Pagi-pagi sekali, Chelsea sudah berencana untuk melakukan olahraga. Ia yang sudah bersiap dengan pakaian olahraga juga mengikat rambutnya menjadi satu seperti ekor kuda melangkah keluar rumah. Saat tiba di undakan anak tangga terakhir ia dikejutkan oleh kehadiran anakan harimau.
"Junior King," Chelsea layaknya bertemu teman lama. Ia berjongkok merendahkan tubuhnya mengusapi bulu halus berwarna oren tersebut.
Anakan harimau itu terlihat nyaman bersama Chelsea.
"Kau sudah besar sekarang?" Chelsea mengusap bulu bagian kepala Junior King dan juga puncak kepalanya. "Kau sangat merindukanku bukan?" Chelsea terkekeh.
"Baiklah, ayo temani aku berolahraga," Chelsea berdiri dan mulai berlari diikuti Junior King di sampingnya.
Di sebuah tempat, lantai dua pada bangunan tersebut, Benedict memperhatikan Chelsea dan hewan peliharaannya dari balik kaca. Ia sadari bahwa hewan peliharaannya itu sudah mengakui bahwa Chelsea adalah majikannya. Lalu bagaimana ia akan bertindak pada perempuan itu?
"Hei, Junior, tangkap ini!" Chelsea melempar sebuah bola tennis berwarna hijau ke sembarang arah. Kemudian Junior King berlari mengambilnya.
Chelsea tertawa. "Kau bukan seperti hewan buas. Kau mirip seekor kucing."
Lagi, Junior King mengambil bola yang dilempar Chelsea dan membawanya kembali.
"Kau semakin pintar sekarang, aku bangga padamu," Chelsea mengusap bulu halus bagian kepala Junior King.
"Hahhh.." Chelsea merebahkan diri di rumput. "Langitnya hari ini sangat bersih," ia menatap warna biru di langit.
"Kau tahu Junior, terkadang keindahan yang diperlihatkan hanya bertujuan untuk menghibur hati yang sebentar lagi akan terluka. Dunia terlihat indah, namun juga mengerikan," sama seperti hidupnya, dulu meskipun ia tidak memiliki orangtua, hanya ada ia dan Nadine, ia tidak pernah memikirkan hal buruk. Semuanya sudah dikendalikan oleh Nadine. Ia hanya perlu menikmati. Namun sekarang, semua kenyamanan dan keindahan itu seakan menjadi cambuk untuknya. Sekarang ia tidak bisa lagi bernafas bebas, tidak bisa lagi bergerak sesuka hati. Keselamatannya selalu menjadi incaran banyak orang.
"Cinta," Chelsea tersenyum kecut. "Cinta membutakan segalanya. Karena cinta, orangtua kandungku harus meregang nyawa," jika ibunya tidak menikah dengan ayahnya, mungkin sekarang masih hidup. Dan jika Neron tidak terlalu mencintai putrinya, mungkin ayah dan ibunya akan baik-baik saja sekarang. "Orangtua angkatku juga mati karena cinta. Karena cinta pula, Nadine menjadi seorang pembunuh," Chelsea mendesah berat. "Apa cinta semengerikan itu?"
Chelsea terduduk menghadap Junior King. "Junior King, kau harus tahu bahwa mulai sekarang aku adalah majikanmu. Kau harus melindungiku apapun yang terjadi. Karena seseorang yang aku cintai mungkin tidak bisa melakukan itu untukku," ia menunduk sedih, Benedict tidak mungkin rela melepaskan semuanya hanya untuk perempuan bodoh ceroboh seperti dirinya.
"Apa cintaku bertepuk sebelah tangan? Kenapa aku mencintai majikanmu, Junior King?" Chelsea nampak frustasi dengan dirinya sendiri. Sebelumnya ia sudah berniat untuk menghapus rasa itu, tapi kehadiran Benedict yang tiba-tiba membuat perasaan itu kembali menggila. Dan Chelsea membenci itu.
Chelsea tersadar menyadari Junior King berlari, saat menoleh ke belakang, Chelsea tercekat menyadari Benedict berdiri di sana. 'Apa dia mendengar apa yang aku katakan?' bathinnya khawatir.
"Sudah waktunya sarapan."
Chelsea berfikir kalimat itu ditujukan padanya, nyatanya Benedict berujar pada hewan peliharaannya. Huh! Menyebalkan. Bahkan ia kalah dari seekor harimau.
"Tunggu, boleh aku ikut?" Chelsea beranjak.
Benedict mengangguk saja.
Chelsea tersenyum, berjalan beriringan dengan Junior King yang di berada di antara ia dan Benedict.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
Ficción General(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...