31. Balas dendam

1.4K 160 22
                                    

Flashback on.

Seorang pria meletakkan sebuah kertas foto di atas meja. "Kau lihat, dia orang yang paling dekat sekaligus orang yang sangat dicintainya."

"Mereka mempunyai hubungan?"

"Dia adiknya."

Nadine membulatkan bibirnya.

"Kau akan bertemu dengannya tak lama lagi."

Nadine mengangguk-angguk.

Hari itu, Nadine yang tengah memperhatikan papan reklame tidak menyadari ada seseorang yang berdiri di depannya, hingga tanpa sengaja ia menumpahkan cup kopi pada jas pria tersebut. "Astaga, maaf, aku sungguh tidak sengaja," ucapnya mendongak, untuk beberapa detik ia terdiam memperhatikan wajah pria di hadapannya dengan membawa dua cup kopi ditangan.

Pria itu tersenyum. "Its okay, no problem."

Nadine tersadar dari lamunannya dan terdiam.

"Kopimu tumpah, aku ada lebihan kopi kalau kau mau," ucap pria itu menyerahkan cup kopi pada Nadine.

"Bukankah itu untuk temanmu?"

"Tidak. Sedang ada diskon buy one free one," pria itu menunjuk kedai kopi dengan dagunya.

Nadine nampak ragu, namun detik berikutnya ia menerima cup kopi pemberian pria di hadapannya. Ia mengulurkan tangan. "Nadine."

Pria itu menyambut. "Damien."

*

Sejak saat itu Nadine dan Damien terlihat lebih akrab dan intens, sering menghabiskan waktu berdua. Bahkan Damien yang saat itu tinggal di Los Angeles harus pergi menuju kawasan New York hanya untuk bertemu dengan Nadine.

"Kau pernah ke Texas?"

"Tidak, atau lebih tepatnya belum."

"Aku akan ke daerah sana beberapa hari lagi untuk menghadiri acara  dihari natal," Nadine terlihat cemberut.

"Are you crazy? Natal?" Damien nampak heran.

Nadine mengangguk lesu. "Ini amat sangat menyebalkan. Jika seandainya Mr. Harry tidak memaksaku hadir, aku tidak ada sudi menghabiskan malam natal bersama mereka. Terlebih tidak ada kau di sana."

Damien memperhatikan raut wajah wanita di sampingnya yang nampak lesu. "Bagaimana kalau kita berangkat lebih dulu ke sana, aku akan menemanimu beberapa hari dan kembali untuk merayakan natal bersama keluargaku," usulnya.

Nadine menoleh. "Kau serius?"

"Ya, lagipula Benedict masih di Indonesia."

Nadine tersenyum riang. "Kita berangkat malam ini?" usulnya dengan senyum menggoda.

Damien tersenyum. "As you wish."

*

Perjalanan yang panjang disertai hujan rintik mengiringi dua pasangan yang kini tengah memadu kasih di dalam sebuah mobil. Hujan rintik yang tak kunjung reda memaksakan Damien menghentikan laju kendaraannya disebuah tepi jalan.

Suara gemericik air yang menimpa kaca mobil menjadi pengiring puncak kenikmatan yang tengah ditenguk oleh Nadine juga Damien. Suara kecapan serta kecupan panjang mengalahkan suara hujan yang kian deras. Bulir keringat yang menetes kala hentakan yang diciptakan mengalahkan bulir-bulir air hujan yang mengalir di balik kaca.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang