12. Hukuman

4.3K 259 15
                                    

Nadine tersenyum lega mendapatkan informasi bahwa orang suruhannya melihat sang adik dalam keadaan baik-baik saja. "Dimana dia sekarang?"

"Ada di dalam kediaman Benedict, Nona."

Nadine mendesah berat. Ia harus segera menemukan cara untuk bisa membebaskan sang adik dari Benedict. Atau mungkin ia harus menghancurkan Benedict sebelum pria itu menghancurkannya.

"Ada tugas lagi, Nona?"

Nadine menggeleng. "Sementara belum. Tetap awasi pergerakan Chelsea, jika ada kesempatan bawa dia."

"Baik, Nona."

"Oh, tunggu sebentar." Nadine sepertinya mempunyai rencana lain. "Tetap minta mereka seolah mencari keberadaan Chelsea dalam hutan itu. Jika kalian tak sengaja bertemu  dengannya jangan membawanya. Buatlah seakan-akan kalian membawanya tiap ada kesempatan, tapi pastikan Chelsea tetap kembali ke rumah itu."

Pria itu mengangguk. "Saya mengerti, Nona."

Nadine menyeringai. "Kau yang akan kalah Benedict," gumamnya pelan.

***

Benedict melupakan fakta bahwa Chelsea masih sering keluar masuk kediaman untuk magang. Yang berarti mata-mata para musuhnya bisa mengenalinya, dan jika sebelumnya seseorang yang telah menculik Chelsea mengetahui bahwa Chelsea selamat dan kembali dalam kediamannya. Mereka pasti akan melakukannya lagi.

Benedict bukan khawatir akan keselamatan Chelsea, tapi, Chelsea adalah tawanan yang paling berharga karena satu-satunya kelemahan wanita yang telah menghancurkannya. Ia belum puas membuat wanita itu gila. Ia masih membutuhkan Chelsea sebagai balas dendam, dan tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja sebelum dendamnya terbalaskan.

"Tetap berada di sini. Tidak ada siapapun yang boleh keluar dari rumah ini," titah Benedict pada para bodyguard yang berjejer rapi di halaman ketika ia akan berangkat kerja.

"Tunggu dulu!" cegah Chelsea yang tak sengaja mendengar ucapan Benedict. "Bagaimana denganku?"

"Tidak perlu aku jelaskan dua kali bukan?" Mengabaikan Chelsea, Benedict berucap dengan menatap para bodyguard satu persatu. Mereka mengangguk kompak. Hanya Chelsea yang tak paham.

Chelsea memberanikan diri menghalangi jalan Benedict. "Apa kau juga melarangku keluar dari tempat ini?" hilang sudah sopan santun ketakutannya selama ini. Ia benar-benar muak dengan Benedict. Persetan jika Benedict akan membunuhnya.

Bastian menarik lengan Chelsea agar menjauh dari hadapan Benedict. "Itu juga berlaku untuk anda, Nona."

Chelsea geram. "Tidak! Aku harus magang. Aku harus kuliah. Aku tidak mau berada di sini," tolaknya panik.

Bastian menggerakkan kepalanya memberi perintah pada para bodyguard.

Dua bodyguard menahan lengan Chelsea dan mengangkatnya dengan mudah memasuki kediaman.

"Turunkan aku! Kau tidak bisa seenaknya padaku. Hei! Turunkan aku! Benedict. Benedict keluarkan aku dari penjara ini. Benedict aku membencimu!!" teriak Chelsea frustasi.

"Jangan sampai Nona Chelsea kabur. Pastikan kalian mengawasinya duapuluh empat jam," perintah Bastian.

"Baik."

Bastian membuka pintu penumpang, mempersilahkan Benedict untuk masuk. Para bodyguard membuka jalan ketika mobil atasannya mulai berjalan meninggalkan kediaman.

"Bagaimana dengan wanita itu, Bas?"

"Belum diketahui bahwa dia mengetahui Nona Chelsea masih hidup, Tuan. Beberapa orang masih mencari jasadnya."

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang