Pagi itu, Chelsea terdiam saat diminta untuk mengikuti Benedict memasuki mobil Lexus Lx 570, entah mau kemana ia tidak seberani itu untuk bertanya, ia seperti hewan peliharaan yang menurut pada majikan. Diminta makan, ia makan, diminta melaksanakan tugas ia lakukan, bahkan mungkin kalau diminta jungkir balik Chelsea tentu akan menolak.
Ia melirik pada sisi kirinya, tempat dimana Benedict tengah berbicara dengan sambungan earphone yang menempel di telinga. Sedikit banyak ia mengerti yang Benedict bicarakan dengan bahasa asing, dan pria itu tengah mengumpati seseorang di seberang sana. Chelsea memilih menikmati pemandangan di luar jendela.
Cukup lama ia berada dalam kendaraan yang diketahui memiliki nominal harga dengan nol lebih dari sembilan digit, namun Chelsea tak merasa bosan saat menikmati pemandangan yang di sajikan sepanjang jalan. Ia membaca pada sebuah papan klip yang menunjukkan arah tujuan mobil membawanya, San Fransisco - California.
Hingga entah menit ke berapa, Chelsea merasakan matanya berat, kantuk menyerangnya dan tak bisa ditahan lagi, ia tertidur dengan bersandar pada kaca mobil.
Benedict yang tengah serius berbicara dengan sambungan telepon menoleh ke sisi kanan saat tak merasakan pergerakan gadis di sampingnya. Memperhatikan Chelsea yang tengah terlelap dengan bibir sedikit terbuka, kemudian kembali fokus pada telepon di telinganya.
*
Chelsea terbangun saat merasakan mobilnya berhenti, ia diminta keluar saat seorang bodyguard membukakan pintu untuknya, kepalanya mendongak menatap bangunan tinggi di hadapannya. Sebuah bangunan bertingkat yang entah mempunyai berapa lantai. Ia mengekor saat Benedict berjalan lebih dulu diikuti Bastian.
Chelsea terdiam tak bersuara sejak tadi, padahal ingin sekali ia bertanya tempat apakah yang ia pijak sekarang, atau akan kemanakah Benedict membawanya. Namun semua itu tak mampu ia ucapkan, ia hanya diam membisu bersandar di dinding lift mendengarkan Benedict yang tengah serius berbicara di depannya dengan Bastian.
Nyatanya ia dibawa ke sebuah apartemen mewah, nuansa abu-abu serta hitam mendominasi ruangan tersebut.
"Anda bisa istirahat di kamar itu, Nona," ujar Bastian mengalihkan tatapan Chelsea dari sudut ruangan.
Chelsea menoleh dan mengangguk, memilih memasuki kamar dan menikmati pemandangan dari balik jendela.
"Mereka mencoba masuk ke dalam kediaman, Tuan," ucap Bastian saat Chelsea telah masuk ke dalam kamar.
Bastian tersenyum sinis. "Sudah ku duga kalau wanita itu tahu bahwa adiknya tidak ada di dalam hutan." Jeda. "Bagaimana penyelidikanmu, Bas?"
"Ada yang aneh, Tuan. Nona Chelsea tidak masuk dalam daftar keluarga wanita itu, bahkan Nona Chelsea mempunyai DNA yang berbeda."
Benedict nampak berfikir. "Apa mungkin mereka saudari tiri?" ucapnya menuangkan minuman alkohol ke dalam gelas.
"Saya akan menyelidikinya lagi, Tuan."
Benedict menggoyangkan gelas di tangannya. "Kau sudah membereskan penyusup itu?"
Bastian menunduk. "Sudah, Tuan."
"Kau urus saja masalah itu, aku akan berada di sini beberapa waktu."
"Baik, Tuan," Bastian gegas undur diri.
Benedict memperhatikan gelombang air berwarna gelap dalam gelas yang ia goyangkan. "Kau mencoba bermain-main denganku," gumamnya dengan sorot tajam. Pikirannya tengah berkelana jauh mengenai seorang wanita yang telah menghancurkan hidupnya. Ia merasa ada kejanggalan dari wanita itu, itu sebabnya ia membawa Chelsea ikut serta dalam perjalanannya kali ini, dan sesuai perkiraannya, bahwa wanita itu telah berpura-pura tidak mengetahui keberadaan adiknya, dan itu mempunyai arti bahwa malam itu wanita itu sengaja mencelakai Chelsea, adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
Ficção Geral(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...