38. Speciality

1K 89 11
                                    

Hai, kalian.
Bagaimana kabarnya?

Iya, cerita ini lama sekali tidak update dan low update.

Setahun belakangan aku terhalang oleh kehamilan yang membuat mood menulisku hancur berantakan.

Dan sekarang aku memutuskan melanjutkan cerita ini selagi menemani si kecil yang terus bertumbuh dan lagi aktif-aktifnya. 🙃

Maaf.

Iya, maaf karena membuat kalian kecewa.

Terimakasih yang berkenan menunggu.

Jika berkenan lagi, silahkan baca ulang untuk mengingat alur cerita. Jika tidak juga tidak apa. 🤗

Selamat membaca.

\\

         Chelsea menggigit bibirnya menyadari Benedict akan beranjak, sesuatu ingin ia sampaikan, tapi ragu. "Bagaimana jika aku merindukanmu?" kalimat yang sangat sulit, dan Chelsea berhasil mengucapkannya tepat saat Benedict mencapai daun pintu.

Langkah kaki Benedict terhenti.

"Mm bagaimana jika seandainya aku ikut ke Indonesia bersamamu?" entah apa yang tengah terjadi dalam otaknya, Chelsea dengan mudahnya mengucapkan kalimat itu.

Benedict berbalik. "Kau menginginkan hidup normalmu kembali?"

Chelsea menunduk, jujur saja ia sangat merindukan kehidupannya sebagai Chelsea seorang mahasiswi, tapi ia sadar itu tidak akan pernah bisa terulang. Ia menggeleng dan turun dari ranjang. "Bisakah aku ikut denganmu?"

Benedict memperhatikan gestur tidak biasa dari perempuan itu. "Menjadi mainan untuk Junior King?"

Chelsea mencibir, detik berikutnya kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman lebar. "Tentu saja Junior King yang merindukanku," ia berusaha terlihat angkuh namun kekehan tidak bisa ia sembunyikan.

"Kau sungguh beranggapan seperti itu?" Sebelah alis Benedict terangkat.

Raut wajah Chelsea berubah datar, bahkan kelopak matanya menyipit, ia bergumam sangat pelan, "Aku berharap bisa mempunyai ilmu sihir agar bisa mengendalikanmu, Benedict."

*

Luke menatap kehadiran Benedict serta Chelsea yang berjalan beriringan, sudut bibirnya membentuk senyuman mematikan, ia berjalan menghampiri. "Kau sudah lebih baik, Sea," ujarnya membawa Chelsea dalam pelukan, tentu saja dengan paksaan karena Chelsea tidak menginginkan hal itu terjadi. Sengaja pula ia mencium ujung kepala Chelsea. Sebenarnya ia tengah mencari mati karena membuat seseorang cemburu.

Chelsea menginjak kaki Luke untuk lepas dari pelukan paksa sepupu gilanya itu. "Kau sengaja melakukan itu padaku, bukan?" selidiknya. "Ben, kau membawa pelatuk?" tanyanya pada Benedict.

Benedict tidak menjawab.

"Aku ingin membunuh laki-laki menjijikan ini," masih terekam jelas di ingatan saat Luke mencoba membunuhnya dengan mendorongnya terjatuh dari tebing.

Luke tertawa keras. "Uh, kau bersekutu dengan laki-laki yang pernah menculikmu, Sea. Ck. Aku kalah jumlah," ia menunduk sedih.

"Kakek, boleh aku membunuh dia?" Chelsea berseru melihat kehadiran Neron.

Neron menggelengkan kepala. "Jangan sekarang, Sea. Dia masih berguna untukku."

Luke mendelik heran, sedangkan Chelsea tertawa, bahkan menjulurkan lidah mengejek sepupunya itu.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang