24. Menggali informasi

1.5K 147 19
                                    

Chelsea memijit kakinya sendiri yang pegal akibat terlalu lama berjalan di dalam hutan, ia merengut kesal pada Benedict yang tengah membakar hasil buruannya.

Flashback on.

"Bawa ini," Benedict menyerahkan ayam hutan yang berhasil ia buru pada Chelsea.

Chelsea meringis ngeri menyaksikan tetesan darah dari ayam tersebut.

"Kau menolak?" sebelah alis Benedict menukik tajam.

Kepala Chelsea menggeleng, ia menerima ayam itu seraya sebelah tangannya menutup mulutnya sendiri karena perutnya mulai bergejolak.

Selama perjalanan yang Chelsea pikir akan kembali ke kapal ia menutup mulutnya ketika aroma amis mulai menyerbu indera penciumannya, andai saja Benedict tak mengatakan akan memutilasi tubuhnya jika seandainya ia muntah, Chelsea benar-benar akan mengeluarkan seluruh isi perutnya, ia benar-benar tak tahan, namun ia masih cukup pintar untuk tidak merelakan tubuhnya di cincang oleh Benedict.

"Cuci di sana," perintah Benedict menunjuk pada sungai dengan gerakan kepala.

"Aku?" tanya Chelsea menunjuk dirinya sendiri.

Benedict berkacak pinggang. "Ada orang lain di sini?"

"Tapi —" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Benedict telah memberinya sebuah pisau tajam, reflek Chelsea menelan salivanya.

Butuh pengorbanan bagi Chelsea yang tidak pernah tahu bagaimana memotong daging ayam, bagian mana saja yang harus di buang, dan bagaimana cara membelah isi perutnya, yang ia lakukan hanya menangis dalam diam seraya tangannya membersihkan tubuh ayam tersebut. Ia menangis karena takut Benedict akan mencincangnya karena ia tak tahu membersihkan daging ayam yang dimaksud Benedict itu bagaimana, belum lagi perutnya yang tak bisa diajak kompromi sejak menyentuh darah kental dari ayam itu.

"Apa yang kau lakukan?" Benedict menghampiri Chelsea yang hanya mengusapi bulu ayam tersebut. "Bukankah aku memintamu membersihkan isi tubuhnya?"

Chelsea menunduk takut.

Benedict menghembuskan nafas panjang, merebut ayam dari tangan Chelsea, menunjukkan cara membelah tubuh ayam tersebut. "Lakukan seperti ini," perintahnya menarik tangan Chelsea untuk mengambil isi perut ayam.

"Tidak.. aku tidak mau.. aku tidak bisa," Chelsea meronta dan berteriak histeris.

Tatapan Benedict meredup. "Kau menolak perintahku?" desisnya tajam.

Chelsea terdiam dengan sisa air mata di kedua pipinya.

"Lakukan atau kau yang akan ku potong-potong," desis Benedict mengancam.

Chelsea tak bisa menolak, ia memegang pisau dengan jemari yang bergetar, keringat tipis muncul di dahinya saat tatapan tajam Benedict yang duduk di sampingnya seakan mampu membunuhnya.

Butuh waktu berjam-jam untuknya membersihkan tubuh ayam itu dari darah juga bulu-bulunya, selama itu pula sudah habis isi perutnya ia keluarkan, tubuhnya benar-benar letih.

Flashback off.

Masih terekam jelas bagaimana pria itu selalu memintanya melakukan tindakan yang tak pernah menguntungkan baginya, tubuhnya sudah tak sanggup berjalan karena kehilangan tenaga, ditambah perutnya yang berbunyi minta di isi makanan. 'Sepertinya pria itu memang berniat membunuhku secara perlahan,' bathinnya pilu, ia menyembunyikan wajahnya pada lipatan lutut.

Benedict menghampiri Chelsea dan memberikan potongan daging yang sudah ia bakar. "Makanlah."

Kepala Chelsea mendongak, menatap Benedict juga daging ayam bergantian, hingga akhirnya ia menerima, karena takut jika menolak ia akan di cincang. Tak ada makanan lain yang mampu mengganjal perutnya selain ayam bakar hasil tangan Benedict, sedangkan jarak dengan kapal sangat jauh, ia harus mengisi tenaganya, jangan sampai Benedict meninggalkannya jika seandainya ia tak mampu berjalan.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang