34. New York

1.3K 133 12
                                    

Sebuah kotak berlapis kertas coklat diletakkan di dalam sebuah mobil jeep, seorang laki-laki mengendarai mobil tersebut dan berhenti ketika tiba di tempat tujuan. Pria itu turun dari mobil jeep dan masuk ke dalam mobil lain yang mengikutinya dari belakang.

"Kita tunggu perintah dari Tuan," ujar pria tersebut.

Tak berapa lama ponselnya berdering, ia mengangkatnya dan mendengar seksama ucapan seseorang di seberang sana. "Baik, Tuan," jawabnya kemudian.

"Sekarang waktunya."

Pria di sebelahnya menggerakkan remot control yang seketika membuat mobil jeep di depannya melaju tanpa seorangpun yang mengendarai di dalamnya. Tiba di sebuah pagar tinggi berwarna hitam, pria itu menekan kuat tombol gas yang seketika membuat mobil jeep tersebut menerobos masuk dengan menghancurkan pagar tersebut. Suara ledakan terdengar menggema seiring dengan kepulan asap yang membumbung tinggi di udara.

Pria itu menyeringai. "Semua sudah beres, Tuan," ujarnya pada sambungan telepon yang masih terhubung.

"Bagus, sekarang pergilah.

"Baik, Tuan."

*

Terdengar suara gemuruh yang menggema dalam kediaman seorang Benedict, ia yang tengah menikmati kopi serta mengelus bulu Junior King merasa sangat terganggu. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada seorang maid.

"I-tu, Tuan, ada mobil meledak di halaman," jawab maid tersebut takut.

Benedict beranjak gegas menuju halaman, terlihat kepulan asap hitam di ujung sana, serta beberapa bodyguard miliknya yang gegas merapikan kerusakan. "Siapa, Bas?" tanyanya seraya menuruni anak tangga.

Bastian yang tengah memeriksa bungkusan menunduk hormat. "Beberapa orang sudah mulai melacaknya, Tuan," jawabnya. "Dia mengendalikan mobil kontrol untuk menerobos pagar kemudian meledakkannya dan bungkusan ini ada dalam mobil tersebut," tuturnya.

Benedict melihat kotak berbungkus kertas coklat tersebut, terdapat nama dirinya di sana. "Buka," perintahnya.

Bastian mengangguk dan mulai membuka isi kotak, ia sangat terkejut hingga melemparkan benda berbungkus plastik tersebut. Kemudian ia menghampiri dan melihat dengan jelas. "Bukankah ini Nadine, Tuan?" ujarnya memastikan.

Benedict mendekat, ia membaca kertas yang sengaja ditulis dengan darah dalam kotak tersebut.

Menyukai kejutanku?
Sebagian tubuhnya sudah menjadi mainanku, ku sisakan sebagai pencuci mulut peliharaanmu.

Luke

Benedict menyeringai. "Bersiaplah, kita ke New York hari ini, Bas. Aku harus membalaskan perbuatannya," titahnya.

"Bagaimana dengan kepala ini, Tuan?"

"Seperti ucapannya, berikan pada King sebagai pencuci mulut."

***

Hiruk pikuk suara musik bergema seiring dengan para lautan manusia yang bergerombol di dalam ruangan, sepanjang mata memandang kau akan melihat wanita yang hampir telanjang menggoyangkan pinggul, pria yang menghembuskan asap nikotin juga bau alkohol yang menyengat.

"Kau akan menyukai ini, Sea," Luke berbisik serta melingkarkan tangan di pundak Chelsea.

"Kau yakin? Sepertinya ini terlalu asing bagiku," jawab Chelsea merasa risih dengan ulah Luke, ia menepis tangan Luke yang berada di pundaknya.

"Kau akan mulai terbiasa, nikmatilah," ucapnya berjalan lebih dulu memasuki ruangan.

Chelsea memalingkan wajah saat para wanita menyambut kedatangan Luke serta Luke yang meraup bibir mereka. Bukan hal asing baginya di negara bebas melakukan hal tersebut, Chelsea mulai paham dan wajar. Hingga sebuah tangan melingkar di pinggangnya, Chelsea segera menyingkir dan menepis tangan tersebut.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang