Hana membalikkan badannya, ternyata Cakra yang mencekal tangannya, lalu ia menepis tangan Cakra. "Apa?" tanya Hana menatap datar Cakra.
Cakra menatap manik mata Hana. "Han? Lo kenapa berubah? Biasanya lo selalu berusaha untuk di deket gue, gue mau Hana yang dulu. Lo... masi sayangkan sama gue?" ucap Cakra meyakinkan lalu menggenggam tangan Hana kembali.
Tanpa mereka sadari, tak jauh dari tempat mereka, Alka mengamati interaksi keduanya seraya mengepalkan tangan.
Hana melihat tangannya lalu menepiskan tangan Cakra, kemudian Hana menatap Cakra. "Gue gak pernah suka sama lo."
"Bohong! Ini trik baru lo kan untuk dapatin gue?" tebak Cakra menatap serius Hana.
"Najong!" sarkas Hana berlalu dari hadapan Cakra.
Alka bersembunyi di samping tembok kala Hana berjalan kearahnya yang merupakan jalan kearah toliet.
Alka keluar dari balik tembok itu, dan menatap tajam Cakra yang masi menatap Hana, sebelum Hana hilang dari balik tembok.
Cakra mengernyitkan kening kala Alka yang tiba-tiba muncul dan berjalan kearahnya dengan tatapan tajam menatapnya.
Cakra membulatkan mata kala Alka menyeretnya menuju taman belakang sekolah.
Bugh!
Alka membogem Cakra hingga sudut bibir pemuda itu sampai mengeluarkan darah segar.
"Maksud lo apa?!" emosi Cakra menatap tajam Alka.
Alka mengeringai lalu membisikkan beberapa kalimat di telinga Cakra.
Cakra diam tak bergeming kala mendengar bisikan Alka, matanya menatap lurus kedepan.
Entah apa lah yang di bisikan Alka, sehingga membuat Cakra diam tak berkutik.
***
Sore ini Hana sedang mencuci pakaiannya dan pakaian Alka di kamar mandi dengan menggunakan sikat, tidak menggunakan mesin cuci, karena Alka belum membelinya.
"Han! Hana!" teriak Alka kala tak melihat Hana di semua ruangan. Ia lupa bahwa ia belum mengecek satu ruangan lagi, yaitu kamar mandi.
Hana yang sedang membilas pakaian terlonjak kaget. Bahkan pakaian yang ia peras jatuh ke ember kembali.
"Demit sialan!" umpat Hana kesal.
Hana mengambil pakaian yang terjatuh di ember tadi, lalu ia berjalan terburu-buru menghampiri Alka yang berada di ruang tv yang masih saja berkoar-koar memanggil namanya.
Hana melempar pakaian yang diperasnya tadi tepat di wajah tampan Alka. Pakaian itu terjatuh dari wajah Alka. Hana dapat melihat wajah padam Alka yang sedang menahan marah.
Alka mendekat kearah Hana yang menatapnya datar.
"Akh-akh awsh," ringis Hana kala Alka menjewer telinganya.
"Ini hukuman lo istri nakal," ucap Alka tersenyum smirk.
Hana yang kesal lalu menggelitiki perut Alka. "Hahahahah! Cuk-kup Han! Gelay!" pekik Alka kala Hana terus meggelitikinya.
Hana terkekeh melihat ekspresi Alka yang terus ia gelitiki perutnya. Hana menghentikan aktivitasnya.
Alka terpana merasa takjub menatap Hana yang terkekeh pelan.
Hana yang sadar di tatap oleh Alka dengan segera merubah raut wajahnya datar seperti semula.
"Cantik," gumam Alka menggelengkan kepala pelan.
Hana menaikkan kedua alis matanya. "Ha?"
Alka menggelengkan kepalanya kuat, "ga-gak ada, gue mau ke kafe cek keuangan. " ucap Alka meraih kunci mobilnya.
***
Malam telah tiba. Kini kedua pasutri itu tengah bersantai di kamar, Alka yang sibuk dengan ponselnya dan Hana yang sibuk dengan laptopnya.
Drrt! Drrt! Drrt!
Ponsel Alka bergetar. Alka melihat nama Bunda Bilqis yang tertera di layar ponselnya itu, lalu Alka melirik Hana yang berada di sampingnya yang sedang menonton drama favoritnya. Alka menggeser tombol warna hijau itu.
"Assalamualaikum, Bang?"
"Waalaikumsalam, Bun."
"Gimana kabar kalian? Baik? Kok gak ke rumah sih? Bunda kan kangen sama mantu Bunda yang cantik itu."
Alka terkekeh, "Kita baik kok, Bun. Bunda dan yang lain gimana? Baik juga dong!"
"Hehe, kami semua baik sayang. Ah iya, mantu Bunda lagi apa? "
Hana melirik Alka yang berada di sampingnya sedang berbicara di telpon, lalu beralih menatap laptopnya lagi.
"Hem... Lagi apa ya... "goda Alka.
"Ck. Kalo di tanya tu jawab yang bener atuh!" kesal Bilqis di seberang sana.
"Hehehe, berjanda Bun... "
"Bercanda, Bang! Bercanda! Astagfirullah... " frustrasi Bilqis di seberang sana.
"Iya-iya Bun."
"Mana mantu Bunda? Bunda mau ngomong. "
"Oo sebentar, Bun." ucap Alka lalu menatap Hana yang sedang asik menonton drama favoritnya.
Alka menoel-noel lengan Hana. "Han? Bunda mau ngomong."
Hana menoleh lalu mengangguk, kemudian mengambil alih ponsel Alka. "Assalamualaikum, Bun?"
"Waalaikumsalam mantu cantik Bunda."
Pipi Hana bersemu merah kala mendengar panggilan mertuanya itu, bahkan Alka terkekeh geli melihat pipi Hana yang merona itu. Sebelumnya Alka sudah menambah volume telponnya, maka dari itu ia dapat mendengar ucapan Bundanya itu.
"Bunda bisa saja," balas Hana.
"Hehehe, gimana sekolah kamu sayang?"
"Hem... Baik, Bun. "
"Syukurlah, kalo gitu Bunda tutup ya, udah jam sembilan malam, sebaiknya kalian tidur, bukankah kalian besok sekolah?"
"Iya, Bun. Yaudah kalo gitu Hana tutup ya Bun, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam mantu cantik, Bunda!"
Lalu telpon terputus.
"Besok pulang sekolah kita ke rumah Bunda. " celetuk Alka kala Hana memberi ponselnya.
Hana hanya mengangguk sebagai jawaban.
***
Kenapa selalu di hadapkan oleh pilihan?
Karena sejatinya hidup itu pilihan
Bahkan saat kita tidak memilihpun, itu sudah menjadi pilihan untuk kita_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Ficção Adolescente(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis manja, bodoh, pemalas yang ternyata adalah k...