EXTRA PART 2

23.2K 1.8K 35
                                    

Tandai typo
#
#

Kini keluarga besar Gentala dan juga Nathan beserta istrinya El sedang berada di meja makan hendak makan malam.

Mereka semua tertawa kala melihat Alga yang berada di pangkuan Alka mengamuk menjambak rambut Regan. Bocah itu sungguh kesal dengan Regan yang terus saja mengganggunya.

Dengan hati-hati Alka melepas tangan kecil Alga dari rambut Regan hingga genggaman tangan mungil itu di rambut Regan terlepas.

"Lagian kamu sih! Gangguin Alga mulu!" celetuk Bulan.

Regan menoleh kearah Bulan seraya mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit, "Belain aja terus cucu tersayangnya!" cibir Regan.

"Malang nian... Nasib anak pungut ini!" ledek Hani serayaa mencolek dagu Regan. Regan membuang muka.

Arsen dan Renal tertawa terbahak-bahak kala melihat tingkah Regan.

"Sialan!" dengus Regan menatap kesal Hani, Renal dan Arsen.

"Sudah-sudah!" lerai Desty lalu menatap Hani.

"Hani? Panggilkan Abang kamu dan istrinya sayang," suruh Desty lembut.

Hani mengangguk lalu bangkit dari duduknya berniat menuju kamar Arfa dan juga Alen.

"Nda! Nda! Huaaaaaa hiks hiks!" tangis Alga pecah kala melihat Hani yang bangkit dan mulai menjauh dari hadapannya.

Hani yang mendengar tangis Alga lalu kembali ke meja makan. "Padahal ditinggal  sebentar, tapi nangisnya kejer," sarkas Arsen.

"Biasalah! Anak emak!" timpal Alka seraya menyerahkan Alga pada Hani.

"Anak lo juga bego!" sindir Regan.

"Kalian ini! Ribut mulu. Bisa gak? Sehari aja kagak ribut! Pusing Bunda lama-lama," kesal Vanka.

"Tenang Bun, ntar kita coret mereka dari ahli waris," enteng Abi mengelus punggung Vanka.

"Nah! Setuju!" sela Lingga.

Twins dan Arsen sontak membelalakkan mata menatap Lingga dan Vanka seraya menggeleng keras.

Hani menatap bosan tiga saudaranya itu dan berlalu menuju lantai tiga, lebih tepatnya kamar Arfa dan Alen. Ia menggunakan lift di mansion ini untuk menuju kantai tiga, karena sungguh melelahkan jika harus manaiki tangga.

"Nda nda nda!" oceh Alga memainkan rambut Hani.

"Aduh!" ringis Hani kala Alga menarik rambutnya.

Spontan bocah itu menatap polos Hani lalu mengerjabkan matanya. Hani tersenyum gemas lalu menciumi pipi gembul Alga.

"Anak Bunda lucu banget sih..." geram Hani menatap Alga yang tertawa.

"Ya ... Yah?" oceh Alga menarik-narik rambut Hani.

Hani terkekeh lalu menjawil hidung mancung Alga. "Iya... Nanti kita tempat Ayah. Sekarang, kita panggil Om Arfa sama Tante Alen dulu ya...?"

Bocah itu malah tersenyum lebar seraya bertepuk tangan gembira. Entahlah, bocah itu mengerti atau tidak dengan ucapan Hani barusan.

Ceklek!

Hani membuka pintu kamar Arfa dan Alen tampa mengetuknya terlebih dahulu. Hani  melihat Arfa yang berada di sofa pojok kamar dan Alen yang duduk berselonjor di atas kasur seraya memainkan ponselnya.

"Kebiasaan banget sih, Dek! Kalo masuk suka gak ketuk pintu dulu!" kesal Arfa.

Alen diam menatap kedua saudara itu. Arfa bangkit dan berjalan kearah Hani, "Boy, bilangin sama Bunda kamu, kalo masuk kamar Om, ketuk pintu dulu," ucap Arfa pada Alga. Sedangkan bocah itu, malah diam menatap polos wajah Arfa.

Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang