35. Debaran yang tersisa

1.3K 118 10
                                    

Banyak hal terjadi.

Banyak hal yang dilewati dan terlewati.

Pengalaman.
Kesempatan.
Kesenangan.
Kesedihan.
Semua datang silih berganti seiring jarum jam yang berputar.

Perputaran yang tidak dapat kita prediksi.

.
.
.

.
.
.

Terimakasih yang bersedia dan masih setia menunggu.

Tidak apa-apa bagi yang memilih meninggalkan.

__________________________








Beberapa hari berlalu dan Chelsea mulai merasa menyamankan diri sebagai Sea, sikapnya tidak selemah sebelumnya, ia sudah mengetahui kakeknya sungguh orang berkuasa di negara tersebut, tidak ada yang akan berani menyentuhnya, untuk itu ia bisa leluasa bersikap angkuh dan arogan. Anggap saja ia tengah berupaya menjadi kuat agar tidak mudah ditindas.

Chelsea yang berbalut dress berwarna putih setengah paha juga sepatu boots berjalan menuruni tangga, oh, jangan lupakan, ia juga memotong rambutnya dengan model ujung yang sama lurus, serta membiarkan warnanya yang sepenuhnya coklat. Pemandangan Neron yang dikelilingi perempuan muda nan seksi sudah tidak menjadi hal tabu baginya.

"Kau mau kemana, Sea?" Neron yang berada di kolam renang bersama para perempuan menoleh pada cucunya.

Chelsea berhenti sejenak, memperhatikan tiga perempuan penghibur masa tua kakeknya. "Aku ingin jalan-jalan, Kek," jawabnya.

Neron mengangguk. "Berhati-hatilah."

Chelsea mengangguk saja.

"Oh, apa Luke sudah kembali?" tanya Neron kemudian.

"Entahlah, tapi aku belum melihat mobilnya di depan."

Neron mengangguk-angguk. "Baiklah, kau pergilah," ucapnya.

Chelsea mengangguk dan berbalik melanjutkan langkah, hari ini ia memutuskan untuk menikmati keindahan kota New York.

"Apa dia sungguh cucumu?" tanya seorang perempuan di samping Neron.

"Kenapa?"

"Dia berwajah sangat Asia."

Neron mengangguk. "Sepertinya dia menuruni limapuluh persen gen ayahnya," jawabnya sekenanya.

"Dia cukup menarik."

Neron menoleh. "Tentu saja, dan itu membuatku tidak nyaman."

"Kenapa?"

Neron menggeleng, ia merapatkan dua perempuan di kanan dan kirinya. "Kalian ingin bersenang-senang lebih dari ini?" godanya.

Ketiga perempuan itu tertawa cukup keras.

***

Chelsea berjalan menikmati padatnya kota New York, deretan toko barang mewah menjadi pemandangan memikat untuknya. Tapi bukan itu tujuannya, belanja merupakan hal ke sekian untuknya karena Neron sudah memenuhi semua kebutuhannya dan pastinya mempunyai harga yang fantastis. Chelsea sungguh menikmati hidupnya sebagai Sea, meskipun ia hanya sendirian berjalan di kota besar tersebut, ia tidak merasa takut atau khawatir karena di beberapa titik ada bodyguard yang mengawasinya, ia cukup tenang dengan itu.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang