Jari lentik itu meraba sisi kirinya yang kosong, kelopak matanya terbuka saat tak ada lagi seseorang di sampingnya, ia menggigit bibir bawahnya mengingat kejadian memalukan yang ia lakukan semalam. Dengan tak tahu malunya ia ingin seorang Benedict menidurinya, Chelsea menutup wajahnya dengan selimut karena malu. 'Apa yang harus aku lakukan jika bertemu dengannya.'
Disamping sisi mengerikan seorang Benedict, pria itu mampu membuat gelora berbeda terhadap tubuhnya, tubuhnya memberikan respon bahaya pada setiap sentuhan tak sengaja yang seketika membuat otaknya tak bekerja seharusnya, sehingga terjadilah hal semalam. Bahkan sejak kapan ia mulai mencintai pria itu Chelsea sendiri tak tahu.
*
Chelsea berjalan dengan kepala menunduk untuk bergabung bersama dua pria di meja pantry. "Sshh.." ringisnya merasakan area inti tubuhnya masih terasa sakit ketika menyentuh kursi.
"Kau terluka?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Christian.
Chelsea menggeleng pelan, tak berani ia melirik Benedict yang duduk berseberangan dengannya.
"Kau membuatku frustasi karena kau pergi tiba-tiba," dengus Christian kesal.
"Maaf," hanya itu yang mampu Chelsea ucapkan.
"Lain kali kau tak perlu sefrustasi itu jika dia menghilang, biarkan saja," ucap Benedict menatap tajam gadis di hadapannya yang terkejut mendengar kalimatnya.
"You kidding me?" tanya Christian tertawa hambar. "Seharusnya kau katakan itu sejak pertama kali mengajaknya ke sini," imbuhnya kesal. Ia menyugar rambutnya. "Sampai kapan kalian berada di sini? Aku tak leluasa having sex jika ada gadis asia yang menatapku dengan tatapan terkejutnya itu," sungutnya beranjak.
"Aku akan kembali lusa."
Christian mengangguk. "Bagus, dan jangan lupa kembalikan revolver yang kau curi dariku."
Benedict tampak acuh. "Aku tak membawanya, tertinggal di Indonesia."
"Oh, shit! Fuck you, Raymond!" umpat Christian kemudian berlalu meninggalkan ruangan.
Benedict masih menatap gadis di hadapannya yang menunduk, gadis yang telah ia ambil keperawanannya semalam, gadis yang mengejutkan karena meminta untuk ditiduri olehnya. "Kau ingin kembali dengan wanita sialan itu?" tanyanya membuat Chelsea seketika mendongak, ia bisa menatap gerakan matanya yang gelisah.
Chelsea menggeleng. "Maaf," 'Aku tak akan mengulanginya.'
"Dia di negara ini?"
Chelsea kembali menggeleng. "Aku bahkan tidak tahu dia ada dimana?"
"Kau yakin?" Benedict memastikan.
"Ya," Chelsea mengangguk ragu. "Dia mengatakan akan tiba dalam tiga hari, tapi hingga detik ini dia belum juga tiba," imbuhnya.
Benedict mengetuk jarinya di atas meja. "Kau tahu kesalahanmu?"
Chelsea memejamkan mata, ia tahu, ia paham, ia mengerti, sehingga yang ia lakukan adalah mengangguk lesu.
"Ucapkan salam pada King ketika kau tiba di Indonesia."
Chelsea terkejut, mendengar hewan buas itu disebut membuat bulu kuduknya seketika meremang. 'Apa aku akan menjadi santapannya, benar-benar santapannya kali ini?' ia menelan saliva alot.
"Bukankah kau seharusnya mempertemukan aku dengan wanita itu? Seperti janjimu?"
Chelsea nampak berfikir, bahkan selama ini ia telah memikirkan cara, namun otaknya sama sekali tak mendapatkan ide apapun, bagaimana cara bertemu Nadine saja ia tak tahu, bagaimana mempertemukan Benedict dan Nadine. "Aku.. masih mencari cara," jawabnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
Fiksi Umum(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...