"Al... Pengen ke rumah Mama, ayok kita kesana... " rengek Hana.
Kini keduanya sedang berada di dalam mobil menuju jalan pulang. Hari ini ia lebih memilih menggunakan mobil mengingat bulan ini kota mereka sering di guyur hujan.
Alka terkekeh seraya mengusap puncak kepala Hana, "Pulang dulu ya? Abis itu baru ke rumah Mama," ucap Alka lembut dengan mata lurus ke depan menatap jalanan.
"Tapi beneran ya?" ucap Hana menatap Alka penuh harap.
Alka terkekeh seraya menjawil hidung Hana lalu mengusap puncak kepala Hana, "Lucu banget sih... Istri aku!" gemas Alka.
Mata Hana berbinar kala matanya menangkap gerobak mie ayam. Alka melirik kearah Hana lalu terkekeh, ia paham dengan maksud istrinya itu. Kemudian Alka menghentikan mobilnya tepat di depan gerobak mie ayam itu.
Spontan Hana menatap Alka, "Kita ngapain kesini?" tanya Hana.
Alka hanya diam mengabaikannya lalu keluar mobil. Hana mendengus kesal lalu mencebikkan bibir seraya bersedekap dada.
Alka membuka pintu mobil sebelah Hana, "Silahkan istri cantik ku... " goda Alka mengulurkan tangannya ke arah Hana untuk keluar dari mobil.
Hana tersipu seraya menerima uluran tangan Alka. Alka sempat terpaku kala melihat Hana yang tersipu. Ini kali pertamanya ia melihat Hana tersipu seperti ini, 'Cantik banget sih... Istri aku' batin Alka gemas.
"Beli mie ayam, Mas?" celetuk pedang mie ayam itu.
"Emang Mamangnya jual apa?" tanya Alka balik.
Pedang itu menoleh sekilas gerobaknya lalu menoleh kearah Alka dan Hana kembali, "Mie ayam, Mas." jawab pedagang itu polos seraya menunjuk gerobaknya.
Alka dan Hana spontan menepuk kening mereka bersamaan, "Wes angel iki, angel," bisik Alka seraya memijat pelipisnya.
"Sa ae ni kang mie ayam," timpal Hana.
***
"Assalamualaikum!" salam Alka dan Hana berada di ambang pintu mansion keluarga Gentala.
"Waalaikumsalam!" jawab Vanka dan Desty lalu menghampiri mereka.
"Anak sayang Bunda!" pekik Vanka memeluk Hana erat.
Alka membulatkan mata saat melihat Hana merasa sesak, "Kasian istri aku, Bun. Sesek dia," tegur Alka kesal.
Spontan Vanka melepaskan Hana. Desty memukul lengan Vanka pelan, "Kebiasaan kamu, kasian cucu Mama Van," timpal Desty.
Vanka menyengir, "Lama gak kesini? Kangen Bunda ya?" goda Vanka menaik-turunkan alis matanya.
Hana menggeleng singkat. Mati-matian Alka dan Desty menahan tawa mereka kala melihat jawaban Hana.
"Kok gak kangen sih!" cibir Vanka menatap kesal Hana.
Hana mengedikkan bahu. "Hana kangen Mama," ucap Hana menatap arah tangga.
Mereka semua menatap tangga, terlihat Bulan sedang berjalan kearah mereka dengan anggunnya seraya tersenyum lebar.
"Mama... " panggil Hana lalu memeluk Bulan.
"Iya sayang... " sahut Bulan mengusap punggung Hana.
"Tuan putri rindu tuh," sindir Vanka.
Bulan hanya terkekeh melihat tingkah Adik Iparnya itu.
Hana melepas pelukan lalu menyalimi punggung tangan Bulan di ikuti Alka. Tak lupa juga mereka menyalimi Desty dan Vanka.
"Mama sama yang lain apa kabar?" tanya Alka di angguki Hana.
"Kita semua baik kok, kalian apa kabar? Gak pernah main kesini?" tanya Bulan.
"Kita baik ko, Ma. Maap jarang main, soalnya sibuk hehehe," sahut Alka.
"Mending duduk dulu yuk, masa iya mau berdiri aja di depan pintu gini, " celetuk Desty.
"Iya, Oma!" sahut Alka dan Hana bersamaan.
"Kalian nginep disin kan?" tanya Vanka setelah mereka duduk di sofa.
"Kalo Alka terserah Hana aja, Bun." jawab Alka sera menatap Hana.
"Hana pikir-pikir dulu, Bun. " jawab Hana diangguki Vanka.
Bulan menoleh kearah Ema selaku maid di kediaman yang sedang melewati mereka, "Mbak Ema! Buatin minuman dan cemilan untuk Alka dan Hana ya."
Ema berhenti lalu menghampiri para majikannya, "Mau minum apa Nona Muda dan Tuan Muda?" tanya Ema sopan.
"Jus mangga!" antusias Hana. Mereka semua menoleh kearah Hana menatap heran Hana.
"Semangat sekali dia?" gumam Vanka diangguki Alka dan Desty.
"Baik Nona, lalu Tuan Muda ingin apa? " tanya Ema pada Alka.
Alka tersadar lalu menoleh kearah Ema, "Ah? Saya tidak usah, terimakasih, " ucap Alka diangguki Ema sebelum berlalu menuju dapur.
"Princes...!" pekik Regan berlari kearah Hana.
Desty mengelus dadanya sabar karena terkejut dengan pekikan cucunya itu.
"Mulai deh... " dengus Arsen merangkul bahu Renal.
Renal mengangguk lalu merangkul bahu Arsen. "Princes kok tambah berisi gitu ya?" bingung Arsen sesampainya di hadapan mereka semua.
Spontan mereka menatap Hana yang sedang meminum jus yang baru saja di bawakan Ema. Mereka melongo kala Hana meneguk habis jus itu dalam sekejap.
Hana menaruh gelas itu di meja, ia mengerutkan kening kala mereka semua menatapnya dengan tatapan berbeda-beda.
"Kalian kenapa?" tanya Hana menyadarkan mereka semua.
"Kok gue baru sadar ya tubuh Hana semakin berisi. " gumam Alka menatap Hana.
"Bener kata kamu, Sen. Hana kelihatan lebih berisi dari pada waktu terakhir jumpa tempo hari," timpal Vanka.
"Tempo hari?" beo Hana bingung. Sejak kapan ia bertemu keluarganya? Bahkan ini pertama kalinya mereka berjumpa setelah beberapa bulan lalu.
"Ho'o, masa kamu udah lupa aja!" ucap Regan menatap Hana tak habis pikir.
"Kok pikiran gue..." gumam Vanka, lqlu menggeleng kepalanya cepat.
"Sudah-sudah, mendingan kalian taruh duli tasnya di kamar, terus kita makan," sela Desty diangguki tiga trio kampret itu, siapa lagi kalo bukan Arsen dan twins.
"Tunggu apalagi? Yuk makan," ajak Vanka setelah trio kampret pergi dari hadapan mereka.
Yang lain mengangguk setuju. Hana menatap sekeliling, sepertinya Papa dan Ayahnya belum pulang dari kantor.
"Oma ke kamar dulu ya? Mau lihat Opa, takutnya membutuhkan sesuatu," ucap Desty di angguki mereka.
***
jika ada waktunya dimana kita bersama lagi, akan ku ceritakan bagaimana aku melalui hari-hari ku tanpa mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Hani (TERBIT/Lengkap)
Teen Fiction(SELESAI) [[REVISI DI VERSI CETAK] Mungkin ni cerita nggak masuk akal, jadi author mohon maaf jika pembaca kurang puas sequel (Transmigrasi Vanka) Bagaimana jadinya seorang badgirl, cerdas dengan sejuta prestasi, dingin, memiliki mata tajam. Haru...