Malam menyambut, lebih dari sepuluh yacht mewah tengah menunggu giliran untuk menjemput beberapa orang yang keluar dari kapal pesiar. Pesta tertutup yang hanya dihadiri orang-orang terkuat di seluruh dunia sudah usai. Ada yang tidak bersedia menunggu kapal mewah tersebut berlayar hingga ke negara mereka, sehingga mereka menggunakan yacht untuk menjemputnya. Begitupula Benedict beserta, Luke dan juga Christian.
Chelsea keluar dari kapal pesiar dengan melingkarkan tangan di lengan Benedict, begitupula Luke dan juga Christian yang membawa perempuan, sepertinya mereka berdua memilih acak perempuan tersebut saat di pesta.
Kilau pendar cahaya kembang api yang menghiasi malam begitu indah ketika beberapa yacht mulai menjauh dari kapal pesiar. Sepertinya kembang api itu ditujukan sebagai simbol berakhirnya sebuah pesta, dan akan kembali diadakan lima tahun kemudian.
Keindahan malam yang penuh percikan api di udara menciptakan kilau indah ibukota tirai bambu tersebut. Percikan api berwarna warni begitu memukau, ditambah cahaya dari beberapa yacht yang saling menjauh sungguh menciptakan panorama malam yang luar biasa.
Senyuman Chelsea tidak luntur menikmati keindahan luar biasa tersebut. Lautan telah berubah oleh kilau cahaya kembang api, puncak deretan gedung pencakar langit yang bersinar turut andil menciptakan keindahan. Ia menoleh pada Benedict yang berdiri di sampingnya. 'Terimakasih, Benedict,' ucapnya tulus dalam hati. Jika bukan karena pria itu, ia tidak akan merasakan, menikmati sebuah keindahan dunia yang belum pernah ia lihat dan rasakan. Chelsea akui, dunia begitu, sangat, amat, luar biasa indah.
Merasa diperhatikan, Benedict menoleh pada perempuan di sampingnya yang tengah tersenyum cerah ke arahnya. Anak rambut perempuan itu berkibar tersapu angin malam. Benedict memperhatikan wajah Chelsea yang merona terpantul cahaya kembang api. "Alihkan tatapanmu padaku," peringatnya.
Chelsea benar-benar tersenyum tulus pada Benedict, ia tidak tersinggung oleh ucapan pedas pria di sampingnya. Justru ia semakin merekahkan senyuman dan kembali menikmati cahaya warna warni di udara.
Kapal berlabuh, perjalanan dilanjut dengan menggunakan mobil melintasi kota. Beberapa menit berlalu, kendaraan berhenti di depan gedung pencakar langit ikon negara Hong Kong. Chelsea mendongak memperhatikan ketinggian gedung yang sepertinya mempunyai lebih dari seratus lantai. Luar biasa.
Setelah menaiki lift dua kali, mereka tiba di tempat tujuan. Sebuah ruangan yang spektakuler dengan pencahayaan neon, sofa kulit hitam, dan panel berputar. Gelas koktail tertata rapi di atas meja bartender.
Bar ozone, salah satu tempat tertinggi di puncak gedung pencakar langit kawasan Ritz Carlton - Hong Kong. Tempat berkumpulnya kaum high profile, bar mewah yang menyajikan pemandangan menakjubkan pulau Hong Kong dan Pelabuhan Victoria, dengan hidangan nikmat dan bir yang yang super mahal.
"Siapa dia?" Perempuan di samping Luke berujar —dalam bahasa italia. memperhatikan Chelsea yang duduk di depannya.
Luke berbisik, "uno degli avversari si impadronisce dell'eredità," balasnya.
Perempuan itu tampak terkejut. "Really?"
Luke mengangguk.
Tidak mungkin Chelsea berani bertanya pada Benedict yang duduk di sisi kanannya, ia memilih bertanya pada pria di sisi kirinya. "Siapa perempuan itu, Christian?" tanyanya pelan.
Christian merendahkan tubuhnya. "Penyebab pertikaian mereka berdua kemarin," jawabnya berbisik. "Dia perempuan italia. Donna italiana," imbuhnya.
"Aku tidak peduli namanya," Chelsea tampak tidak suka.
"Bukan. Itu artinya perempuan Italia," Christian menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
General Fiction(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...