48

15.2K 1.4K 16
                                    

Alka terus saja memijat leher Hana bagian belakang, karena perempuan itu sedari tadi merasa mual. Padahal baru beberapa hari lalu rasa mual Hana berhenti, tapi kini Hana kembali merasakan mual.

"Kita ke rumah sakit ya?" tawar Alka untuk kesekian kalinya.

Hana menatap Alka seraya menggeleng lemah. Alka menarik dan membuang napasnya panjang. Ia bingung harus apa jika begini, "Yaudah, sekarang kamu istirahat." pungkas Alka lalu menuntun Hana ke ranjang.

"Al? Mau mie ayam..." pinta Hana menatap sendu Alka.

Alka mengerutkan keningnya, kemudian ia tersenyum. "Yaudah aku beliin dulu. Tapi... Kaya biasa, gak boleh pedes!" ucap Alka lalu menjawil hidung Hana.

Hana hanya mengangguk singkat. Alka mengecup kening Hana, "Jangan kemana-mana. Kalo ada yang ketuk pintu jangan di buka sebelum aku pulang. Ngerti mawar biru?" lembut Alka.

Hana memutar bola matanya, tak urung ia mengangguk sebagai jawaban.

***

Tit! Tit! Tit!

Suara jam tangan khusus milik Hana untuk memantau pintu apartemen miliknya sekaligus milik Alka. Jika suara itu berbunyi, pasti ada sedang mencoba membobol sandi pintu apartemennya. Padahal, Hana baru saja memejamkan matanya. Namun, suara itu membuatnya terpaksa membuka matanya kembali.

Hana memijat pelipisnya kala merasa sedikit pusing. Hana menoleh kearah nakas di samping ranjangnya. Hana membuka laci nakas itu, lalu mengambil laptop berlogo apel digigit itu.

Hana mengernyit, kala cctv yang ia taruh di pot bunga samping pintu apartemen mereka  itu menangkap seseorang yang memakai pakaian serba hitam, dan senjata tajam di tangan orang itu.

Kernyitan Hana semakin mendalam kala melihat dua orang memakai pakaian serba hitam itu menghampiri orang yang di depan pintu apartemennya itu.

"Sekongkol," decak Hana.

"Sialan!" umpat Hana kala tiga orang itu berhasil membobol kata sandi pintu apartemennya.

***

"Makasih, Mang..." ucap Alka seraya menerima sodoran sebungkus mie ayam dari pedagang itu.

Alka membuka room chatnya, karena tadi ada pesan masuk yang belum sempat ia baca. Alka terkejut dengan pesan itu yang berisi mengancam keselamatan Hana.

Dengan cepat Alka memasuki mobilnya. Alka mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Napas Alka naik-turun. Sungguh, saat ini ia sangat-sangat khawatir dengan Hana.

"Sialan!" marah Alka memukul setir mobilnya.

"Siapa pun orang itu yang berani melukai istri gue! Gak akan segan-segan gue membunuh orang itu!" emosi Alka.

Tak lama ia sampai di gendung apartemen,  ia memarkirkan mobilnya.  Dengan secepat kilat ia berlari menuju lift yang akan mengantarkannya ke lantai lima, tempat apartemen pribadinya berada, tak lupa ia juga membawa sekantung plastik mie ayam yqng diinginkan  Hana tadi.

Alka melihat pintu apartemennya yang sudah terbuka lebar.  Mata Alka membulat kala melihat tiga orang terkapar lemas di lantai apartemennya.

"Hana!? Han! Hana?" panggil Alka panik seraya mencari-cari keberadaan istrinya itu.

Mata Alka terhenti kala melihat Hana yang terkapar lemas di pojokan ruang TV yang sekaligus ruang tamu itu.

Alka menaruh kantung plastik berisi mie ayam itu di samping tv lalu menghampiri Hana, "Han? Lo gak papa?" khawatir Alka seraya membantu Hana bangkit.

Alka terkejut dengan apa yang di genggam Hana, "Pistol?" gumam Alka lalu menatap Hana yang menatapnya sayu.

Alka membuang napas perlahan. Kemudian ia merogoh saku celananya mengambil ponselnya, berniat menghubungi polisi untuk mengamankan tiga orang berpakaian serba hitam itu yang sudah terkapar lemas di lantai.

"Han? Kamu pucet banget,  kita ke dokter ya?" usul Alka.

Hana menggeleng lemah, "Mie ayam... " ucapnya lemah seraya memandang Alka penuh harap.

Alka menatap datar Hana, 'bisa-bisanya ia mempertanyakan mie ayam saat keadannya tak berdaya  seperti ini'  cerocos Alka dalam batin.

"Mie ayam... " rengek Hana.

Alka membuang napas kasar lalu tersenyum manis menatap Hana.

***

Alka menutup pintu apartemennya setelah para polisi yang membawa tiga orang tadi keluar.

"Bisa-bisa mereka bobol pintu gue... " lirih Alka memandang datar pintunya.

Kemudian, Alka berjalan menuju kamar. Alka tersenyum tipis menatap Hana yang melahap mie ayam yang di belinya tadi dengan lahap.

Alka mengusap puncak kepala Hana, "Abis makan istirahat," ucap Alka diangguki Hana.

Drrt!  Drrt! Drrt!

Ponsel Alka di atas nakas bergetar.  Alka meraih ponselnya. Alka menatap ponselnya,  yang ternyata Vanka yang menelponnya.

"Assalamualaikum, Bun?" salam Alka.

Hana menoleh kearah Alka sekilas lalu melanjutkan makannya.

"Waalaikumsalam, Al. Bunda cuma mau bilang, jangan biarkan Hana keluar dari apartemen, termasuk kamu. Mereka akan menyerang kita. Dan saat ini mereka sedang mengincar Hana. Bunda udah kerahkan anggota menjaga apartemen kalian."  ucap Vanka panjang lebar.

"Iya Bunda, makasih udah ngasi infonya. Bunda dan yang lainnya hati-hati disana. "

"Ya. Jangan beri tahu Hana tentang hal ini.  Bunda takut dia akan melakukan hal nekat. "

"Maksud, Bunda...?" bingung Alka.

"Nanti kamu juga tau."

"Tap-" ucapan Alka terpotong kala Vanka memutuskan telpon sepihak.

Hana menaruh mangkuk bekas mie ayamnya tadi ke nakas,  lalu menoleh kearah Alka yang membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Kenapa, Al?" tanya Hana.

Alka tersenyum lalu menggeleng, "Bukan apa-apa kok, udah mending kamu istirahat..." ucap Alka lembut.

Hana menoleh menatap jam weker di samping Alka yang menunjukkan pukul 13:20. 

"Tidur, Yang... " lembut Alka.

Hana membuang napas perlahan. Kemudian, merebahkan tubuhnya di samping Alka.

Alka tersenyum tipis kala Hana menurut padanya. Alka menjadikan lengan tangannya sebagai bantal Hana. Alka mengusap puncak kepala Hana. Hana semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Alka.

***

Hana menggeliat kala merasakan pergerakan di kasur. Hana menyipitkan matanya kala milihat Alka yang menatap ponselnya sedang membaca pesan, lalu dengan buru-buru memakai jaketnya.

Alka melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 16:48. "Al... " panggil Hana serak. Alka yang mendengar panggilan Hana lalu menoleh kearah Hana yang menatapnya sipit menahan rasa kantuk.

Alka mengusap-usap puncak kepala Hana, "Udah, tidur lagi aja." titah Alka.

"Kamu mau kemana?" tanya Hana lemah dengan mata terpejam.

Alka terkekeh, "Aku mau keluar sebentar, kamu jangan kemana-mana!" ucap Alka.

Alka memutar bola matanya malas, "Udah tidur ternyata! " dengus Alka.

"Aku ke rumah Opa sebentar, kamu jangan kemana-mana.  Aku pasti cepet pulang. Doakan mereka baik-baik saja, " lirih Alka lalu mengecup lama kening Hana.

Alka bangkit dan bergegas keluar apartemen.

***

Tak ada kata mantan terindah,
jika akhirnya bukan untuk bersama

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang