4. Meminta Izin

4.9K 320 4
                                    

"Siapa?!"

"Kecilkan suaramu, Nath," peringat Chelsea mendengar pekikan temannya itu.

"Coba ulangi sekali lagi, siapa nama pria itu?" Mengacuhkan protesan temannya.

"Benedict."

"Benedict?" ulang Natalie mencoba berfikir, mengingat-ingat apakah pernah mendengar nama itu. Tapi nihil. "Aku tidak pernah mendengar Milioner bernama Benedict. Kau Els?"

Elsheva menggeleng pasrah. "Aku tidak pernah mencari tahu siapa saja nama Milioner di negara ataupun di dunia ini," jawabnya acuh.

"Apa dia tampan?"

"Aku yakin setelah kau melihatnya kau akan terintimidasi oleh aura membunuhnya daripada mengagumi ketampanannya."

Natalie dan Elsheva meringis.

"Anda tidak perlu menceritakan siapa Tuan sebenarnya pada siapapun, Nona. Itu jauh lebih aman untuk kehidupan anda selanjutnya."

Chelsea tercekat mendengar kalimat ancaman Bastian kala itu, sehingga ia urung menceritakan bahwa Benedict juga mempunyai peliharaan ekstrim yang mampu membuat bulu kuduk merinding.

"Sudahlah, jangan dibahas, kalian semakin menyadarkan aku kalau hidupku menderita," keluh Chelsea menekuk wajahnya lesu.

Elsheva menepuk lengan Chelsea. "Makan di kantin, yuk?" ajaknya kemudian.

Ketiga berjalan beriringan menuju kantin.

"Setidaknya kau tidak jadi gelandangan karena menjadi tuna wisma," ledek Natalie tergelak.

"I kill you."

***

"Jangan lakukan apapun pada adikku, ku mohon."

Bastian tersenyum samar membaca pesan di ponselnya. "Wanita itu mulai ketakutan, Tuan," adunya menyerahkan ponsel ke arah Benedict.

Benedict menyeringai. "Bahkan ini belum dimulai. Pastikan gadis itu tidak akan pernah bisa kabur, Bas. Aku senang mempunyai mainan yang bagus."

"Baik, Tuan."

"Kita lihat saja segila apa dirimu melihat adik kesayanganmu berada dalam genggamanku."

***

Hampir satu minggu Chelsea menikmati peran barunya sebagai penghuni tak kasat mata dalam istana mewah itu. Karena kehadirannya seakan tidak pernah terlihat, yang ia lakukan hanya bermalas-malasan dan kian membuatnya frustasi hampir gila.

Benedict, pria itu sama sekali tidak memperbolehkannya untuk keluar dari gerbang utama, yang berarti kehidupannya hanya berputar di dalam kediaman mewah yang siap mencekiknya tiap detik. Hanya kuliah yang tidak pria itu larang, beruntungnya ia. Kalau sampai kuliah juga dilarang Chelsea yakin sebentar lagi ia akan gila.

Chelsea menendang kericil kecil seraya menikmati taman luas yang baru saja ia singgahi. Tidak ada yang bisa ia lakukan, pemilik rumah sedang bekerja dengan temani peliharaan kesayangan yang mengerikan. Tentu saja Chelsea memilih menjauh.

Tatapannya meluas menyadari hanya tumbuhan hijau yang ada dalam halaman luas itu. Tidak nampak terlihat bunga bermekaran di sana. Ia jadi kesal sendiri. Kedua matanya berbinar menemukan ide briliant dalam otak kecilnya. Hanya saja apakah ia sanggup mengatakan keinginannya. "Tuan," panggilnya melihat siluet kehadiran orang yang tepat.

"Iya, Nona."

"Em.. boleh saya meminta satu hal," tanya Chelsea hati-hati.

"Silahkan meminta pada Tuan Benedict, Nona."

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang