28

22.3K 2.2K 47
                                    

"Alka!" pekik Hana, kala Alka melempar handuk yang ia pakai setelah mandi barusan tepat di wajah Hana.

Perlahan handuk itu merosot dan terjatuh ke lantai, tepat saat handuk itu terjatuh, Alka melihat tatapan permusuhan dari Hana padanya.

Alka menyengir tanpa dosa menatap Hana, "Bercanda yang...!" seraya mengusak rambut Hana.

Hana mendengus kesal, "Taruh di tempat!" titah Hana melirik handuk itu lalu melirik gantungan tempat handuk itu berada, mengkode Alka agar menaruh handuk itu ketempatnya.

"Ck. Iya-iya..." cibir Alka mengambil handuk itu dan menaruhnya ketempat biasanya berada.

"Han? Gue keluar ya, nongkrong. "

Hana menaikkan sebelah alis matanya, "Tumben," sinis Hana.

"Yaelah! Lo lupa gue punya binik? Ya kale gue tinggal nongkrong mulu, kan gak lucu kalo tiba-tiba gue jadi duda, pas pulang dari tempat tongkrongan lo udah di gebet yang laen aje," cerocos Alka seraya memakai jaketnya.

"Apalagi si keris cokro itu, ngebet ama lo! Awas aja tu orang sentuh mawar biru gue. Gue tebas juga palanye," ucap Alka menatap nanar seraya mengepalkan tangannya geram.

"Minggat lo," dingin Hana menatap datar Alka.

"Iih... Ayang... Kok gitu sih..." manja Alka bergelanyut di lengan Hana.

"Najis!" sarkas Hana lalu menepis kasar tangan Alka.

'Padahal kan sama dia doang harga diri gue jatuh, sejatuh- jatuhnya kaya tadi'  batin Alka menatap kesal Hana yang menatapnya datar.

Alka membuang napas kasar, "Yaudah deh, gue cabut!" ucap Alka seraya menyodorkan punggung tangannya.

Hana yang mengerti lalu menyalimi tangan Alka. Begitupun dengan Alka yang mengecup singkat kening Hana.

"Assalamualaikum, makmum!" goda Alka tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya ke arah Hani.

"Waalaikumsalam," sahut Hana  menggelengkan kepala tak habis pikir melihat tingkah suami nakalnya itu.

"Jangan pulang larut, Al!" peringat Hana lalu menutup pintu apartemen, kemudian berlalu menuju kamar dan membaringkan tubuhnya di kasur.

Hana memilih membaca novelnya, tanpa ia sadari bahwa jam menunjukkan pukul sembilan kurang tiga puluh menit.

Drrt! Drrt! Drrt!

Ponsel Hana bergetar tanda ada yang menelponnya. Hana menatap layar ponselnya ternyata anggotanya yang menelpon, dengan segera ia menggeser tombol hijau itu.

"Ada apa nona V?" tanya Hana, pasalnya orang yang di panggil Nona V oleh Hana hanya diam.

"Ma-Maap, Mis. A-anu, i.. Tu," gugup Nona V.

Hana mengerutkan kening heran, "Katakan, Nona V, " desak Hana geram.

Terdengar dari seberang sana helaan napas perlahan, "E-emm maap, Mis. Tadi... Tuan besar Gentala hampir saja kehilangan nyawa akibat peluru yang hampir mengenai kepalanya. Namun... Dengan segera anggota kita menarik Tuan Gentala, sehingga peluru itu tak mengenai dirinya. "

Hana membuang napas kasar, "Mereka mulai muncul kepermukaan," Hana tersenyum misterius.

"Kita harus persiapkan semuanya, Mis. Mereka sudah merencanakan semuanya. Kita akan melakukan yang Mis katakan tempo hari. Semua pasti akan berjalan sesuai rencana. "

Hana tersenyum simpul, "Lanjutkan semuanya, walau saya tidak termasuk dari awal, tapi kini saya peran utama."

"Kau benar, Mis. Seandainya anda masih bersama kami, pasti anda sudah termasuk bagian dari kami sejak awal. Baiklah, saya akan tutup telponnya. "

Tut!

Telpon terputus.

Hana membuka laptopnya, kemudian ia menghack cctv sebuah ruangan musuhnya.

"Sialan! Jika hal itu terjadi, maka tangan gue sendiri yang akan menebas kepala kalian," emosi Hana saat mendengar pembicaraan para musuhnya yang akan membunuh satu-persatu keluarganya.

Hana mengotak-atikkan ponselnya mencari-cari nama kontak anggotanya.

"A! Siapkan peralatan untuk rencana b," perintah Hana pada pemuda yang ia panggil 'A saat telpon tersambung.

"Oke, Han?"  jawab pemuda itu sebelum telpon terputus.

Hana tersenyum misterius, "Gue butuh dia, gue juga harus cari dia secepatnya, hidup atau mati gue harus menemukannya. Semua harus selesai."

"Waktu gue hanya sebulan sampai hari kelulusan, jika gagal? Semua akan tamat," ucap Hana tersenyum kecut.

Brak!

Pintu kamar terbuka dengan kasarnya. Hana menatap tajam si pelaku, siapa lagi kalo bukan Alka.

Hana memutar bola matanya jengah, "Mabok ni iblis," kesal Hana.

"Hana... " lrih Alka mendekati Hana.

Hana menaikkan kedua alis matanya seolah berkata 'apa?'

Hana semakin memundurkan posisi duduknya hingga punggungnya terkena kepala ranjang kala Alka semakin mendekatinya.

"Alkohol sialan!" umpat Hana, ia tidak bisa berbuat apa-apa jika Alka di bawah pengaruh alkohol.

Alka mendekatkan wajahnya ke wajah Hana, "Gue mau hak gue, Han... " lirih Alka semakin mendekatkan tubuhnya pada Hana.

Hana membulatkan mata terkejut. Dan....

Grep!

Dan kalian tau sendirilah apa yang akan terjadi.


Jujur saja, saya lakukan ini agar tidak meracuni otak kalian para readers

***

Jika mencintainya sesakit ini
maka dari awal harusnya
aku tidak menjatuhkan hati ku padanya

_author_

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang