18

24.8K 2.4K 13
                                    

Dua bulan sudah Alka dan Hana menjalani bahtera rumah tangga. Banyak sekali hal yang sudah dilewati keduanya,dan selama sebulan hubungan merka semakin dekat, namun Hana masih saja dingin. 

"Dari mana lo?" tanya Alka ketika melihat Hana yang baru pulang dengan menenteng dua kantung plastik di kedua tangannya.

"Indomaret," jawab Hana berlalu menuju dapur.

Alka hanya mengangguk lalu melanjutkan menonton tv.

Siang ini Hana berniat membuat kue, sudah lama Hana tidak membuat kue. Hana mulai mengadon tepung dan sekiranya semua sudah siapa, ia memasukkan adonan kue itu ke dalam oven.

"Han! Gue pergi!" teriak Alka dari ruang tv.

Hana hanya diam seraya membersihkan alat-alat dapur. Hana sudah tau kemana Alka pergi, pemuda itu sering sekali bersama selingkuhannya itu, entah sekedar jalan-jalan, makan, dan kemana pun Raya memintanya, pasti Alka akan mengiyakan.

Ting!

Suara oven, yang menandakan kuenya sudah matang. Hana mencicipi kue rasa coklat itu. Hana mengangguk-anggukan keplanya, "Lumayan," monolognya

Hana memasukkan kue itu ke dalam toples, kemudian ia berjalan ke ruang tv seraya membawa setoples kue.

Saat Hana asik-asiknya menonton film horor, pintu apartemen terbuka, Hana melihat kedatangan Alka dengan Raya. Bahkan Hana juga nelihat betapa terkejutnya Raya melihat Hana.

"Ha-Hana?" panggil Raya, Hana mengangguk singkat dan mempokuskan matanya kembali ke layar tv. Raya menatap Alka meminta penjelasan.

'Berasa jadi orang ketiga gue' batin Hana.

"Ah-hem... Om Lingga nitip Hana disini, ah iya! Om Lingga nitip Hana disini karena keluarga mereka sedang keluar negri." jawab Alka salah tingkah.

Raya memicingkan mata, kemudian ia mengangguk paham. Ia tahu bagaimana kedekatan keluarga Gentala dan keluarga Zaleo.

"Kayaknya enak tuh!" celetuk Alka menarik paksa tolples kue itu dari pangkyan Hana.

Hana menatap tajam Alka. "Balikin!" tekan Hana.

Alka diam tak peduli dan terus saja menyumpalkan kue itu ke dalam mulutnya.

Hana menghela napas kasar lalu menarik toples itu dari Alka. Namun, tidak bisa, karena Alka memegang erat toples itu. Berbeda dengan Raya yang hanya diam memperhatikan aksi keduanya.

'Berasa jadi hantu gue' batin Raya meringis.

Hana menatap sengit Alka, lalu tangannya menjewer telinga Alka sebelah kanan.

"A-aws! Han-Hana, sakit!" ringis Alka kala Hana memutar telinganya. Raya tak henti-hentinya tertawa, hanya Hana dan Bilqis saja yang berani menjewer Alka, pikir Raya.

"Hebat lo, Han!" antusias Raya mengancungkan kedua jempolnya yang menatap Raya tajam.

"Rasain lo," sarkas Raya tersenyum puas.

"Lah anjir lo!" Ketus Alka menatap kesal Raya, membuat Raya semakin terbahak.

***

Pagi menyapa, jam menunjukkan pukul 6:12,sedangkan bell masuk kelas pukul 7:15. Hana sudah siap dengan seragam sekolahnya, berbeda dengan Alka yang masih bergelung selimut memeluk istrinya, siapa lagi kalau bukan guling.

"Kebo! Bangun lo!" ucap Hana seraya menggoyangkan lengan Alka yang sangat sulit sekali untuk membangunkannya.

Hana menggeleng heran, sudah beberapa kali Hana mencoba membangunkannya, dan bahkan meneriaki pemuda itu tepat di telinganya. Namun, Alka merasa tak terganggu sama sekali.

Hana menarik pelan guling yang berada di pelukannya lalu memindahkan guling itu di sampingnya.

"Bangun, Al... " bisik Hana lembut tepat di telinga Alka.

Alka menggeliat kala merasa hembusan angin di telinganya. Hana kembali membisikkan Alka.

"Al... Bangun, udah udah siang... Raya nunggu noh di depan," ucap Hana lembut, yang pastinya dengan ogah-ogahan Hana berbicara lembut seperti itu.

Mendengar kalimat Raya, Alka membulatkan mata, tepat saat ia membuka mata, wajah cantik Hana tepat berada di depannya.

"Bangun lo kebo!" kesal Hana lalu bangkit, baru saja Hana hendak melangkah, Alka menarik tangannya lalu memeluk Hana.

Hana membulatkan mata lebar karena terkejut. Hana memberontak agar di lepaskan Alka, namun Alka malah semakin mengeratkan pelukannya.

Alka tersenyum puas kala Hana diam tidak memberontak lagi. "Aws!" pekik Alka kala Hana mencubit perut six pack Alka.

Ini kesempatan Hana untuk lepas dari pelukan Alka.

"Sakit, Han... " kesal Alka mencebikkan bibir.

"Gak enak banget nyubit perut lo, ga adak dagingnya!" cibir Hana.

Alka mendengus kesal, "Ini tuh namanya roti sooobek, ya jelas lah gak ada dagingnya! Gimana sih lo!" dengus Alka.

Hana menyentil bibir Alka. "Mandi, sarapan," titah Hana menatap tajam Alka.

Alka menunduk takut, "Iya,  Han..." berjalan kearah kamar mandi.

"Baju lo ada di meja belajar, udah gue setrika!" ucap Hana sebelum Alka menutup pintu kamar mandi.

Hana berjalan ke meja makan menyiapkan sarapan pagi di atas meja makan. Hana juga menyiapkan bekal untuk Alka berisi roti dengan selai coklat dan srikaya.

"Han... Buku catatan pajak gue mana?" celetuk Alka yang tiba-tiba di ambang pintu dapur.

"Laci meja yang di samping kasur," sahut Hana seraya mengoleskan selai ke dalam roti.

"Gak ada, Han... " rengek Alka.

"Cari yang bener, Al."

"Ck. Beneran gak ada, Han!" kesal Alka.

Hana menghela napas kasar lalu memasukkan kotak bekal tadi ke dalam tas Alka. Hana menatap Alka yang terlihat prustasi mengacak rambutnya.

Hana berjalan kearah Alka. Alka membeku kala tangan cantik Hani merapikan rambutnya. Alka menatap wajah cantik Hana tanpa berkedip.

"Nakal boleh, tapi kerapian juga harus. Percuma pinter kalo tampilan kaya gembel gini." cerocos Hana lalu menurunkan tangannya setelah siap merapikan rambut Alka.

Alka mengerjabkan mata menatap manik mata Hana. Sejujurnya ia shok mendengar ucapan panjang Hana. Di tambah Hana yang merapikan rambutnya. Sejujurnya lagi, Alka merasa baper, bahkan jantungnya berdegub dua kali lebih cepat.

"Gue ambil dulu," celetuk Hana lalu berjalan kearah kamar.

Alka tersenyum sambil tangan kirinya memegangi rambutnya yang bekas di rapikan tangan Hana tadi, sedangkan tangan kanannya memegangi dadanya yang masih berdegub kencang.

Alka mendudukkan bokongnya di bangku.

Hana berjalan ke dapur dengan membawa buku yang di cari Alka. "Kebo itu benar-benar... " geram Hana. Langkah Hana terhenti, ia menatap heran Alka, bagaimana tidak, tangan kanan pemuda itu memegangi dadanya, dan tangan kirinya memegangi kepalanya seraya tersenyum.

'Apa dia sakit?' batin Hana.

Hana duduk di depan Alka seraya memiringkan kepalanya menatap heran Alka. "Sakit?" tanya Hana.

Alka masih diam dengan tingkah yang masih seperti tadi. Alka membulatkan mata terkejut kala punggung tangan Hana menyentuh kening Alka.

"Sehat," gumam Hana menurunkan tangannya.

Alka mengerjapkan matanya menatap Hana bingung.

***

Entah mengapa hal itu sangat menjengkelkan. Banyak orang membahas tentangnya di hadapan ku
aku tak tau, apakah mereka sengaja membahasnya di saat hubungan ku dengannya telah hancur
atau bahkan mereka sengaja membuatku merasa bersedih kala tak bersamanya lagi

_author_


Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang