Hari itu masih terlalu pagi, tapi beberapa pelayan sudah memulai aktifitasnya begitu pula Chelsea yang berdiri di tepi tangga dengan bingung. Bingung bagaimana ia turun sementara kakinya masih terlilit perban, sedangkan ia harus segera menyiapkan kopi untuk Benedict.
Ia terdiam melongokkan kepala memperhatikan keadaan lantai satu untuk memanggil seseorang yang siapa tahu bisa membantunya turun. Namun karena bentuk tangga yang memutar sedikit menyulitkannya untuk mengetahui kegiatan di lantai bawah.
Chelsea tersenyum melihat Bastian yang berjalan menaiki tangga, sepertinya pria itu akan menuju kamar pribadi majikannya. "Bastian," panggilnya riang.
"Ya, Nona."
"Aku ingin turun, bisa kau membantuku? Aku akan membuatkan kopi untuk Be.. Untuk Tuan Benedict." Chelsea menunjukkan sebelah kakinya yang terbalut perban.
"Tentu, Nona," sahut Bastian menggerakkan lengannya sebagai pegangan Chelsea.
"Bas."
Keduanya menoleh pada asal suara, di sana Benedict tengah berdiri tak jauh darinya.
"Tugasmu bukan untuk mengurusi wanita yang tidak berguna."
Kalimat menohok berupa sindirian tajam yang diucapkan Benedict membuat Chelsea diam-diam mengumpat dalam hati.
Bastian undur diri, meminta maaf secara tak langsung pada Chelsea karena tidak bisa menolong gadis malang itu.
"Kau tidak mangkir dari tugas dan kewajibanmu, bukan?"
Chelsea menoleh, mengerti apa yang dimaksud Benedict dengan kewajiban. Bahkan sejak tadi ia sudah memikirkan cara agar bisa melaksanakan kewajiban itu. Tidakkah pria itu tahu? "Saya mengerti, Tuan."
"Kenapa kau masih berada di sini?" ujar Benedict memperhatikan Chelsea yang tak beranjak.
'Bukankah dia punya mata, dia bisa melihat kakiku sakit dan kesulitan menuruni tangga,' gerutu Chelsea dalam hati. "Saya menunggu Bastian untuk membantu saya turun, Tuan."
"Apa kau akan meminta Bastian menggendongmu?"
Chelsea memalingkan wajah mendengus kesal. "Sepertinya iya jika Bastian tidak keberatan, Tuan," jawabnya asal, ia benar-benar kesal dengan Benedict.
Melihat kehadiran Bastian, Benedict segera berujar membungkam bibir Chelsea yang tersenyum. "Siapkan mobil baru, aku bosan menggunakan mobil itu tiap hari."
"Baik, Tuan."
Jemari Chelsea terkepal, ia bersungut menyadari Benedict sengaja mempersulitnya. Bahkan saat seorang pelayan yang ia panggil pria itu sengaja memberi perintah agar tidak bisa menolongnya. Chelsea kesal, benar-benar kesal.
"Apa kau ingin berada di kandang Harimau lagi?"
Chelsea menoleh cepat karena terlalu terkejut, yang justru membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Jika saja Benedict tidak meraih dan menarik tangannya sudah dipastikan ia akan terjatuh berguling di tangga. Dan kali ini sepertinya bukan hanya kakinya yang patah, mungkin nyawanya akan terlepas dari raganya.
Benedict menarik kuat tubuh Chelsea hingga menubruk dada bidangnya, terdengar ringisan gadis dalam pelukannya saat dahi gadis itu terantuk dada bidangnya. Tidak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan. Justru gadis dalam pelukannya yang terlihat salah tingkah. "Kau mencoba mencari kesempatan?"
"Ha?"
Chelsea gegas mundur menjauh, dan lagi-lagi Benedict menarik pinggangnya karena hampir saja ia terjungkal ke belakang karena terpeleset ujung tangga. Ia memaku saat lagi-lagi tangan kekar Benedict mengungkung tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
General Fiction(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...