2. Kehilangan Rumah

6.4K 392 8
                                    

"Nona, waktunya makan malam."

Chelsea melenguh dalam tidurnya merasakan seseorang menggangu mimpi indahnya. Biasanya tidak ada siapapun yang membangunkannya selain alarm ponsel. Apakah kakaknya sudah pulang dari Belanda? Itu tidak mungkin. Nadine tidak akan membangunkannya dengan lembut, ia akan menariknya dan mengatainya Tuan Putri tukang tidur.

"Non?"

Butuh beberapa detik untuk sinergi di otak Chelsea terhubung, ia bangkit dari posisinya. Teringat bahwa saat ini ia sedang dalam kediaman mewah milik orang yang tidak ia kenal dan ketahui. "Maaf, saya ketiduran."

"Sudah waktunya makan malam. Nona ingin membersihkan tubuh terlebih dahulu?"

"Apa Tuanmu belum kembali?"

"Maaf, Nona. Tuan sedang berada di luar kota dan akan kembali beberapa hari lagi."

Chelsea melotot. Lalu untuk apa mereka membawaku ke sini? Ia mendengus kesal. Belum sempat memprotes, ponselnya yang masih dicharger bergetar.

"Halo?"

"Syukurlah kau mengangkatnya. Chelsea kemana saja kau? Apa kau tidak tahu rumahmu terbakar?"

"APA?!!!"

"Kau meninggalkan setrika dalam keadaan menyala, beruntung apinya tidak menyambar ke rumah tetangga. Kenapa kau tidak pulang?!"

"Aku akan segera pulang," jawab Chelsea lesu. Ia benar-benar ingin menangis sekarang.

"Maaf, Nona. Tapi anda tidak boleh keluar dari sini tanpa seizin Tuan."

Chelsea menatap tak suka. "Rumahku terbakar, aku ingin melihatnya," lesu. Ia tidak sanggup untuk berdebat.

"Tunggu sebentar, Nona." Jane segera berlalu, berbicara dengan seorang pria yang kemudian menghubungi seseorang.

"Kami akan mengantarkan anda, Nona." Seorang pria yang tadi diajak bicara oleh Jane menghampiri.

Chelsea pasrah, sepanjang perjalanan ia mengusap airmatanya yang mengalir tanpa bisa ia cegah. Semakin berderai saat melihat kondisi rumahnya yang hangus meninggalkan tembok bernoda hitam.

"Kami segera menelepon pemadam saat melihat api keluar dari dalam rumahmu. Setelah di selidiki ternyata berasal dari setrika yang kau biarkan menyala dan membakar kain." Seorang Bapak-bapak menjelaskan kronologi kejadian.

Chelsea bergeming, menatap kenangan bersama Nadine yang kini tinggal abu. Entah apa yang akan Nadine lakukan padanya nanti mendapati rumah yang dibelinya telah dibakar secara tidak sengaja oleh Chelsea. Maafkan aku, kak.

Setelah mengambil barang-barang yang masih bisa ia bawa, Chelsea sekali lagi menatap nanar pada rumah tinggalnya yang kini tidak bisa membuatnya nyaman. Hancur, semuanya hancur. Chelsea terduduk di tanah dan tergugu. Kemana aku harus tinggal sekarang?

"Nona, sebaiknya kita kembali."

Chelsea mendongak mendapati pria tanpa ekspresi berbaju hitam di hadapannya. Menurut. Hari sudah malam dan ia tidak memiliki tempat tinggal, pikirannya tengah terbang ke angkasa menyesali perbuatannya yang ceroboh meninggalkan setrika dalam keadaan menyala dan berakibat fatal bagi dirinya.

Kembali lagi dalam rumah mewah bergaya eropa. Kenangan pahit dan menyedihkan yang sebelumnya masih Chelsea rasakan seketika memudar melihat ruangan yang katanya kamarnya terbuka lebar di hadapannya. Bola matanya hampir terlepas melihat tata letak ruangan yang begitu apik dengan aksen warna krem pada dinding dan perabotannya.

 Bola matanya hampir terlepas melihat tata letak ruangan yang begitu apik dengan aksen warna krem pada dinding dan perabotannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang