39. Dalam bahaya

983 83 10
                                    

Chelsea tidak mampu melanjutkan kalimatnya saat mobilnya di hantam dari depan. Bahkan kepalanya hingga terantuk stir mobil. "Shh.." ia meringis merasakan pusing luar biasa.

BRAKK!!

Belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi, kini bagian belakang mobilnya turut mendapat benturan keras. Chelsea merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Apa ia akan mati kali ini?

BRAKK!!

Lagi, seakan-akan mereka berharap tubuh Chelsea terjepit di dalam mobil dengan membenturkan keras seluruh badan mobil.

Chelsea berusaha membuka mata memperhatikan sambungan telepon yang masih terhubung. Namun kelopak matanya terasa sangat berat. "Benedict ku mohon tolong aku," gumamnya lirih sebelum kegelapan menariknya semakin dalam.

***

Tiba di lokasi kecelakaan, Benedict, Luke dan juga Neron harus menelan pil pahit saat tidak menjumpai Chelsea dimanapun. Benedict sengaja menghubungi Luke perihal kecelakaan yang menimpa Chelsea. Namun nyatanya mobil yang dikendarai Chelsea sebelumnya terlihat kosong.

"Dimana dia?" Neron sungguh khawatir dilihat dari raut wajahnya. "Cari cucuku!" perintahnya tidak sabar.

Luke memperhatikan Benedict yang terdiam menatap body mobil yang penyok. "Kau mencurigai seseorang?" tanyanya.

"Aku tidak yakin," selain Fernandez, siapa lagi musuh yang menargetkan Chelsea untuk mengalahkannya. Sedangkan saat ini pria tua bangka itu tidak ada di negara tersebut. "Fakta bahwa dia cucu keluarga Neron membuatnya semakin dalam incaran," Benedict mengingatkan.

"Ya, kau benar," sahut Luke tidak terlihat khawatir.

Benedict memperhatikan Luke dan Neron bergantian. "Kalian sudah mengetahui bahwa dia menjadi target, apa kalian tidak mempersiapkan sebelumnya?" ia tengah menyindir.

Neron mendesah. "Aku hanya tidak ingin mengekangnya."

Benedict tersenyum sarkas. "Sekarang kau bahkan kehilangannya," sindirnya.

"Mobilku yang malang," Luke menatap nanar pada mobil yang ia dapatkan secara gratis terlihat mengenaskan.

Tuk!

Neron memukul kepala Luke keras. Sang empu seketika meringis. "Berhenti bersikap bodoh," peringatnya.

Luke mengusap kepalanya. "Dia akan baik-baik saja. Sea seperti kucing yang mempunyai nyawa sembilan," balasnya membela diri. "Berhenti menganiayaku, Kakek tua," peringatnya menghindar saat Neron kembali melayangkan tongkat.

"Butuh berapa menit kalian menyabotase semua rekaman dan menemukan cucuku!" Neron berseru keras.

Tiga orang bodyguard yang merangkap sebagai peretas tengah serius pada layar laptop. "Beri kami waktu lima belas menit, Tuan," jawab salah seorang dari mereka.

Neron mendesah kasar.

***

Di tempat lain. Di puncak sebuah gedung yang terbengkalai dan tidak terpakai, sebuah ruangan luas nan kosong, nampak seorang perempuan tengah diikat pada sebuah kursi menghadap sebuah jendela yang terbuka lebar.

Perempuan itu adalah Chelsea, keadaannya tidak baik-baik saja saat pelipisnya terdapat noda darah yang mengering, matanya tertutup kain hitam. Tangannya di ikat ke belakang, serta kedua kakinya yang juga terikat.

Tuk. Tuk. Tuk.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai terdengar semakin jelas.

"Anda akan menunggu mereka, Nona?" seorang pria berpakaian serba hitam berujar.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang