40. Friend(shit)!

1K 87 8
                                    

Perban melingkar di kepala Chelsea, selang infus menjadi pemandangan wajar baginya mulai sekarang. Netra indah itu terbuka, ia menatap langit-langit dengan hembusan nafas yang teratur.

Entah sudah berapa lama ia tertidur, namun kejadian mengerikan itu masih terekam jelas di ingatannya. Jika dipikir ke belakang, adakah ia berbuat salah pada orang lain tanpa sengaja?

Kenapa hidupnya kini terasa lebih rumit dan berbahaya. Setiap hembusan nafasnya seakan ada yang mengawasi. Kesalahan sedikit saja bisa membuatnya kehilangan nyawa.

Chelsea memejamkan mata. "Apa salahku, Tuhan," gumamnya pelan.

Pintu terbuka, seorang perempuan berpakaian perawat menghampiri. "Anda sudah bangun, Nona?" tanyanya.

Chelsea mengangguk. "Berapa lama aku tertidur?"

"Anda tertidur selama dua hari."

Bola mata Chelsea membulat, selama itukah? Kenapa ia tidak sadar?

"Anda merasa lebih baik, Nona? Ada keluhan?" tanya sang perawat lagi.

Chelsea menggeleng. "Aku merasa lebih baik. Tidur dua hari membuat tubuhku terasa kaku."

Sang perawat tersenyum. "Saya bisa membantu anda jalan-jalan kalau anda bersedia."

"Aku akan meminta bantuanmu," balas Chelsea sungkan.

"Ini infus terakhir, saya akan mengeceknya satu jam lagi," ujar sang perawat sebelum undur diri.

Chelsea mengangguk saja.

"Hai, miss Violet."

Chelsea terkesiap melihat kehadiran Christian, dan seakan tersadar pada tempat yang ditinggali. Jadi, ia berada di tempat Christian? Bagaimana mungkin?

"Kau terkejut?" Christian meledek. "Huh! Aku yang lebih terkejut menyadari kau dibawa ke kediamanku," ia berdiri di sisi ranjang memperhatikan Chelsea. "Terlebih dua pria gila itu yang membawamu," ia berdecih muak.

"Kenapa aku di sini?"

Christian mengangkat bahu. "Kau bisa tanya pada mereka saat mereka tiba nanti."

"Dimana dia?"

"Dia?" Sebelah alis Christian menukik tajam. "Siapa yang kau maksud? Raymond? Luke?"

Chelsea menghembuskan nafas. "Mereka berdua," jawabnya kemudian.

"Mereka meninggalkanmu di sini, bahkan mereka berdua tidak menjelaskan apapun padaku," Christian tidak suka sikap acuh yang terkesan dingin dua pria keparat itu. Seenak jidatnya meninggalkan perempuan sekarat di rumahnya, bahkan sudah lewat dua hari kedua pria keparat itu tidak datang. Apa mereka berpikir ia membuka tempat penampungan?

"Apa hubunganmu dengan Luke?" tanya Christian kemudian. "Pacar? Selingkuhan?"

Chelsea menatap tidak suka pria di hadapannya. "Tidak keduanya."

Christian tersenyum sinis. "Teman tidur?" sindirnya.

"Bukan," sergah Chelsea cepat. Bisa-bisanya pria otak selangkangan di hadapannya menuduhnya sebagai wanita murahan.

"Ya, setidaknya kau jangan menjadi penyebab pertikaian antara mereka berdua."

Chelsea tidak mengerti yang Christian katakan.

Christian mengangkat ponselnya menunjukkan pada Chelsea. "Kau lihat, mereka berdua menghubungiku secara bersamaan saat ku katakan kau sudah sadar," percayalah bahwa ia tengah menyindir.

Chelsea tidak menyahut, ia tidak paham dengan maksud ucapan Christian.

"Dalam waktu kurang dari lima menit, mereka berdua akan datang. Bagaimana tanggapanmu?" Christian bisa memastikan bahwa Chelsea bukan perempuan biasa, terbukti kedua pria gila itu begitu peduli dengan perempuan itu.

Chelsea : I Want You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang