43

15.2K 1.5K 7
                                    

"Lo ngapain sih! Pagi-pagi udah nangkring di depan kelas cewe gue!" dengus Alka bersedekap dada menatap kesal Cakra yang bersender pintu kelas Hana dengan tangan kanan di saku celana.

Cakra menatap sinis Alka kemudian menatap Hana semringah. "Hai sayang!" sapa Cakra melambaikan tangannya ke arah Hana.

Alka menggeplak kepala Cakra, "Sayang-sayang pala lo peang! Dasar human, minggat sono!" sarkas Alka.

"Kok gue jadi merinding ya, ada yang bicara, tapi kagak ada wujudnya astagfirullah..." ucap Cakra mengusap belakang lehernya. "Lo ada denger orang bicara gak, Han? " tanya Cakra menatap Hana.

"Sepatu lo kali bicara," sahut Hana enteng. Spontan Alka menatap tajam Hana yang mengedikkan bahunya acuh dan berlalu masuk ke dalam kelasnya.

Alka menoleh kearah Cakra yang mati-matian menahan tawanya. "Kalo ketawa, ketawa aja kale," sinis Alka.

"Bhahahaha...!" tawa Cakra pecah.

"Waw... Cakra kalo ketawa ganteng banget bangke!" celetuk seorang siswi menatap Cakra kagum.

"Bener banget..." timpal siswi yang satunya lagi yang berada di samping siswi itu.

Cakra tersadar lalu merubah raut wajahnya seperti semula. Alka melirik jijik Cakra yang bergaya sok cool.

***

Flashback on

"Alka..." rengek Aswi.

Alka mendengus kesal pada sahabatnya saru ini yang sedari tadi merengek padanya meminta bantuan.

Hana yang baru sampai dari indomare di buat heran melihat tingkah Aswi.

"Nape lu?" tanya Hana.

Refleks Aswi menormalkan tingkahnya, kan gak iya, ia bertingkah seperti itu di depan istri sahabatnya.

"Alka tertawa meledek, "Ini yang! Dari tadi mohon-mohon sama gue minta tolong bantuin ni demit baikan lagi ama si Sinan," sahut Alka melirik sinis Aswi yang mendengus kesal.

"Sinan?" bingung Hana.

"Itu lo... Sinan kelas tiga Manajemen Bisnis empat," ucap Alka. Hana mengangguk mengerti.

"Lo ajak ketemu Sinan aja, Wi. " ucap Alka.

"Tapi kalo dia gak mau gimana? " tanya Aswi.

"Pasti mau," timpal Hana.

"Besok kita coba, " antusias Alka diangguki Aswi.

Flashback off.

***

"Lo apa-apaan sih! Setelah lo buang gue gitu aja, dan sekarang lo dengan seenak udel lo minta gue balik lagi!" ucap seorang gadis itu pada pemuda yang bernama Aswi. Ya, Aswi sahabat Alka.

"Gue gak pernah buang lo, Nan!" ucap pemuda itu pada gadis itu yang bernama Sinan.

Kini keduanya sedang berada di taman kota yang terlihat lumayan sepi, lebih tepatnya keduanya berada di bawah pohon rambutan yang berbuah lebat itu.

"Lo denger ya ni baik-baik kutu buaya! Gue gak akan menghadirkan sosok yang udah menjatuhkan gue sejatuh-jatuhnya untuk kembali lagi ke dalam hidup gue yang udah bahagia!" ucap Sinan menatap Aswi penuh benci.

'Buayakan kagak punya kutu'  batin Aswi  lalu menghebus napas kasar seraya mengacak rambutnya gusar. Aswi menatap manik mata Sinan, "Gue tau, gue salah. Gue sadar, gue cuma mau memperbaiki kesalah pahaman dalam hubungan kita ini menjadi baik lagi. Gue gak pernah buang lo, Nan. Lo salah paham, perempuan yang lo lihat itu Kakak sepupu gue. Waktu gue mau nyamperin lo ke bandara untuk jelasin ini semua, tapi pesawat lo tumpangi udah terbang." ucap Aswi panjang lebar lalu menurunkan pandangannya menatap sepatunya.

"Gue tau, gue bukan manusia sempurna. Setidaknya, gue selalu berusaha menjadi tempat keluh kesah lo, di saat mereka gak berpihak sama lo, lo harus tau, kalo gue selalu ada di samping lo, untuk menggenggam tangan lo, agar saat lo terjatuh ada gue yang ngebantu lo bangkit. Gue yang di depan lo, karena seorang imam akan berdiri di depan seorang makmum. Dan yang terakhir gue ada di belakang lo. Lo tau kenapa?" tanya Aswi lembut.

Sinan menggeleng polos, Aswi terkekeh lalu mengusak rambut Sinan gemas, Sinan mencebikkan bibirnya kesal. "Saat lo sedang tidak baik-baik saja, menolehlah ke belakang. Ada gue yang tersenyum kearah lo seraya merentangkan tangan, dan berjalanlah kearah gue, agar gue bisa memberikan kehangatan hidup untuk lo."

Sinan terharu, ia meneteskan air matanya. Sinan dapat melihat ketulusan Aswi walau dari sorot mata itu. "Cintai gue sekali lagi Nan. " pinta Aswi pelan seraya mengusap air mata Sinan.

Sinan menggeleng, "Perasaan gue gak pernah berubah, Wi. Dulu hingga sekarang, perasaan gue masih sama, tak berkurang sedikitpun. Maapkan kesealahan gue untuk kesekian kalinya gue ulangi, Wi." ucap Sinan terisak.

Aswi mendekap tubuh Sinan. Sinan terisak di dada bidang Aswi.

Brugh!

Tiba-tiba saja Alka jatuh dari atas pohon itu, karena ia yang salah memijak ranting pohon rambutan itu. Spontan Aswi dan Sinan menatap Alka.

'Ah! Shit! Merusak suana aja!'  batin Aswi menatap nanar Alka yang meringis kesakitan.

"Aduh... Sakit banget bokong gue njir, " ringis Alka seray mengusap bokongnya.

"Alka?" panggil Sinan menatap Alka heran.

Alka menyengir kearah Sinan yang menatapnya heran. "Lo ngapain, Al?" bingung Sinan lalu menatap Aswi meminta penjelasan.

Brugh!

Hana melompat dari atas pohon rambutan itu dan mendarat sempurna tepat di hadapan Alka. Alka membulatkan mata terkejut, pasalnya Hana mendarat tepat di hadapannya dengan mata Hana menatap Alka.

"Hana?" shok Sinan.

"Hem," dehem Hana lalu memakan rambutan di tangannya.

"Kalian--" ucapan Sinan terpotong.

"Lo sih! Pake jatoh segala, merusak suana tau gak!" dengus Hana bertubi-tubi mencubit perut Alka.

Alka meringis kesakitan, "Am-ampun yang! Salahin aja rantingnya kenapa patah, kan aku jadi jatoh!" ringis Alka mencoba menahn tangan Hana agar berhenti menyerangnya.

Sinan menyenggol-nyenggol lengan Aswi meminta penjelasan. Aswi yang peka dengan pemikiran Sinan lalu mengangguk, "Mereka udah sah," bisik Aswi.

Sinan membulatkan mata lalu menampol mulut Aswi. Aswi meringis seraya mengusap bibirnya. "Jangan ngadi-ngadi lo kadal rawa!" sanggah Sinan.

"Nanti aku ceritain," ucap Aswi di angguki Sinan.

"Wi! Aswi! Tolongin gue bangsad!" ucap Alka menatap Aswi penuh harap.

"Rasain!" tekan Aswi lalu terbahak.

***

Kita tidak bertumbuh ketika keadaan mudah, kita akan bertumbuh ketika kita menghadapi kesulitan

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang