26. Spine center

1.5K 158 17
                                    

Benedict memperhatikan gadis dengan selang infus di sampingnya, ia sungguh tak menyangka bahwa Chelsea akan seberani itu untuk melakukan hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Selepas pembicaraannya dengan Bastian, Benedict membawa Chelsea ke sebuah hotel dan meminta seorang dokter memeriksa keadaan gadis itu yang mengalami demam dan dehidrasi.

"Ikuti semua perintah pria itu, jangan sampai dia mengetahui bahwa aku yang telah membunuh anak, cucu dan menantunya."

"Sampai detik ini dia mengira bahwa cucunya masih hidup, Tuan."

"Pria bodoh itu belum puas sebelum menemukan jasad cucunya. Neron bodoh."

Benedict dan Bastian saling tatap mendengar suara rekaman yang berhasil ia dapatkan dari Mr. Fernandez saat Chelsea berhasil menempelkan alat pada jam tangan pria itu.

"Siapa Neron?"

"Setidaknya kita bisa menyimpan ini," balas Benedict memasukkan benda kecil itu dalam sakunya. Ia membuka kertas catatan kecil dan juga cek.

"Owh.. ternyata dia juga menjadi pengedar narkoba," Benedict mengangguk-angguk membaca kertas di tangannya. "Bekerja sama dengan Anthony," imbuhnya tersenyum sinis.

"Bagaimana dengan Grace?"

"Dia masih mencari orang yang tepat untuk dijadikan kambing hitam, Tuan."

"Kirimkan ini padanya," Benedict menyerahkan kertas pada Bastian.

"Tentang DK, Tuan?" tanya Bastian hati-hati.

"Dark Knight," jawab Benedict mengawang jauh, ia menempatkan dua huruf itu dalam setiap senjata tajam buatan pabriknya, tak ada yang tahu kepanjangan dari DK itu sendiri, dan ia akan mencari nama lain untuk identitas DK ketika barang miliknya tertangkap di suatu negara yang tak tersentuh kekuasaannya, seperti sekarang.

"Fernandez tidak akan melepaskan Nona Chelsea, Tuan," ujar Bastian setelah menyelesaikan tugas dengan iPad miliknya.

Benedict menoleh memperhatikan Chelsea, ia menghembuskan nafas pelan. "Untuk itu jangan biarkan dia jauh dari pengawasan, tambahkan pengawalan untuknya dan jangan biarkan dia keluar."

"Mengerti, Tuan."

Chelsea mendengarnya, ia mendengar kalimat Benedict yang mempunyai arti melindunginya, dan sejujurnya ia tidak pernah terpikirkan seorang tua bangka Fernandez akan mengincarnya, ia melupakan itu. 'Hah, kenapa aku bodoh sekali,' rutuknya dalam hati. Namun sekarang sepertinya hanya Benedict yang mampu melindunginya, semoga.

*

"Kau ingin mendengar cerita sebenarnya?" tanya Benedict memperhatikan gadis di sampingnya yang tak lagi menggunakan selang infus.

Chelsea mengangguk ragu, ia tengah gugup entah karena apa, mungkin kenyataan yang akan ia dengar sebentar lagi tentang hubungan Benedict dan Nadine.

Benedict mengeluarkan beberapa kertas foto, menyerahkan pada Chelsea. "Dia adikku."

Chelsea memperhatikan foto-foto tersebut, foto yang menunjukkan kemesraan seorang Nadine bersama seorang pria. "Mereka mempunyai hubungan?" tebaknya.

"Awalnya, namun wanita sialan itu mempunyai niat lain dengan Damien," rahang Benedict mengeras.

Chelsea terdiam, tak ingin menyahut, ia mengerti perubahan raut wajah Benedict.

"Dia sengaja mendekati Damien hanya demi uang, sebenarnya itu bukan masalah karena keluargaku tidak pernah kekurangan uang sedikitpun."

Chelsea tertohok. 'Angkuh sekali pria ini.'

"Tapi aku tidak akan menerima saat ia membunuh adikku, selain itu dia juga berselingkuh di belakangnya."

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang