Hana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya. Hana melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam. Tubuhnya sudah sangat lelah dengan aksinya tadi di mansion Gentala akibat penyerangan yang tiba-tiba.
Tak lama Hana sampai di apartemen. Dengan wajah lelah Hana melangkah ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya, lihatlah baju yang awalnya berwarna biru, kini sudah berlumuran darah musuhnya.
"Hana?" kaget Alka saat berbalik badan melihat Hana yang banyak terkena bercak darah di baju Hana.
Sebelumnya Alka sudah uring-uringan di kamar ketika saat tiba di apartemen tidak menemukan Hana, padahal jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Hana hanya menggeleng sebagai jawaban.
Alka menghampiri Hana. "Han? Kamu dari mana? Ini kenapa baju kamu kena darah? Darah siapa?" tanya Alka beruntun.
Hana menatap datar Alka, dan berlalu menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Alka yang terus mempertanyakan hal yang ia tanya tadi.
Dor! Dor! Dor!
Alka menggedor pintu kamar mandi. "Han! Jawab! Han!" teriak Alka dari balik pintu.
Hana memutar bola matanya malas lalu bersiap untuk mandi.
Dua puluh menit sudah Hana membersihkan tubuhnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan menutup rambutnya menggunakan handuk.
Hana terkekeh geli melihat piyama Hana yang berwarna pink, tak biasanya mawar birunya itu memakai pakaian yang berwarna pink.
Hana menghentikan aktivitasnya mengeringkan rambut, ia menatap sinis Alka yang terkekeh melihatnya. Apakah ada yang aneh pikirnya.
"Why?" tanya Hana duduk di samping ranjang.
Alka terkesiap lalu merebahkan tubuhnya, "Tumben."
Hana menaikkan sebelah alis matanya, "What?"
Alka memutar bola matanya malas, "Baju," tunjuk Alka dengan dagunya kearah Hana.
Hana mengangguk mengerti, "Sayang hadiah Mama gak pernah di pake," ucap Hana merebahkan tubuhnya membelakangi Alka.
Alka menyentuh bahu Hana, "Han?" panggilnya.
Hana merubah posisinya berhadapan dengan Alka.
"Kamu dari mana sih? Kok baju kamu banyak noda darah gitu? Kamu gak ada yang luka kan?"
Hana tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya. "Aku gak papa, Al."
"Terus itu darah siapa, Han?" bingung Alka.
"Tadi berantem," enteng Hana lalu memejamkan matanya.
Alka membulatkan mata lebar, "Berantem? Heh, berantem sama sapa lo!"
Hana tak menggubris ucapan Alka dan masih memejamkan matanya.
"Jawab aku Han..." rengek Alka menggoyangkan bahu Hana.
"Tidur," gumam Hana.
"Gak mau... Jawab pertanyaan aku dulu... " rengek Alka yang masih menggoyangkan bahu Hana.
Hana membuka matanya sedikit lalu tangannya terulur mengusap rambut Alka. Jelas, hal itu membuat Alka diam, perlahan suaminya itu mulai terlelap karena usapan lembut darinya.
Hana memandangi wajah lelap suaminya itu, hingga ia menarik sudut bibirnya. Sangat tampan, pikirnya. Kemudian ia pun memejamkan mata menyusul alam mimpi sang suami.
***
Sudah keberapa kalinya Hana membangunkan Alka dari tidurnya. Namun, pemuda masih saja memejamkan matanya.
Hana berkacak menatap nanar Alka yang terlelap dengan memeluk erat guling.
"Al? Give away lo nunggu di depan," bisik Hana tepat di telinga Alka.
Seketika Alka bangkit terduduk matanya menatap lebar Hana. "Benarkah?!" antusias Alka.
Hana menatap datar Alka. Alka menggaruk tengkuknya yang tak gatal menatap bingung Hana.
Pletak!
Hana menyentil kening Alka. "Bangun, mandi!" titah Hana.
Alka tak menggubris ucapan Hana dan malah merebahkan tubuhnya kembali. Baru saja ia hendak memejamkan mata, Hana menarik tangannya.
"Entaran aja, Han... Gue mau lanjutin mimpi gendong debay," pinta Alka menatap Hana penuh harap.
"Bangun, atau gak dapat jatah," ancam Hana berlalu menuju dapur.
Alka membulatkan mata lebar dengan secepat kilat berlari menuju kamar mandi.
Disi lain Hana sedang berkutat di dapurnya. Seperti biasa, ia membuatkan ayam sambal ijo favorit Alka. Hari ini adalah hari minggu, jadi mereka tidak sekolah, dan memilih di rumah saja.
Hana menaruh beberapa mangkuk berisi makanan yang ia masak tadi di meja makan.
"Ayam sambel ijo!" histeris Alka lalu mencomot daging itu, belum sempat ia mengambil ayam itu, Hana sudah memukul tangan Alka.
Hana membulatkan mata menatap tajam Alka. "Sakit, yang... " rengek Alka seraya mengusap tangannya yang di pukul Hana.
"Cuci tangan dulu, Al," peringat Hana seraya menaruh nasi dan beberapa lauk pauk ke dalam piring Alka.
Alka menyengir kuda, lalu mencuci tangannya dan kembali ke meja makan.
Hana menatap heran Alka yang menyantap makanannya dengan rakus.
"Udah berapa lama gak makan, Al?" sindir Hana.
Dengan mulut yang penuh, Alka mendongak menatap Hana, "Dwua twahun," sahut Alka lalu pokus makan kembali.
Hana menatap sinis Alka, "Ngomong dua tahun, seharinya aja makan lima kali," cibir Hana.
Alka melempar tulang daging ayam itu tepat mengenai kening Hana. Hana menatap tajam Alka seraya mengusap-usap keningnya.
"Kagak ya, gue makan sehari lima kali! Yang ada tu kamu," tuding Alka melirik sinis Hana.
"Gini nih, ciri orang lupa daratan, alias lupa diri," sarkas Hana lalu menyantap makanannya.
Alka hanya diam tak menggubris, dan lebih memilih pokus dengan makanannya.
Hening, begitulah suasana saat ini setelah perdebatan kecil beberapa menit yang lalu.
Alka menatap Hana membawa beberapa mangkuk dan piring menuju wastafel untuk di cuci, "Han?" panggil Alka.
Hana menatap Alka seraya dengan menaikkan sebelah alis matanya.
"Ntar malem, ke pasar malem yuk!" ajak Alka tersenyum lebar.
Hana menatap curiga Alka, "Tumben," sahutnya.
Alka memutar bola matanya malas lalu menghampiri Hana, dan kemudian merangkul pinggang Hana. "Sekali-kali, Yang. Lagian kita gak pernah keluar tuh."
Hana hanya mengangguk patuh lalu menarik tangan Alka yang merangkul pinggangnya.
***
Bagaimana kabar saat ini?
Letih, tapi masih berjuang sampai nanti
Sedih, tapi bukan alasanku untuk berhentiKarena kabar saat ini, akan segera baik.
Esok atau nanti_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] Mungkin ni cerita nggak masuk akal, jadi author mohon maaf jika pembaca kurang puas sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Haru...