Di belahan bumi yang lain.
"Kau yakin dengan apa yang kau katakan, Luke?"
Luke menunjuk gambar di ponselnya. "Awalnya aku ragu, namun setelah ku teliti lebih dalam dia mempunyai wajah yang hampir dengan Aunty Valen. Bahkan gadis itu mempunyai rambut berwarna coklat yang mirip sepertimu."
Pria berumur lebih dari setengah abad itu lekat memperhatikan foto dalam ponsel milik cucunya. Ada kemiripan wajah gadis dalam foto dengan putrinya. "Dimana dia sekarang?"
Luke menggaruk lehernya. "Dia di Indonesia."
"Pertemukan aku dengannya."
Ponsel Luke berdering, ia menempelkan benda kotak berotak tersebut di telinganya guna mendengarkan apa yang orang di seberang sana katakan. "Gadis itu berada dalam bahaya, dia tertembak, Kek," ujarnya pada sang kakek.
Pria tua itu berdiri menggunakan tongkatnya. "Kita berangkat ke Indonesia sekarang," titahnya.
Luke mengangguk.
***
Dua puluh lima tahun yang lalu.
Seorang gadis yang baru menginjak usia dewasa terlihat sangat cantik dalam balutan dress berwarna biru tanpa lengan memperlihatkan lengannya yang putih mulus. Ia tersenyum seraya menggandeng seorang pemuda memasuki hunian miliknya yang luar biasa megah dan mewah. "Apa kau gugup?" tanyanya pada sang pemuda.
Pemuda itu mengangguk. "Tentu saja, ini pertama kalinya aku bertemu dengan orangtuamu, Val," balasnya tak bisa menyembunyikan perasaan gugup ketika harus bertemu orangtua dari gadis yang ia cintai.
Gadis bernama Valencia itu terkekeh yang semakin membuatnya mempesona. "Ibuku sudah mengetahui banyak tentangmu, ia tidak sabar bertemu denganmu," hiburnya.
"Kau yakin?"
Valencia mengangguk. "Iya, Fabrizio. Ayo, mereka sudah menunggu di meja makan," ajaknya kemudian.
"Hai, Mom, Dad," sapa Valencia riang ketika melihat orangtuanya sedang bersantap makan malam. Ia tidak sabar memperkenalkan pacarnya.
Tak ada sahutan dari keduanya, orangtua Valencia memperhatikan Fabrizio lekat dari atas hingga bawah.
"Siapa dia?" tanya Neron —ayah Valencia. tanpa basa basi.
"Saya Fabrizio, Om," Fabrizio menjawab.
"Darimana kau berasal?"
"Indonesia, Om."
Neron mengusap sudut bibirnya dengan lap kemudian beranjak. "Berhenti berhubungan dengannya, Valen," ujarnya layaknya ultimatum yang tidak boleh dibantah, kemudian ia berlalu.
Valencia dan juga Fabrizio terkejut mendengar ucapan Neron.
"Dad, what happened?"
"Daddy tidak menyukai pria itu."
Kedua bola mata Valencia membulat, ia menghampiri sang ayah. "Tapi aku menyukainya," ujarnya menghentikan langkah Neron.
"Daddy tidak perlu persetujuan darimu, Daddy katakan jauhi dia."
"No! Aku juga tidak perlu persetujuan dari Daddy, aku mencintai Fabrizio!" balas Valencia tak mau kalah. "Katakan, katakan apa kekurangannya?"
Neron memperhatikan putrinya. "Kau tidak harus tahu kekurangannya. Di mata Daddy dia tidak berhak atas dirimu."
Valencia berang. "Daddy tidak pernah menyukai apa yang membuatku senang!" teriaknya dengan pipi yang mulai basah.
Fabrizio menghampiri. "Valen, tenanglah," ia mengusap lengan Valencia, kemudian menatap Neron. "Katakan padaku apa kekuranganku sehingga aku tidak pantas untuk putrimu. Akan aku perbaiki karena aku sangat mencintai Valencia," akunya jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
Fiksi Umum(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...