"Kuy pulang lah! Udah kenyang gue makan gratisan," celetuk Adan seraya mengusap-usap perutnya yang terasa sangat kenyang.
"Bener tuh!" timpal Bian.
"Enak aja lo pada pulang. Nyuci piring dulu bego!" sarkas Alka menatap sinis Bian dan Adan.
"Gini nih, kalo punya temen akhlaknya kurang sekilo, jadi sama temen sendiri perhitungan," celetuk Arta menunjuk-nunjuk wajah Alka.
"Itung-utung sedekah kali, Al!" timpal Zayn di angguki mereka semua.
Hana mengangkat tangan kanannya keatas, "Mbak!" panggil Hana pada pelayan perempuan yang melintas melewati meja mereka.
Pelayan perempuan itu menghentikan langkahnya lalu berjalan kearah Hana, "Ada yang bisa di bantu Nona?" sopan pelayan itu.
Hana menggeleng singkat, "Tolong bawa semua piring kotor ini ya, Mbak?" titah Hana. Kemudian Hana mengedarkan pandangannya menatap pelayan laki-laki yang mengantarkan minum divsamping meja mereka.
"Mas?" panggil Hana pada pelayan laki-laki itu. Pelayan itu menoleh lalu menghampiri Hana. "Tolong bantu Mbak ini bawa semua ini," pinta Hana menunjuk piring, gelas, dan mangkuk kotor di meja mereka.
Pelayan itu mengangguk, "Baik, Nona!" sopannya.
Kemudian para pelayan itu membawa piring dkk-nya ke dapur.
"Pulang!" ucap Hana lalu beranjak dari duduknya lalu memyampirkan tasnya di bahu kanannya.
"Han!" panggil Cakra lalu Hana menoleh kearah Cakra.
Alka sudah was-was kala Cakra bangkit dari duduknya lalu mencekal pergelangan tangan Hana. Namun, Hana segera menepis tangan Cakra.
"Pulang sama gue ya?" tawar Cakra. Interaksi mereka tak lepas dari pandangan para teman mereka.
Aswi melirik Alka, yang menatap tajam Cakra.'Jangan sampe macan ngaum nerkem Rakraan' batin Aswi lalu menatap Cakra.
Hana menggeleng sebagai jawaban, lalu menoleh kearah Alka. Alka yang mengerti dengan maksud Hana lalu bangkit dari duduknya.
"Yuk!" ajak Alka lalu menggenggam lembut tangan Hana. Hana diam tak menjawab, ia hanya mengikuti langkah Alka dari belakang dengan tangan yang bertautan.
Cakra menjatuhkan rahang, "Bagaimana bisa...?" lirih Cakra.
Mati-matian mereka semua menahan tawa kala melihat ekspresi Cakra. Berbeda dengan Vana yang terkekeh melihat ekspresi kekasihnya itu.
Arta menepuk bahu Cakra, "Udahlah bro... Lod udah punya cewek aja masih genit sama milik Alka," ucap Arta.
Cakra menatap tajam Arta, "Ya kali Hana mau sama iblis cem Alka," sinisnya.
"Udahlah! Yuk pulang!" seru Alen di angguki mereka semua. Kemudian mereka semua mengikuti Alka dan Hana yang berjalan kearah parkiran.
"Cepet amat jalan lo, Al!" dengus Bian.
Alka memutar bola matanya malas. Alka menyipitkan mata menatap seseorang yang berpakaian hitam. Mata Alka membulat kala seseorang itu mengarahkan sebuah pistol kearah Hana.
Dor!
Suara tembakan itu membuat mereka semua terpekik kaget. Untung saja Alka dengan segera menarik Hana hingga mereka terjatuh dengan Hana berposisi diatasnya dan dirinya di bawah Hana. Lihat mata mereka, kini saling tatap-menatap. Berbeda dengan Cakra yang mati-matian menahan api cembukor wkwkwk.
"Han! Lo gak papa?" panik Alen.
Dengan segera Hana bangkit, "Gu...e gak papa," jawab Hana.
"Han? Gak ada yang sakit kan?" khawatir Vana seraya memutarkan tubuh Hana.
Hana tersenyum tipis, lalu menggeleng sebagai jawaban.
Zayn menatap seseorang berbaju serba hitam itu yang berlari kearah mobil. Matanya menyipit kala menatap plat mobil itu, "Kaya tau. Tapi pernah lihat dimana?" monolog Zayn.
"Bedebah kau!" geram Alka saat melibat seseorang berpakaian serba hitam yang ia libat tadi sedang berjalan kearah mobil, yang ia kenali siapa pemilik mobil itu.
***
"AAARRGH!" teriak Alka prustasi seraya menonjok dinding beton itu.
Hana yang sedang makan mie ayam sampai tersedak, Hana menatap miris daging ayam yang sudah di potong kecil itu terjatuh di lantai.
"Ayam gue... Lompat," lirih Hana menatap sendu daging ayam itu yang berada di lantai.
"Alka sialan... " geram Hana lalu berjalan kearah kamar dengan mengepalkan kedua tangannya.
Hana tercengang menatap Alka dengan tangan berlumur darah, penampilan kacau, dan lihat, apa ini? Kamarnya sudah seperti terkena bencana tsunami?
"Sialan! Bedebah! Kurang ajar!" emosi Alka menggebu-gebu seraya terus saja menonjok dinding.
Hana menatap sedih Alka lalu berlari kearah Alka.
Alka mematung kala Hana memeluknya dari belakang. Napasnya naik-turun dengan cepat.
"Udah, Al..." lirih Hana terisak.
Perlahan Alka membalikkan tubuhnya, dan memeluk Hana. "Udah malem nih. Tidur ya... " titah Alka lalu mengecup puncak kepala Hana berkali-kali.
Hana mendongak, "Kamu kenapa...? Jangan kayak gini... " lirih Hana menatap sendu Alka.
Alka mengecup singkat kening Hana, lalu tersenyum seraya menggeleng, "Aku gak papa, bukankah kamu tadi sedang makan mie ayam?" tanya Alka mengalihkan percakapan.
Hana mengangguk. Alka tersenyum seraya mengusap puncak kepala Hana, "Yaudah lanjutin gih! Aku mau mandi. Lihat nih bau!" ucap Alka seraya menarik kepala Hana ke ketiaknya.
Hana menarik kepalanya lalu menatap tajam Alka lalu mengangguk, "Iya bau. Bau wangi," polos Hana lalu ngedusel-dusel di ketiak Alka.
Alka cengo, "Masa sih wangi?" heran Alka lalu mencium ketiaknya.
Alka membulatkan mata, "Hueeek!" Alka seraya ingin muntah kala mencium ketiaknya sendiri.
Alka menjauhkam kepala Hana dari ketiaknya. Alka menatap heran Hana lalu mengarahkan punggung tangannya keatah kening Hana. "Han? Lo gak sakit kan?" khawatir Alka.
Hana menggeleng polos. Hana merentangkan tangannya di hadapan Alka. Alka terkekeh, ia mengerti maksud Hana, dengan senang hati ia memeluk tubuh kecil istrinya itu.
"Gak boleh mandi... " celetuk Hana seraya ngedusel-dusel di ketiak Alka.
Alka membulatkan mata lebar, tidak terima dengan ucapan Hana. Bagaimana ia tidak mandi? Padahal tubuhnya saja sudah terasa sangat lengket.
"Ya gak bisa gitu dong Han!" sanggah Alka melepas pelukan.
Hana menatap datar Alka, lalu meninggalkan Alka menuju lemari. Hana melempar kotak P3K itu ke arah Alka. Untung saja Alka dengan cepat menangkapnya.
"Obati sendiri!" ketus Hana kemudian berjalan kearah kasur lalu memejamkan matanya.
***
Tak apa... Jika dia pergi darimu
Mungkin memang dia bukan takdirmu
Jika memang dia takdirmu
seberapa banyakpun, seberapa kalipun
kamu berpisah dengannya, di tetap akan menjadi milikmu dan akan bersamamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis manja, bodoh, pemalas yang ternyata adalah k...