Seminggu berlalu.
Chelsea menatap sendu pada Neron, tidak dengan Luke. Mereka semua sudah memutuskan membawa Chelsea ke Indonesia bersama Benedict. Tentu saja Chelsea merasa senang kembali ke tempat kelahirannya, namun bertemu Neron yang menyayanginya membuatnya sedikit sedih karena akan berpisah. Pria tua yang nyatanya Kakeknya begitu memanjakannya, melakukan apapun untuk melindunginya. Chelsea khawatir jika ia tidak bisa lagi bertemu dengan Kakeknya, biar bagaimanapun pekerjaan pria tua itu terlalu beresiko kehilangan nyawa.
Banyak perhitungan yang telah dipikirkan, banyak orang yang menjadikan Chelsea target. Untuk itu mereka semua, —Neron, Benedict dan juga Luke. memutuskan membawa Chelsea ke Indonesia.
Ya, Neron harus berbesar hati membiarkan cucunya berada bersama orang asing, membiarkan cucunya bersama orang yang pernah menjadikannya sandera. Namun Neron tentu sadar bahwa hanya dengan pria itu cucunya akan aman. Masih banyak urusan yang harus ia lakukan sebelum membawa Chelsea kembali ke sisinya. Ia harus membuat cucunya merasa aman dimanapun berada.
Luke merendahkan tubuhnya berbisik pada Chelsea. "Kau tidak perlu sesenang itu bersama dengan dia. Kau tidak tahu kalau Raymond akan melemparmu menjadi santapan hewan peliharaannya."
Chelsea melirik tajam.
"Wajahmu terlalu kentara, kau terlihat sangat bahagia," Luke semakin gencar meledek.
Tatapan Chelsea meredup.
Bug!
Chelsea meninju kuat perut Luke, hingga sang empu meringis. "Aku akan menjadi kuat saat bertemu denganmu nanti," balasnya penuh tekad.
Luke meringis mengusap perutnya. "Setidaknya aku harus mempunyai lawan yang sebanding untuk merebut harta warisan Kakek."
Duk!
Chelsea menendang tulang kering Luke.
"Sea," Luke memprotes, meskipun ia seorang pria yang kebal akan darah, namun tendangan Chelsea benar-benar terasa menyakitkan.
"Aku tidak peduli dengan harta warisan," cetus Chelsea kesal.
"Itu tidak menarik, Sea. Kita harus melawan satu sama lain untuk memperebutkan harta warisan," Luke terlihat serius, seakan perebutan harta warisan itu adalah perebutan boneka.
Chelsea mulai emosi. "Ambil, kau ambil saja semuanya aku tidak peduli."
Luke berdecak, kemudian merendahkan tubuhnya lagi. "Bagaimana kalau kita bekerjasama membunuh Kakek tua itu. Membagi hartanya menjadi dua bagian," bisiknya menarik turunkan alis, mempermainkan nyawa seseorang seperti halnya mainan seru untuknya.
Tatapan Chelsea kembali meredup, seakan kepalanya bisa mengeluarkan api yang siap melahap Luke tanpa sisa. "Baik, aku akan merebut harta Kakek untukku sendiri," sepertinya ia mulai tertular virus gila sepupunya.
Luke mengerling nakal. "Aku sangat mencintaimu, Sea," ia menarik tubuh Chelsea dalam pelukan erat.
Chelsea meronta minta dilepas. "Aku juga sangat membencimu, Luke," desisnya.
Luke tertawa.
Neron dan Benedict kompak menoleh memperhatikan apa yang telah kedua sepupu itu lakukan.
"Dia sangat berharga daripada nyawaku, tolong jaga dia," Neron menatap dalam pria di hadapannya. Ia sungguh meminta agar Benedict menjaga cucunya. Hanya pria itu yang bisa melindungi cucunya.
Benedict tidak menyahut.
"Mungkin dia akan merepotkan —"
"Dia memang sangat merepotkan," Benedict memotong. "Aku lebih dulu mengetahuinya, jadi anda tidak perlu menasehatiku," imbuhnya dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
Fiksi Umum(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...