15. Umpan

2.6K 255 4
                                    

Kendaraan roda empat berwarna hitam terlihat memasuki gerbang besar yang terbuka secara otomatis, disusul dua kendaraan lain yang sama di belakangnya.

Mobil berhenti tepat di halaman rumah mewah bergaya eropa, beberapa pria berseragam hitam berjejer rapi membentuk barisan. Seorang wanita berpakaian sama melangkah menaiki undakan anak tangga. Menjawab sapaan pelayan dengan anggukan kepala.

"Tuan ada di ruang kerjanya, Nona."

Tanpa perlu bersusah payah bertanya, seorang pelayan sudah memberitahu dimana keberadaan majikannya. Sekali lagi ia mengangguk kemudian berjalan menuju ruang kerja yang sudah ia ketahui dimana letaknya.

Tok! Tok! Tok!

Wanita itu mengetuk pintu tiga kali sebelum membuka pintu.

"Kau sudah datang, Grace?"

Wanita bernama Grace itu mengangguk kecil.

Benedict memainkan bolpoin di tangannya. Menunggu salah satu orang kepercayaannya melaporkan hasil pengintaiannya.

"Kami sudah menyelidiki, pria itu akan berangkat ke Italy malam ini. Kau tenang saja, orangku berada dalam pesawat yang sama," ujar Grace menjelaskan. "Penjualan di Negara Brazil berjalan lancar. Pihak mereka meminta penurunan harga untuk pembelian berikutnya."

"Berapa yang mereka inginkan?"

"1000 pcs."

Benedict mengangguk. "Berikan padanya."

Grace mengangguk, melirik sekilas pada Bastian yang memberi anggukan. "Sampai detik ini kami masih belum bisa menemukan dimana letak keberadaan wanita itu. Tapi perkiraanku, sebenarnya dia berada di Indonesia."

Sebelah alis Benedict terangkat. "Aku tidak menginginkan perkiraan. Temukan dia dalam keadaan hidup, aku sendiri yang akan mencabut nyawanya."

"Tentu."

"Tuan, sepertinya mereka ingin bermain-main dengan anda," ucap Bastian setelah membaca pesan pada ponselnya.

Benedict berdiri. "Tidak perlu menunggu, kita habisi mereka malam ini."

"Tuan, bagaimana kalau kita gunakan Nona Chelsea sebagai umpan?" usul Bastian.

'Nona Chelsea? Siapa Nona Chelsea,' bathin Grace melirik pada Bastian meminta penjelasan.

Sudut bibir Benedict terangkat. "Setidaknya dia berguna. Bawa dia."

"Baik, Tuan."

"Siapa Chelsea?" bisik Grace pelan pada Bastian.

"Dia adik kandung dari wanita itu, Nona. Dia berada dalam genggaman Tuan Benedict."

"Di sini?"

Bastian mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Sudah beberapa bulan."

Benedict menghampiri Chelsea yang tengah mengelusi bulu hewan buas peliharaannya. "Malam ini kau harus berguna untukku, bersiaplah."

Chelsea tercengang. 'Apa yang dia katakan? Apa maksudnya?' ia memperhatikan seorang wanita di samping Bastian, wanita itu mempunyai tinggi hampir sama dengan Bastian. Juga pakaiannya yang serba hitam. 'Siapa dia?'

"Kau mengerti apa yang aku katakan, bukan?"

Chelsea mengangguk. "Aku mengerti," balasnya. "Ben.." imbuhnya menyadari ancaman membunuh pria di hadapannya. Ia masih ingat panggilan apa yang harus ia ucapkan untuk iblis mengerikan seperti Benedict. Untuk apa sebenarnya pria itu meminta dirinya menyebut namanya ia masih belum tahu dan tak paham.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang