Tandai typo
><Prang!
Ini sudah ketiga kalinya Alka memecahkan piring dan 2 gelas. Hana memijit pelipisnya lelah, ingin sekali ia marah, namun ia terlalu malas untuk memarahi pemuda itu.
"Maap... " cicit Alka lalu menaruh piring yang sudah di cuci ketempatnya.
Sungguh, Hana benar-benar prustasi hari ini, tadi saja saat Hana sedang menggoreng telur, Alka terus saja mengacaunya sampai memecahkan tiga butir telur. Saat Alka mengepel lantai juga ia sempat terjatuh, karena ia menuangkan terlalu banyak air ke lantai.
"Arkan?" panggil Hana menatap Arkan yang sedang memainkan ponselnya.
Arkan menatap Hana, "Ya, Kak?"
"Masuk kamar, siapkan tugas kamu, nanti Kakak koreksi," tegas Hana. Arkan hanya mengangguk lalu berjalan kearah kamar miliknya.
"Han? Maap... " mohon Alka menatap Hana.
Hana hanya mengangguk lalu membereskan pecahan piring dan gelas itu.
Dengan hati-hati Hana memasukkan pecahan piring dan gelas itu ke dalam keranjang sampah. Hana menutup rapat matanya meringis kala serpihan beling itu mengenai jarinya.
Alka terkejut lalu menarik tangan Hana menuju bangku. "Lo tunggu sini, gue ambil kotak p3k dulu. "
Hana hanya diam tak menjawab. Tak lama Alka datang membawa kotak p3k, dengan telaten Alka mengobati jari Hana yang terkena serpihan beling. Tatapan Hana tak lepas dari wajah tampan Alka, Hana memegang dadanya, ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Alka yang baru siap mengobati jarinya lalu menatap bingung dirinya yang memegang dadanya, "Han? Jantung lo sakit? Kalo gitu kita memding ke rumah sakit yuk!" panik Alka lalu menggendong Hana ala bridal style.
Hana memukul bahu Alka gemas, "Turunin gue, Al!" titah Hana.
"Gak! Kita harus ke rumah sakit!"
Hana memukul dada Alka, "Gue gak kenapa-napa, Al!" kesal Hana.
Alka menunduk menatap bingung Hana. "Turun," dingin Hana mematap datar Alka.
Alka membuang napas pasrah, perlahan ia menurunkan Hana dari gendongannya.
"Sana cuci baju, " titah Hana mendorong pelan bahu Alka. Mau tak mau Alka menuruti ucapan Hana menuju kamar mandi.
Ting!
Ponsel Hana berdenting, tanda pesan masuk. Hana membaca pesan tersebut yang ternyata dari Argil. Hana bergegas menuju kamar mengambil hodie, masker dan kunci motornya.
Hana menghembuskan napas kasar menatap nanar meja belajar dengan buku berantakan di atasnya. Beginilah kebiasaan Alka, setiap sehabis belajar, ia jarang sekali membereskan bukunya kembali.
"Pinter, tapi malas," monolog Hana seraya membereskan buku Alka ke tempatnya.
"Kak?" panggil Arkan pelan dengan menyembulkan kepalanya di pintu kamar Hana dan Alka. Hana berbalik menatap Arkan dengan menaikkan sebelah alis matanya.
Arkan mengangkat tangannya mengkode Hana untuk menghampirinya. Hana mengangguk lalu menghampiri Arkan. Arkan menarik Hana menuju kamar mandi yang terletak di dapur.
Sesampainya disana Hana hanya bisa membuang napasnya lelah seraya memijat pelipisnya saat melihat Alka yang tertidur dengan pulasnya dengan posisi duduk di atas kloset duduk dan kaki yang berada di ember pakaian, "Al, bangun."
"Iblis nakal ini," geram Hana lalu menepuk-nepuk pelan pipi Alka. "Bahkan dia pun tak merasa terusik?" Hana menggeleng heran.
Arkan yang berada di ambang pintu menutup mulutnya, sedari tadi ia mati-matian memahan tawa agar suaranya tidak keluar.
Hana menatap Arkan, dengan segera Arkan merubah ekspresinya seperti semula. "Ar, ambil garam."
Arkan mengangguk dan berlalu menuju dapur. Tak lama Arkan kembali dengan membawa toples berukuran kecil berisi garam di dalamnya. Arkan menyodorkan toples itu kearah Hana.
Hana mengangguk lalu mengambil beberapa sendok garam kedalam gayung yang sudah berisi air. Hana mengaduk air itu hingga garam di dalamnya larut.
Hana menciprat-cipratkan air asin itu ke wajah Alka dan juga ke bibir Alka. Alka menggeliat dan air yang di cipratkan Hana ke bibir Alka perlahan masuk ke dalam mulut Alka.
Alka mengerutkan wajah kala merasa asin di mulutnya. Alka meludahkan air garam itu.
"Bhahaha!" tawa Arkan pecah kala melihat Alka. Alka menatap tajam Arkan lalu memunduk mengambil baju dari ember lalu melempar kearah Arkan yang tepat terkena wajah tampan Arkan.
Arkan menatap tajam Alka yang tertawa lalu melempar baju itu kearah Alka. Alka menghentikan tawanya, dengan gesit ia menangkap baju yang di lempar oleh Arkan.
Arkan mendengus kesal kala lemparannya malah di tangkap Alka. Alka tertawa kala melihat ekspresi kesal Arkan.
"Cukup!" pungkas Hana menatap nanar Alka. Alka terkesiap mendengar ucapan Hana.
"Lo-aarrgh!" prustasi Hana berlalu meninggalkan Alka dan Arkan yang menunduk.
"Han! Maap!" ucap Alka berjalan mengikuti Hana dari belakang.
"Han? Maap udah bikin lo marah..." rengek Alka menggoyang-goyangkan lengan Hana.
Hana menghentikan langkahnya, Hana membuang napas kasar lalu menepis tangan Alka, "Jangan ada yang keluar," tegas Hana tanpa menoleh kearah Alka dan berlalu keluar apartemen.
"Jadi ngeri gue, " celetuk Arkan bersender di dinding dengan tangan kanan di saku celana menatap Alka dari belakang yang menatap kosong.
"Bisa kena tekanan batin terus Abang gue kalo gini," monolog Arkan.
Alka tersadar lalu menatap Arkan, "Kembali ke kamar lo boy, siapkan tugas sekolah lo." ucap Alka berlalu menuju kamar mandi berniat untuk menyiapkan membilas pakaian tadi.
***
Ini jalanmu, dan milikmu sendiri. Orang lain mungkin berjalan bersamamu, namun tidak ada yang bisa menggantikanmu berjalan
_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Fiksi Remaja(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis manja, bodoh, pemalas yang ternyata adalah k...