dengan napas terengah-engah.
"Kenapa?" tanya Hana menaikkan sebelah alis matanya.
Arkan menyodorkan topperware ke arah Hana. "Ni Bunda pagi tadi nitip kue brownis untuk Kak Hana."
Hana mengambil alih topperware itu, "Bilang sama Bunda, makasih. Titip salam juga buat Yanda dan Bunda di rumah. "
Arkan mengangguk, "Oh iya, Kata Bunda Kak Hana kapan ke rumah?"
"Lihat aja nanti," sahut Hana. Hana mendekatkan bibirnya ke telinga Arkan, "Apakah gadis di samping mu ini teman, atau pacar?" lalu menjauhkan bibirnya dari telinga Arkan.
Dari kejauhan, Cakra dan Alka terus memandangi mereka berempat bingung sekaligus penasaran.
Gadis di samping Arkan menatap bingung keduanya. Arkan gelagapan kala mendengar ucapan Hana. "Te-teman kok, Kak. " gugup Arkan menoleh sekilas ke arah gadis di sampingnya.
"Akhiri, atau Kakak bilang sama Bunda," dingin Hana berlalu dari sana. Berbeda dengan Zayn dan gadis di samping Arkan yang menatap kepergian Hana bingung.
Sedangkan Arkan, ia terlihat sangat pucat ketakutan.
***
Seseorang yang saat ini tengah mengabaikanmu, yakinlah bahwa suatu hari dia tentu akan membutuhkanmu._author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Novela Juvenil(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis manja, bodoh, pemalas yang ternyata adalah k...