Alka tersenyum lebar kala melihat Hana berjalan kearahnya. Sebelumnya, Alka sudah berpesan pada Hana setelah bel tanda pulang menyuruhnya agar terus menuju parkiran karena ia akan menunggu di parkiran.
Bukan tanpa alasan Alka memilih menunggu Hana di parkiran. Tetapi karena ia tak mau, jika bertemu para fansnya yang meminta poto, jalan dan sebagainya.
Alka mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Hana. Hana yang mengerti lalu menyalimi punggung tangan Alka.
"Hana!" pekik Cakra berlari menghampiri mereka.
Alka mendengus membuang napas kasar, lalu menatap sebal Cakra. Berbeda dengan Cakra yang semringah menatap Hana.
"Pulang sama gue yuk!" ajak Cakra antusias.
Alka membelalakkan mata menatap Cakra, "Apa-apaan lo! Hana pulang sama gue bangke!" ngengas Alka.
Cakra menatap sinis Alka lalu menatap Hana, "Han? Pulang sama gue yuk! Gue bawa mobil, ntar lo kalo pulang ama ni curut lo bakal kepanasan. Terus item," ucap Cakra melirik Alka.
Sungguh, Hana benar-benar ingin sekali rasanya menendang keduanya ke kandang ayam.
"Gak bisa gitu! Hana pulang sama gue!" sanggah Alka seraya menoyor Cakra.
Cakra menatap tajam Alka, "Dih! Siapa lo ngelarang Hana, gak ada bubungan apa-apa juga. Kakeknya bukan, Bapaknya bukan, pacarnya bukan, apalagi suami!" sarkas Cakra.
Alka menyeringai seraya tersenyum smirk, "Bahkan kami memiliki hubungan yang gak bakal bisa lo bayangin, Cak!" sinis Alka.
Cakra berdecih lalu menatap Hana, "Lo pulang sama gue? Atau sama demit ini?" tunjuk Cakra ke wajah Alka.
"Demit," entang Hana.
Alka membulatkan mata kala mendengar jawaban Hana yang menyebutnya 'demit' Cakra terbahak kala mendengar jawaban Hana. Namun, perlahan tawanya mereda kala tersadar jika Hana memilih Alka.
Alka menjulurkan lidahnya meledek Cakra yang menatapnya tajam, "Pergi sono hus hus!" usir Alka mendorong-dorong Cakra.
Cakra berdecak lalu memasuki mobilnya. Alka tersenyum puas saat melihat ekspresi pasrah Cakra.
***
"Tunda rencana. Karena mereka sudah tau rencana kita," ucap Raya pada anggotanya.
"Baik, Nona!" jawab para anggotanya bersamaan.
"Apa yang kau bilang benar sekali, Papa setuju dengan ucapanmu, " celetuk Papa Raya.
Raya tersenyum smirk, "Kita akan membalaskan dendam Kakek pada mereka di waktu yang tepat nanti."
Papa Raya mengusap puncak kepala Raya, "Kau pintar sekali girl, Papa bangga padamu." bangga Papa Raya lalu menatap lurus, "Tunggu pembalasanku Davin," tekan Papa Raya tersenyum smirk.
***
Alka mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Alka melirik kaca spion yang mengarah ke arah wajah Hana.
"Han? Gue laper, mampir yuk?" ajak Alka.
Hana berpikir sejenak lalu mengangguk, "Mau makan apa?" tanya Hana.
"Apa aja deh," sahut Alka lalu menghentikan motornya di depan restoran.
Hana menatap restoran sederhana itu, "Kayanya enak," monolog Hana.
Hana mengerutkan kening kala melihat Alka yang tampak kebingungan seraya merogoh saku celananya dan juga tasnya.
"Kenapa? " tanya Hana dingin.
Alka menoleh kearah Hana, "Dompet gue ketinggalan di apart, tadi aja untung ada uang sepuluh rebu nyelip di kantong." Alka menyengir menatap serius Hana, "Pake uang kamu dulu ya?" menatap Hana dengan tatapan memohon.
"Uang gue juga dari lo," sahut Hana menatap datar Alka.
Alka menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ya... Iya juga sih, kan gue yang selalu ngasi lo cuan. Tapi, kali ini pake duit kamu dulu ya?"
Hana menggeleng sebagai jawaban. Alka memelas, "Plis... Pake uang kamu dulu... Gue laper banget nih... " rengek Alka.
Hana kembali menggeleng, "Problemnya, uang aku juga udah abis, lo kan ngasi uang jajan aku pas-pasan. Makanya jadi suami itu jangan perhitungan, lebihin dikit kek uangnya," cibir Hana bersedak dada.
Alka hanpir saja menjatuhkan rahang saat mendengar penuturan Hana barusan. Tumben sekali perempuan berbicara banyak. Dan, apa tadi? Apakah Hana memarahinya? Mungkin sih.
"Yah... " lesu Alka seraya mengusap perutnya yang merasa sangat lapar.
Hana mengedarkan pandangannya, hingga tatapannya jatuh pada sebuah objek yang menurutnya bisa menjadi andalan. Yaitu acara nikahan.
Hana menoleh kearah Alka yang berjongkok menyandarkan punggungnya pada motornya. "Al?" panggil Hana seraya mengulurkan tangan kearah Alka.
Alka mengerutkan kening, tak urung ia menerima uluran tangan Hana. Alka menatap bingung Hana, kala perempuan membawanya menyebrang jalan.
Hana menoleh kearah sepasang suami istri paruh baya yang hendak memasuki acara itu. Dengan cepat Hana menarik Alka hingga keduanya berdiri tepat di belakang dua paruh baya itu.
Alka menyipitkan mata melirik curiga Hana, "Lo jangan macem-macem, Han!" bisik Alka di telinga Hana.
Hana hanya menggeleng. "Adik-adik ngapain disini?" celetuk seorang Ibu yang berada disamping Hana tengah duduk bersama ibu-ibu yang lain.
Alka dan Hana menoleh kearah Ibu itu. Alka menelan ludahnya susah payah kala para ibu-ibu itu menatap mereka.
"Oh, itu Bu, kami tadi bersama Mama dan Papa," ucap Hana. Alka membulatkan mata lebar mendengar penuturan Hana.
"Jangan ngadi-ngadi, Han!" bisik Alka penuh penekanan.
"Nah! Itu orang tua kami," tunjuk Hana kearah dua paruh baya tadi, tepat saat Hana memunjuk dua paruh baya tadi, sang suami dari wanita itu menatap Hana heran.
Para ibu-ibu itu hanya menganggukkan kepala paham. Alka hanya menggeleng lirih kala Pria paruh baya itu menatapnya bingung.
"Mari Buibu," ucap Hana sedikit membungkukkan badan lalu menuju ke prasmanan.
"Han! Malu... " rengek Alka menggoyangkan lengan Hana.
Hana mencubit lengan Alka, "Diem, ato gue buang lo ke rawa-rawa, " ancam Hana menatap tajam Alka.
Hana berbinar menatap makanan yang tersaji di atas meja prasmanan itu.
"Al!" panggil Hana, "Kayaknya enak, " sambung Hana.
Alka mengangguk polos seraya menatap makanan itu yang sangat memggiurkan.
Hana mengambil piring untuk Alka. Alka yang mengerti lalu menerima piring itu.
Para penjaga prasmanan itu menganga kala Hana menaruh semua menu ke piring Alka, hingga piringnya penuh hingga makanan lauk itu hampir saja terjatuh.
"Al, duduk disana," tunjuk Hana kearah bangku tepat di belakang dua paruh baya tadi.
"Makan, Pak... Bu... " ramah Alka kala dua paruh baya itu menoleh kearah mereka. Kedua paruh baya itu tersenyum seraya mengangguk lalu menyantap makanan mereka kembali.
Hana hampir saja tersedak kala Alka memukul bahunya, "Enwak bwanget sur! Makwan grwatis ginwi, " ucap Alka dengan mulut yang penuh.
Hana mengangguk setuju. Namun, saat Hana hendak memasukkan daging ayam semur itu ke dalam mulutnya, daging semur itu malah lompat dari sendoknya akibat ulah Alka yang kembali menepuk bahunya kuat.
Hana mematap sengit Alka, "Apa lagi setan!" geram Hana.
***
Hujan tak pernah paham,
sesedih apa payung di musim kemarau
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] Mungkin ni cerita nggak masuk akal, jadi author mohon maaf jika pembaca kurang puas sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Haru...